I Can't Believe My Love is a Gamer REDUX! Episode 10
There’s Supposed to be A
Cheat Code for Happiness
Ya, ini dia, remedial UTS fisika. Kami, yang mendapat nilai UTS fisika di bawah
standar atau lebih tepatnya tidak lulus, harus tetap berada di dalam kelas
sepulang sekolah. Efeknya, beberapa teman sekelas harus rela bolos bimbel hanya
demi mengikuti remedial fisika. Mau bagaimana lagi, jumlah siswa yang harus di-remedial juga cukup banyak sebenarnya.
Tepat
sebelum pengawas datang, aku saksikan beberapa teman sekelas membentuk semacam aliansi untuk bekerja sama demi lulus
fisika bareng-bareng, saling membantu pada saat yang salah, benar-benar salah.
Itu sama saja dengan menyontek atau menggunakan cheat code di dalam sebuah game.
Berbicara
tentang cheat code, aku tengah
mendengarkan lagu yang cocok. Berharap saja apakah game seperti penuh dengan soal-soal fisika bisa kutamatkan saking
sulitnya. Semakin bingung pula bagaimana cara menyelesaikan setiap soal
berdasarkan rumus dan konsep. Ah! Aku pusing sekali!
Alih-alih
mempelajari kembali materi UTS fisika dengan membaca soal-soal UTS lalu,
kufokuskan diri meresapi lirik lagu There’s
Supposed to be A Cheat Code for Happiness. Lagu itu lebih tepatnya menjadi meme, ya, meme lagi, saat seseorang sedang desperate untuk menyelesaikan sebuah game sambil menggunakan cheat
code. Game-itu adalah kehidupan
nyata, serius, kehidupan nyata.
Kehidupan
nyata seperti sekolah memang menyebalkan, apalagi jika seseorang tidak mendapat
kesenangan total dari setiap hal rutin membosankan itu. Kalau saja ada cheat code untuk melalui semuanya,
seperti mendapat nilai tinggi, mendapat jabatan tertinggi secara instan, dan
menjadi kaya, sayang sekali tidak ada hal seperti itu.
Kufokuskan
pendengaranku pada nyanyian Yuzuki Yukari. Yuzuki Yukari sebenarnya adalah
program vocaloid wanita berambut violet, dia digambarkan dalam lagu ini dan
juga Seyana sebagai seorang gamer perempuan. Lagu-lagu lainnya,
entah apakah sama atau tidak digambarkannya.
Migi shita ue migi migi shita migi migi
Ue ue shita shita hidari migi hidari migi
Migi shita ue migi migi shita migi migi
Ue ue shita shita
Kaiten hanten ikkaiten
Muchaburi ja nai ka fukanou kanou
Tonikaku yare tte meirei bakari
Naseba naru tte seishin roon
Mainasu bakari tamatte
Baka baka baka baka baka ...
Migi shita B A X Y L R ue ue shita A Y L R A
Migi shita ue migi A X Y R ue ue shita shita
Hidari kaiten ikkaiten
Migi shita B A X Y L R ue ue shita A Y L R A
Migi shita ue migi A X Y R ue ue shita shita
Chotto? Machigaenaide kudasai.
Muchaburi ja nai ka gakkou kaisha
Atama-gonashi no meirei bakari
Naseba naru tte seishin roon
Mainasu bakari tamatte
Baka baka baka baka baka ...
“Eh,
Arfian,” teman bangku sebelah menepuk tangan, sontak membuyarkan penghayatan
lagu There’s Supposed to be A Cheat Code
for Happiness.
Kucopot
satu earphone untuk menyapa lelaki
berkacamata itu, “Ya?”
“Mau
dibantuin enggak? Pada mau lolos bareng-bareng lah,” sahut lelaki itu.
Ini
dia, dia baru saja menawarkan apakah aku harus masuk aliansi atau tidak,
aliansi gerakan menyontek dalam remedial UTS
fisika. Aku bahkan tidak berencana untuk ikut-ikutan menyontek, hanya ingin
mengandalkan keberuntungan secara adil dan jujur selama mengerjakan remedial UTS fisika.
Dua
pilihan, pertama, mengerjakan tanpa menyontek, berarti jujur sebisa mungkin,
tetapi peluang untuk lulus remedial kecil
karena aku sama sekali tidak mengerti hampir setiap soalnya. Kedua, ikut-ikutan
menyontek, baik dalam menerapkan rumus atau langsung mendapat pilihan jawaban
yang benar, tetapi, jika ketahuan pengawas, bisa gawat, lembar jawaban bisa
disita dan diberi nilai nol, langsung.
Sepertinya
tidak ada pilihan lain. “Iya deh. Gue juga bingung melulu pas belajar, apalagi
latihan soal.”
“Sip
lah, tapi pas minta jawaban, pelan-pelan aja. Jangan terlalu keras bisiknya,”
ucap lelaki bangku sebelah itu.
Ini
dia, aku akan menggunakan cheat code demi
lulus remedial fisika. Aku hanya
sekadar ikut-ikutan kebanyakan teman sekelas yang juga ikut remedial ini demi lulus dan setidaknya
mendapat nilai pas. Nilai tinggi seperti 90-an sepertinya tidak mungkin, sangat
tidak mungkin mengingat tidak ada siswa terpintar yang mengikuti remedial ini, sudah menjadi rahasia
umum.
Oke,
salah satu guru yang menjadi pengawas telah memasuki kelas. Tanpa perlu
penjelasan lagi, beliau langsung membagikan lembar jawaban, kertas kotretan,
dan lembar soal. Seperti biasa, lembar soal tidak boleh dibuka terlebih dahulu
sebelum bel pertanda mulainya remedial dibunyikan.
Tentu
saja, aku mematikan musik dan mencopot earphone
dari telinga dan colokan ponsel. Kutaruh keduanya ke dalam saku celana.
Baiklah, ini dia. Lembar jawaban, kertas kotretan, dan lembar soal sudah berada
di atas meja.
Untunglah,
guru yang menjadi pengawas kelas kami bukan guru killer, cukup baik juga. Tetapi, apapun bisa terjadi, apapun. Kami
tetap harus berhati-hati jika ingin menyontek atau hanya sekadar meminta
pilihan jawaban benar untuk disalin.
Pertama,
kucoba kukerjakan beberapa soal yang kuanggap mudah. Kebanyakan yang bukan
mengandalkan rumus dan konsep, melainkan hapalan. Kujawab dengan mudah begitu
terpicunya ingatan dari saat membaca materi fisika.
Selanjutnya,
oke, selanjutnya mengerjakan sisa soal yang mengandalkan rumus, begitu banyak
pula. Ah! Aku bahkan tidak bisa mengerjakannya meski sudah menggunakan rumus
yang benar, bahkan sampai tidak ada pilihan jawaban yang benar sama sekali!
Sialan!
Baiklah,
kulihat juga pengawas sering keluar masuk atau hanya mengecek ponsel. Waktu ini
dijadikan kesempatan untuk seluruh siswa yang remedial untuk menyontek atau meminta jawaban, atau bahkan
menggunakan kalkulator untuk mengotret. Klasik sekali, ini benar-benar desperate attempt demi lulus remedial UTS fisika.
Aku
bahkan meminta teman bangku sebelah untuk menyebutkan satu per satu jawaban
soal yang telah dia entah benar-benar kerjakan atau hanya menyalin dari teman
yang lain. Aku hanya menerima dan membulatkan, eh, menghitamkan bulatan jawaban
sesuai dengan jawabannya setiap soal.
Akhirnya,
hal itu terhenti ketika pengawas kembali masuk, mode tenang akhirnya kembali menyala. Aku harus mencoba lagi
mengerjakan beberapa soal, harus bersusah-susah dulu saat pengawas berada di
hadapan kami. Saat pengawas pergi kembali, baru kami bisa bersenang-senang,
menggunakan cheat code terselubung
dalam remedial ujian ini. Ya,
kuibaratkan kembali ujian seperti UTS dan UAS merupakan boss stage dalam sebuah game,
begitulah. Ujian Nasional sebenarnya merupakan final boss dari setiap tingkat sekolah.
Here we go again, pengawas pergi lagi,
saatnya bersenang-senang menggunakan cheat
code. Kutanya lagi teman bangku sebelah jawaban dari soal yang belum terisi
di lembar jawaban, begitu pula dengan beberapa teman sekelas yang lain. Oke,
ini adalah cara curang ramai-ramai!
***
Begitu
bel pertanda remedial UTS fisika
telah berakhir, akhirnya, kulihat lembar jawabanku terisi penuh, benar-benar
penuh. Dengan ini, berharap saja mendapat nilai yang melebihi standar agar
lulus. Soal sudah susah, harus melebihi standar kelulusan pula, sudah cukup aku
menderita dengan soal susah pelajaran fisika seperti ini.
Kukumpulkan
lembar jawaban dan lembar soal pada sang pengawas dengan perasaan beban
terlepas dari pikiran. Lega, itu dia katanya. Akhirnya, aku sudah menyelesaikan
remedial UTS fisika dengan lancar,
meski menggunakan cheat code.
Begitu
pengawas telah angkat kaki membawa lembar jawaban kami, akhirnya, kelegaan
dapat kami lampiaskan dengan kata-kata, baik lisan maupun di dalam hati. Sangat
lelah ketika mengikuti pelajaran fisika, apalagi menghadapi ulangan, quiz dadakan, dan UTS serta UAS.
Akhirnya
kudendangkan kembali lagu There’s Supposed
to be A Cheat Code for Happiness, lega sekali. Tetapi, seandainya pelajaran
fisika ada cheat code-nya, aku akan
lulus dengan mudah, tidak perlu repot-repot mengerjakan setiap soal menggunakan
rumus dan konsep berlipat-lipat.
Kalau
saja aku bisa menekan tombol reset,
kembali deh aku jadi anak-anak. Tapi, sepertinya tidak mungkin. Waktu memang
tidak bisa diputar kembali. Yang lalu biarlah berlalu saja.
Muchaburi ja nai ka fukanou kanou
Tonikaku yare tte meirei bakari
Naseba naru tte seishin roon
Mainasu bakari tamatte
Baka baka baka baka baka ...
Muchaburi ja nai ka gakkou kaisha
Atama-gonashi no meirei bakari
Naseba naru tte seishin roon
Mainasu bakari tamatte
Baka baka baka baka baka ...
Migi shita ue migi migi shita migi migi
Ue ue shita shita hidari migi hidari migi
Migi shita ue migi migi shita migi migi
Ue ue shita shita hidari migi hidari migi
Risetto!
Selesai
mendengarkan lagu, kutatap notifikasi dari grup komunitas rhythm game di LINE. Tepatnya pengirimnya adalah Veronika, salah
satu finalis turnamen rhythm game a
la Tenkaichi Otogesai.
Lho? Kenapa left?
Hah?
Ada yang left? Siapa?
Kubuka
grup komunitas rhythm game di LINE
untuk mengetahui lebih lanjut lagi. Ya, beberapa dari anggota komunitas
termasuk Reza bertanya-tanya mengapa sampai salah satu anggota menekan tombol left group segala.
Ku-scroll setiap chat untuk mengetahui siapa yang left grup. Aku tidak memedulikan topik-topik lain, aku hanya ingin
tahu. Begitu kuketahui nama anggota yang left,
hampa, itu yang tiba-tiba kurasakan entah kenapa.
Hah?
Laura left grup? Lho? Kenapa?
Lagipula, kenapa left tanpa mengetik
alasannya dulu di grup? Tidak ada hint kalau
dia ingin meninggalkan grup.
Oh
tidak! Kenapa aku mempertanyakan hal ini? Apakah ini pengaruh bahwa Laura
menyatakan dirinya sebagai rival-ku?
Tidak! Tidak! Jangan jadi begini! Tolonglah!
Kenapa
malah Laura berada di pikiranku saat-saat begini? Kenapa?
Comments
Post a Comment