Alpinloch: Another World Episode 12
Inside the Kingdom
Palace and School of Knight and Magic I
“Apa
mau kalian?” jerit Yael menghadang ketiga penyusup tersebut.
Mark
kembali mengingat bagaimana seragam yang siswa School of Knight and Magic di
kerajaan Haven kenakan berdasarkan deskripsi di novel. Pakaian serba merah yang
mayoritas terbuat dari kain untuk murid penyihir dan pakaian kain menyerupai armor berwarna coklat dengan rompi biru
untuk murid ksatria.
“Putri
Anna dari kerajaan Alpinloch!” ulang seorang pria berseragam coklat yang berada
di hadapan mereka sambil mengacungkan pedang. “Apa maumu? Membuat seluruh dunia
lebih menderita!”
Yael
membentak kembali, “Jawab dulu pertanyaanku!”
“Dengar,
kami—” Mark berbicara.
Pria
rambut hitam pendek itu memotong, “Tidak ingin ada masalah? Dia sudah membuat
masalah! Kerajaan Alpinloch! Kerajaan Alpinloch yang sudah membuat masalah
sejak kematian raja Thais!”
“Cooper,
apakah kami harus pergi sekarang?” tanya seorang gadis rambut coklat dengan
motif kuning penyihir yang mengepung dari belakang sambil gemetar.
“Tidak!”
jerit Cooper geram. “Ini kesempatan kita untuk menghentikan putri dari kerajaan
terlaknat itu! Kerajaan yang ingin menguasai dunia!”
Penyihir
lelaki rambut hitam berbicara pada gadis penyihir yang berada di sampingnya,
“Sudah kubilang, G, Cooper memang sulit dikendalikan.”
“Diamlah,
Griffin,” balas gadis itu. “Kamu sendiri melihat bagaimana pengawal cantik itu
menghentikan dia.”
Jason
membalas berbicara pada Cooper, “Dengar, seperti katamu, kami tidak ingin
masalah. Kami hanya ingin mengantar Anna menuju kerajaan Haven demi bantuan.
Begitu juga dengan Yael yang ingin membantu pamannya di Sedona.”
Cooper
menajamkan mata pada Anna seperti mendekatkan pisau. Wajahnya juga seperti
terbakar dengan emosi, tidak mampu menahan nafsu dan emosi terpendam di
benaknya.
“Begitu
saja? Itu alasan kalian kemari?” Cooper masih tidak menerima jawaban dari
Jason. “Dia putri dari kerajaan yang terlaknat. Gara-gara Raja Lucius, seluruh
dunia tengah menderita, benar-benar menderita!”
“Sialan!”
ucap Yael mulai menggenggam erat tombaknya.
“Kalian
berempat, yang mengantarkan Anna kemari, aku yakin si jalang ini adalah boneka
raja Lucius agar kerajaan Alpinloch dengan mudah menguasai seluruh dunia!
Kalian langsung percaya dengan tingkah laku palsu si putri manja ini. Dia
memanfaatkan kalian agar raja Lucius dapat menguasai dunia dengan mudah!”
“Bisakah
kamu lebih sopan berkata pada seorang wanita!” balas Yael. “Dia putri kerajaan
Alpinloch!”
Cooper
membalas dengan kasar, “Tentu tidak! Dia boneka yang dikirim raja Lucius untuk
mempengaruhi pangeran kerajaan Haven! Agar pangeran bisa menyerahkan
kekuasaannya pada kerajaan terlaknat itu! Buat apa raja Lucius mengirim si
jalang itu hanya untuk menyerang kerajaan Haven secara sembunyi-sembunyi!
“Dia
diam-diam bermuka dua mempertahankan aktingnya yang tidak bersalah itu!
Pembohong! Dia berbohong pada kalian dengan meminta bantuan pangeran kerajaan Haven!
Putri pembohong seperti si jalang bermuka boneka seperti dia tidak pantas untuk
mempertahankan gelarnya!”
Mark
tidak dapat menerima ucapan Cooper yang tidak sopan terhadap Anna, seorang
putri dari kerajaan Alpinloch. Benaknya kini seperti mendidih menunggu untuk
meledak. Dia ambil pedang yang tersimpan di punggungnya dengan menggenggam
erat-erat.
Ucapan
Cooper juga menjadi pedang bermata dua bagi Mark. Ucapannya terhadap Anna yang
tajam juga menusuk hati Mark di saat yang sama. Seingat Mark, Anna bukanlah
seorang penipu atau putri manja berdasarkan jalan cerita Alpinloch Kingdom.
“Mark?”
Justice menatap raut wajah Mark mengerut.
“Kamu
… Cooper, bukan?” Jason mengucapkan nama pria yang berdiri di hadapan mereka.
“Seperti yang kamu dengar, kami butuh bantuan. Putri Anna dari kerajaan
Alpinloch sedang kesulitan. Aku tahu Putri Anna, aku kenal dia. Dia melarikan
diri dari kerajaan.”
“Terus
apa?” balas Cooper. “Aku harus percaya dengan kebohongan kalian?”
“Dengarkan
dia dulu sampai selesai!” jerit Yael.
“Cih,
makanya aku tidak suka berurusan dengan dia,” ucap G pada Griffin.
Cooper
menolak, “Apa buktinya kalau putri jalang ini melarikan diri dari kerajaan
terlaknat itu? Tidak ada, kan?”
“Ada!”
jawab Mark secara spontan.
Perasaan
Anna bagaikan terpecah berkeping-keping ketika mendengar tuduhan pedas Cooper.
Dia berpikir dia tidak mungkin mengandalkan Mark dan yang lain untuk menguasai
kerajaan Haven demi perintah Raja Lucius, melainkan untuk menyelamatkan
kerajaan Alpinloch.
Tangan
kanan Mark yang menggenggam pedangnya juga seraya terulur membela Anna dan
teman-temannya. Karena secara spontan menjawab penolakan Cooper pada Jason,
Mark kini harus mengatakan dari awal.
“Dia
benar,” Mark merujuk pada jawaban Jason. “Anna melarikan diri dari kerajaan
Alpinloch, itu kenyataannya. Makanya, dia ingin merebut kerajaannya kembali
dari tangan Raja Lucius dengan bantuan kami. Anna bukanlah putri yang haus akan
kekuasaan. Aku yakin, Anna bukanlah putri yang manja sembarangan.”
“Pembohong!”
tolak Cooper lagi. “Dia sudah memanipulasi kalian semua! Putri jalang itu
membesar-besarkan kebohongannya pada kalian semua!”
“Mark
…,” panggil Anna.
“Anna.”
Justice menatap wajah Anna memucat setelah mendengar tuduhan Cooper.
“Jadi
apa lagi yang kami bisa buktikan padamu?” bentak Yael pada Cooper.
Cooper
membuang muka sejenak menolak kenyataan yang telah meluncur menuju kedua
telinga. Dia menatap tajam kembali Anna seraya tidak ingin percaya apa yang
baru saja dia dengar.
Mark
membantah, “Anna tidak bohong! Kami tidak bohong! Kamu lihat sendiri wajah Anna
sekarang seperti apa? Dia memang ingin menyelamatkan kerajaannya dari—”
“Pembohong!”
jerit Cooper galak. “Kalian harus pergi dari sini, jangan pernah kembali untuk
menemui pangeran kerajaan Haven! Kalau kalian tidak mau pergi juga, aku akan
pakai cara kekerasan!”
“Cooper
…,” ucap Griffin.
“G,
Griffin, kenapa kalian diam saja! Cepat serang mereka! Serang orang-orang bodoh
dan terlaknat di hadapan kalian sekarang juga! Cepat!” Cooper memberi perintah.
“Ba-baik!”
ucap G.
“Sialan,
aku sebenarnya tidak ingin melakukan ini,” ucap Griffin.
“Sialan!
Kalau begitu … Justice!” seru Jason pada Justice sambil mengambil panah dari quiver-nya dan berbalik menatap kedua
penyihir lawan.
“Baik!”
seru Justice menyiapkan sihir api dengan kedua genggaman.
“Yael,
lindungi Anna! Aku hadapi orang brengsek itu,” perintah Mark.
“Sebelum
kamu menyuruh, aku sudah tahu,” balas Yael.
“Api!”
jerit Griffin menembak sihir bola api.
“Semburan
angin!!” jerit G mengayunkan kedua tangan membuat serangan sihir angin untuk
membantu sihir api Griffin.
Jason
dan Justice bergeser menuju arah yang berlawanan demi menghindari kedua
serangan sihir tersebut. Jason mendekatkan ekor panah menuju tali busur dan
mengunci salah satu dari kedua penyihir sebagai target. Justice membalas serangan
sihir mereka dengan ledakan api yang bermunculan di tanah dekat kedua lawan.
G
dan Griffin melompat menghindari ledakan api di tanah hadapan mereka. Griffin
dengan cepat menyemburkan sihir bola api ketika Jason menembak panah tepat
mengarahnya. Panah itu dia bakar dengan semburan sihirnya demi melindungi diri.
Cooper
menjerit berlari menggenggam pedang berhadapan dengan Mark. Mark yang tertegun
terlambat menyadari Cooper akan menyerang lebih dulu menahan serangannya dengan
mata pedangnya sendiri.
Cooper
memanfaatkan energi luapan emosinya sebagai tenaga untuk mengayunkan pedang.
Dia menjerit sambil memukulkan pedangnya pada mata pedang Mark.
Mark
merasakan kekuatan Cooper benar-benar di luar dugaan. Baru kali ini sejak
berada di dunia novel favoritnya dia benar-benar kewalahan menghadapi seorang
ksatria seperti Cooper. Mengingat dia pernah menebas ksatria kerajaan Alpinloch
dan para pemberontak Sedona, Mark belum pernah mendapat lawan sekuat Cooper.
Cooper,
sebagai seorang murid School of Knight and Magic, ternyata tidak bisa Mark
anggap remeh sama sekali. Dia mengerahkan seluruh kekuatannya untuk menghadapi
Mark yang dia anggap salah satu dari boneka Putri Anna.
Peluh
langsung membasahi wajah Mark ketika dia menghadapi gerakan tebasan pedang
Cooper yang cepat. Baginya, ini bukan pertarungan kendo seperti yang dia
bayangkan, ini benar-benar pertarungan adu kekuatan pedang sekuat-kuatnya.
Anna
terdiam menyaksikan kedua pertarungan sekaligus. Jason tetap menembakkan panah
yang pada akhirnya terbasmi oleh sihir G dan Griffin. Justice mengerahkan
seluruh tenaga demi menembakkan sihir ledakan api. Mark kesulitan menahan
tebasan pedang Cooper sekuat tenaga. Yael menggerakkan tangan kiri menuju
hadapan Anna seraya melindunginya.
Justice menatap ke belakang untuk memastikan
Anna baik-baik saja. Namun, ketika menyaksikan Mark dan Cooper beradu pedang di
belakangnya, sebuah memori yang tidak ingin dia ingat kembali terputar di dalam
benaknya.
Sebuah
memori kilas balik mendadak mengingatkan bagaimana Justice mengalami kesakitan
ketika terkena sebuah tebasan pedang. Ingatan tentang tebasan pedang pemimpin
pemberontak Sedona membuat tubuhnya gemetar. Serangan sihirnya harus rela
terhenti akibat rasa takut berdasarkan memori itu.
“Justice!”
jerit Jason memperingatkan serangan sihir bola api Griffin tepat mengarah pada
Justice.
“Ah!”
jerit Justice terlempar terjatuh ke tanah.
Jason
yang teralihkan menatap Justice terjatuh tidak sempat memperhatikan serangan
sihir angin G yang mengarah tepat padanya. Tanpa sempat mengambil panah dari quiver-nya, dia juga terlempar terjatuh
ke tanah.
Yael
yang masih bertugas melindungi Anna berbalik menatap Jason dan Justice
terbaring sehabis terjatuh terkena serangan sihir. “Kenapa bisa begitu!”
“Mark
…,” ucap Anna menyaksikan Mark bertarung dengan Cooper.
“Uh!”
jerit Mark kehabisan tenaga untuk menahan serangan Cooper ketika kedua kaki
sudah bermunduran di tanah.
Cooper
kembali mengayunkan pedangnya untuk menyerang Mark bagaikan mengayunkan sebuah
palu besar demi menghancurkannya. Kegeramannya tergambar pada wajah tidak puas
ketika menghadapi lawannya itu.
“Berhenti!”
suara seorang wanita terdengar.
Semuanya
terhenti ketika mengalihkan perhatian kepada sumber suara dari sisi pepohonan.
Suara langkah kuda ikut terdengar ketika sumber suara itu memunculkan diri
dengan melangkah melewati pepohonan itu.
Cooper,
G, dan Griffin terdiam ketika menatap seorang wanita yang merupakan sumber
suara itu merupakan salah satu orang penting kerajaan Haven. Mark ikut
tercengang hingga menurunkan pedang mengingat identitas wanita itu berdasarkan
jalan cerita Alpinloch Kingdom.
Rambut
pirang keemasan dengan wajah menawan tanpa kerutan memang wanita yang tidak
asing bagi Cooper, G, dan Griffin. Mark tidak percaya bahwa wanita tersebut
memiliki kecantikan di luar dugaan.
“Pe-pengawal
Britt?” sapa Griffin kebingungan.
Griffin
dan G terlebih dulu berlutut menatap kedatangan Britt yang telah menuruni
tumpangan kudanya. Jason dan Justice bangkit menatap dengan melongo tidak tahu
apa yang sedang terjadi, begitu juga Yael yang terdiam menatap wanita tersebut.
Cooper
menggelengkan kepala seraya menolak untuk berlutut. Wajah tajam dan pedas masih
saja terpasang, sama seperti ketika berhadapan dengan Mark. Dia harus menelan
ketidakpuasan ketika pertarungan melawan Mark tiba-tiba terhenti berkat
kedatangan Britt.
“Putri
Anna dari kerajaan Alpinloch?” Britt bereaksi ketika dia menatap Anna.
Britt
melangkah mendekati Anna untuk melihat lebih jauh. Dia memastikan apakah Anna
yang dia temui merupakan putri dari kerajaan Alpinloch sungguhan. Rambut coklat
sang putri dia perhatikan dengan saksama, begitu juga dengan wajah putih tanpa
kerutan dan jerawat.
“Anda
… Pengawal Britt?” ucap Anna.
“Pengawal
Britt?” ulang Yael yang tetap berdiri di samping Anna.
Britt
berbalik menghadapi G dan Griffin. “G, Griffin, berdirilah. Kalian, Cooper, apa
yang kalian lakukan sampai-sampai harus menyerang putri Anna dan
teman-temannya? Kalian telah memasuki hutan tanpa izin siapapun, nanti kita
akan bicarakan konsekuensinya setelah tiba di asrama School of Knight and
Magic.”
Cooper
membalas dengan kasar, “Britt, putri Anna memang sengaja ingin—”
“Aku
tidak butuh penjelasanmu, Cooper,” potong Britt menegaskan nada. “Kamu memang
tidak sopan terhadap seorang wanita yang berderajat lebih tinggi daripada dirimu.
Kamu memanggilku tanpa menambahkan pengawal.
“Kalian
bertiga, kalian memang belum mendengar kabar yang baru saja kusampaikan pada
kerajaan. Putri Anna sedang melarikan diri dari kerajaan Alpinloch. Dengan
alasan itu, aku percaya Putri Anna memiliki tujuan mengapa dia sedang menuju
kerajaan Haven.”
Anna
mulai mengungkapkan alasannya, “Pengawal Britt, itu benar. Semua yang Anda
katakan benar.”
“Putri
Anna, apa yang kamu butuhkan?”
“Kami
membutuhkan bantuan kerajaan Haven. Kudengar sedang ada pemberontakan kecil
terhadap kerajaanku di sana. Dengan begitu, aku ingin meminta bantuan pada
kalian untuk merebut kembali kerajaanku.”
Yael
memotong, “Sebenarnya saya juga membutuhkan bantuan pangeran, Yang Mulia.
Sedona juga sedang mengalami ancaman para pemberontak setelah dibumihanguskan
oleh sebuah monster terlaknat. Oleh karena itu, atas nama walikota Sedona,
paman saya, saya juga meminta bantuan pada pangeran.”
“Baiklah,
aku mengerti kebutuhan kalian. Kalian bisa membicarakannya pada Pangeran Holland
ketika kita tiba di istana kerajaan. Aku akan mengantar kalian menuju ke sana.
G, Griffin, Cooper, ingat, kita harus berbicara tentang konsekuensinya begitu
tiba kembali di asrama.”
“Ba-baik,
Pengawal Britt,” ucap G dan Griffin menyaksikan Britt kembali menunggangi
kudanya.
“Cih,”
Cooper membuang muka ketika Britt terlebih dulu melangkah memimpin dengan
mengunggangi kuda. Dia melangkah mengikuti Britt tanpa memedulikan siapa yang
berada di belakangnya.
“Anna,
ayo,” ajak Mark mengikuti Britt dan Cooper.
“Hai,
maaf tentang yang tadi,” ucap Griffin meminta maaf pada Anna dan yang lain.
“Cooper memang sembarangan menilai tanpa mempertimbangkannya terlebih dahulu.
Kalau saja kami tahu kabar itu, kami akan langsung memberitahu Cooper dan semua
ini takkan terjadi.”
Jason
menjawab sambil kembali menggerakan kedua kaki mengikuti yang lain, “Tidak apa.
Tidak perlu meminta maaf.”
“Apa
yang kamu bilang itu salah? Mau itu dengar kabar atau tidak, Cooper takkan
percaya dengan kabar itu,” bantah G. “Omong-omong, aku Genevieve.”
“Gene-Geneive?”
ulang Justice seperti terjebak dalam lipatan lidah.
“Aku
biasa dipanggil G.” G membuat nama panggilannya lebih mudah dan sederhana.
“Namaku
Griffin. Sekali lagi, maafkan kami,” sapa Griffin. “Cooper sepertinya belum
bisa menerima Putri Anna dari kerajaan Alpinloch.”
Ketika
Cooper membalikkan pandangan terhadap Anna, matanya melotot menandakan api
kemarahan belum terpadamkan sama sekali. Suara hentakan kedua kaki pada tanah
sama sekali tidak berbohong, membantu memanaskan api di dalam benaknya.
Cooper
membuang muka ketika memperhatikan Anna menyadari tatapannya. Tubuhnya kembali
terbakar ketika teringat kembali wajah sang putri kerajaan Alpinloch. Dia sama
sekali tak pernah menduga Britt akan kembali menasihatinya seperti anak kecil.
Api
di dalam benak Cooper membuatnya benar-benar muak dan lelah. Masih saja tidak
bisa menerima kabar dari Britt benar-benar sesuai kenyataan. Baginya, dia masih
membutuhkan bukti nyata dan konkret, bukan hanya asal ucapan belaka.
Mark
memperhatikan wajah Cooper bagaikan terbakar kemarahannya sendiri. Dia
menggelengkan kepala ketika mengingat kembali bagaimana Cooper menyindir Anna
sebagai seorang putri manja.
Mark
benar-benar yakin Anna bukanlah seorang putri manja. Dia tidak perlu bukti lagi
selain hanya mengandalkan ingatan jalan cerita novel Alpinloch Kingdom. Kelakuan Anna yang telah dia saksikan sejak awal
masuk ke dunia novel tersebut membuatnya lebih meyakinkan.
***
Ketika
bulan mulai meluncur menuju pusat langit hitam bertaburan bintang, sebuah benteng
perbatasan wilayah kerajaan telah berada di depan mata. Lantai batu bata
abu-abu turut menyambut sang pengunjung ketika memasuki benteng perbatasan
tersebut.
Britt
tetap mengunggangi kuda mengantar Mark dan yang lain memasuki daerah kota
kerajaan Haven. Hentakan kuda Britt pada lantai batu bata menyambut keramaian
kota pada malam hari.
Seluruh
masyarakat yang berada di luar setiap bangunan ketika menyelesaikan
aktivitasnya menunjuk Britt. Semuanya berbondong-bondong berlari menyaksikan
sang pengawal itu hanya untuk berlutut.
Keheranan
mulai tertanam pada benak Mark. Dia tidak menyangka bahwa masyarakat kerajaan
Haven tentu wajib berlutut begitu melihat Britt melewati mereka. Dia kira
masyarakat wajib berlutut ketika hanya menyaksikan Pangeran Holland berdasarkan
salah satu adegan Alpinloch Kingdom di
kerajaan Haven.
Langkah
kedua kaki Jason terhenti ketika dia menyaksikan setiap sudut kota. Angin
berembus dia rasakan seraya mengeringkan keringat di sekujup tubuh. Pot bunga
menghiasi beberapa sudut kota membantu menyegarkan angin meski malam hari
sedang menjaga kota.
Mark
dan Anna menghentikan langkah ketika Jason menyaksikan beberapa pot bunga
beragam menyegarkan seluruh pikiran. Justice dan Yael melakukan hal yang sama
hanya untuk melihat masyarakat di sekitar terdiam menyaksikan Britt kembali ke
kerajaan.
Mereka
berlima kembali melanjutkan langkah mengikuti Britt menuju alun-alun dekat
istana kerajaan di sebelah utara kota. Beberapa rumah penduduk terbuat dari
batu bata berlapiskan kayu dan berhiaskan beberapa pot berbunga-bunga telah
mereka lewati.
Lantai
alun-alun terbuat dari keramik krem menyambut langkah kaki menuju pagar
perbatasan istana kerajaan. Begitu mereka melewati pagar batu bata tersebut, tiga
gedung berbeda dan terpisah telah terlihat di depan mata, salah satunya
merupakan istana kerajaan yang berada di sebelah kanan, terpisahkan oleh taman
berbunga dengan sebuah patung di pusatnya.
Britt
menuruni kuda dan menempatkan kedua kaki pada lantai rerumputan. “Tunggu di
sini.”
Britt
menarik tali pada kuda seraya membawanya menuju gedung lingkungan istana
sebelah barat. Langkah kaki kuda ikut berirama ketika menginjak kembali lantai
bebatuan di dekat taman lingkungan istana.
Griffin
bertanya sambil menyaksikan Britt melepas kudanya di dekat gedung sebelah
barat, “Bisakah kita kembali ke asrama?”
Mark
terdiam menatap kedua gedung yang berada di hadapannya, yakni School of Knight
and Magic dan istana kerajaan. Kedua gedung itu saling berdekatan dan
terhubung. Namun, istana kerajaan lebih tinggi daripada School of Knight and
Magic. Dia berasumsi istana kerajaan memiliki lima lantai, sedangkan School of
Knight and Magic memiliki tiga lantai.
Mark
hampir tidak dapat membedakan kedua gedung itu hanya karena bagian luar
berwajah sama persis, terbuat dari batu bata dengan motif perak. Keduanya dia
anggap sebagai satu bangunan saling terhubung.
Sekali
lagi, hal yang telah dia saksikan mengenai istana kerajaan Haven benar-benar di
luar dugaan hanya berdasarkan deskripsi pada novel Alpinloch Kingdom. Mark berdecak kagum menyaksikan betapa megahnya
istana tersebut.
“Wow,”
ucap Jason dan Justice bersamaan.
“Cooper,
G, Griffin, kalian tunggu di ruang depan asrama. Aku akan mengantar yang lain
untuk menemui pangeran. Jangan masuk ke kamar dulu,” perintah Britt. “Putri
Anna, mari.”
Britt
kembali menggerakkan kedua kakinya mengantar Mark, Anna, Jason, Justice, dan
Yael berbelok menuju pintu masuk istana, meninggalkan Cooper, G, Griffin di
belakang terdiam menyaksikan.
Empat
orang pengawal yang berjaga di dekat pintu masuk tercengang ketika menyaksikan
Britt telah kembali pada malam hari. Mereka dengan cepat berlutut menyambut kedatangannya
untuk memberi hormat dan sambutan.
“Selamat
datang kembali, ketua pengawal Britt,” sapa keempat pengawal itu.
“Tolong
bukakan pintu. Mereka ada urusan dengan Yang Mulia Pangeran,” balas Britt.
“Baik,
ketua pengawal!”
Dua
dari empat pengawal yang berlutut bangkit dan berbalik untuk membukakan pintu. Kedua
tangan mereka menyentuh badan pintu kayu untuk mengerahkan tenaga demi
mendorongnya.
Ketika
pintu telah terbuka dengan lebar, Mark tertegun menyaksikan bagian depan dari
isi istana kerajaan tersebut. Justice juga tidak bisa berkata-kata kecuali
hanya menyimpan decakan kagum di dalam benaknya.
“Silakan,
ketua pengawal,”
Britt
mengajak, “Silakan, Putri Anna.”
“Te-terima
kasih,” ucap Anna ketika kembali mengikuti langkah Britt.
Sebuah
pilar putih dan karpet merah penunjuk jalan telah menyambut kedatangan menuju
dalam istana. Dinding putih perak di sekeliling ruang depan istana ikut
memanjakan mata hingga batas imajinasi.
“Ini
istana kerajaan Haven?” ucap Jason tertegun.
“Tentu
saja!” jawab Yael. “Buka matamu, ini bukan mimpi!”
“Selamat
datang kembali, pengawal Britt,” sapa seorang butler berjas hitam menemuinya. “Anda kembali tepat waktu, pangeran
bilang dia ingin ditemani Anda saat makan malam. Makan malam akan siap sepuluh
menit lagi di ruang makan.”
“Terima
kasih,” ucap Britt menatap sang butler bangkit.
“Apakah pangeran masih berada di ruangannya?”
***
“Masuk,”
ucap Holland ketika pintu emas yang membelakanginya terkena sebuah ketukan
beberapa kali.
Pintu
emas murni itu terbuka mengungkapkan Britt baru saja tiba kembali, kali ini
dengan tamu. Holland mendecakkan tubuhnya sambil menatap salah satu tamu
tersebut adalah putri Anna dari kerajaan Alpinloch.
“Putri
Anna? Putri Anna dari kerajaan Alpinloch?” ucap Holland tidak bisa berkata-kata
ketika menatap Anna telah berdiri di hadapannya.
Britt
terlebih dahulu melangkah menghadapi Holland sebelum berlutut memberi hormat. Mark
terdiam tidak tahu apakah harus mengikuti gerak-gerik Britt ketika menghadapi
seorang pangeran dari kerajaan Haven, berlutut.
Secara
canggung, Mark berbalik menatap Jason, Justice, dan Yael telah ikut berlutut
sebagai salam hormat pada sang pangeran. Dia menatap Anna tentu saja tidak akan
berlutut karena derajat sebagai seorang putri dari kerajaan Alpinloch.
Britt
melapor setelah bangkit, “Salam, Yang Mulia Pangeran Holland. Saya sudah
kembali dari berkeliling sekitar perbatasan kota. Tidak ada tanda-tanda pasukan
dari kerajaan Alpinloch. Beruntung, saya menemukan Putri Anna dari kerajaan
Alpinloch.”
“Kabar
itu benar.” Pangeran Holland bisa mengonfirmasi ketika menatap Jason, Justice,
dan Yael ikut bangkit.
Pangeran
Holland menghentakkan kedua kaki menemui Anna ketika Britt bergeser untuk
memberi jalan. Pandangannya menambah fokus terhadap sang putri dari kerajaan
Alpinloch.
Anna
tertegun ketika menatap Pangeran Holland akhirnya berdiri di hadapannya. Dia
menyaksikan Pangeran Holland berlutut hanya untuk mencium pipi tangan kanan
sebagai salam. Wajahnya benar-benar memerah bereaksi kelakuan sang pangeran.
“Putri
Anna dari kerajaan Alpinloch. Aku lega mendengar kabar mengenai dirimu menjadi
sebuah kenyataan. Kamu memang sedang melarikan diri dari kerajaanmu sendiri. Aku
yakin kamu memiliki alasan mengapa kamu kemari. Begitu juga dengan teman-teman
yang ikut bersamamu itu.”
“Maafkan
aku, Pangeran Holland,” jawab Anna terhadap Pangeran Holland. “Aku … datang
kemari ingin meminta bantuanmu. Begitu juga dengan temanku dari Sedona. Kami
butuh bantuan secepat mungkin.”
“Britt,”
Holland memberi perintah, “Tolong bilang pada butler dan para pelayan dan koki istana, makan malam hari ini akan
sedikit tertunda, karena saya ingin meminta pada mereka agar membuatkan
hidangan tambahan untuk para tamu di depan kita. Kira-kira beberapa saat lagi,
saya sudah berada di ruang makan bersama dengan para tamu.”
“Baik,
Yang Mulia,” jawab Britt sebelum berbalik meninggalkan ruangan.
“Baiklah,
bolehkah aku mengetahui siapa kalian?” Holland mengajukkan.
Jason
memperkenalkan diri terlebih dahulu, “Jason, dari Springmaple. Aku yang
mengantar Anna menuju kemari. Lebih tepatnya, temanku, Mark, yang lebih dulu
menyelamatkannya dari ksatria kerajaan Alpinloch ketika sedang dikejar-kejar.”
“Aku
Justice, dari Oakwood,” sapa Justice.
“Justice?
Dari Oakwood?” ulang Holland. “Menarik.”
“Namaku
Yael, dari Sedona. Aku juga ingin meminta bantuanmu, Yang Mulia Pangeran
Holland,” Yael memperkenalkan diri.
Holland
kini menyapa Mark, “Kamu tentu saja pasti Mark.”
“Eh?
Iya. Aku Mark, Yang Mulia Pangeran Holland,” jawab Mark tertegun menundukkan
kepala memberi hormat.
“Baiklah.
Aku ingin mendengar apa yang kalian minta agar bisa kubantu. Maksudku, beberapa
dari ksatria kerajaanku bisa membantu apa yang menjadi masalah kalian,” pinta
Holland.
Jason
terlebih dulu menjelaskan, “Kudengar ada kabar kalau kerajaan Haven sedang
membentuk pemberontakan terhadap kerajaan Alpinloch yang ingin menguasai dunia.
Holland
mengoreksi, “Lebih tepatnya resistensi daripada pemberontakan. Itu semua benar.
Sejak kematian Raja Thais di sana, aku merasa Raja Lucius yang mengambil alih
kerajaan ingin mengambil alih seluruh kekuasaan dunia ini. Sesuatu yang buruk
akan terjadi jika Raja Lucius berhasil mengambil alih seluruh dunia.”
Anna
membenarkan, “Pangeran Holland, yang kamu katakan benar. Raja Lucius ingin
menggunakanku sebagai alat untuk membantunya menguasai dunia. Ashmore,
pengawalku, pernah berkata kalau aku ini benar-benar … spesial. Dengan alasan
itu, ibuku yang sedang berada di dalam penjara kerajaan menyuruhku untuk
melarikan diri.”
“Ashmore,”
ulang Mark.
Setiap
nama Ashmore terlontarkan dari mulut ke mulut, lagi-lagi Mark teringat ketika
Ashmore rela mengorbankan diri agar dia dan Anna dapat melarikan diri dari
ksatria kerajaan Alpinloch.
Kekhawatiran
terhadap Ashmore tetap tersimpan dalam memori Mark. Dia tidak tahu bagaimana
nasib pengawal setia Anna tersebut saat itu setelah tertangkap oleh Oberon,
salah satu pengawal kerajaan Alpinloch.
“Baiklah,
kudengar gadis dari Sedona juga ingin menyampaikan sesuatu,” pinta Holland
lagi.
Yael
menyampaikan, “Yang Mulia Pangeran, Sedona baru-baru ini diserang oleh monster
yang menghancurkan seluruh kota. Lebih buruknya lagi, pemberontak memanfaatkan
kesempatan itu dan membuat kita semua menderita. Dengan alasan itu, aku memohon
pada Yang Mulia Pangeran. Atas nama walikota Sedona, pamanku, aku meminta
bantuan pada kerajaan Haven.”
“Begitu,
kudengar pasukan kerajaan Alpinloch telah meninggalkan Sedona,” Holland
menyimpulkan. “Kalian semua, ada kabar yang baru saja kudapatkan. Ksatria
kerajaan Alpinloch telah tiba di Verona untuk menghalangi jalan utama dari
kerajaan ini. Ternyata bukan hanya untuk mencari Putri Anna.”
“Verona?
Kota di sebelah utara kerajaan ini, dan juga kota di selatan kerajaan Alpinloch,”
ulang Jason.
“Yang
aku takutkan saat kami membentuk resistensi terhadap kerajaan Alpinloch, mereka
akan menghalangi kami berkomunikasi dengan kota-kota lain dengan cara apapun.
Beruntung, sejauh ini mereka hanya telah tiba di kota Verona. Raja Lucius
memang ingin menguasai seluruh kota, seluruh wilayah, dan seluruh pulau.”
Mark
bertanya, “Apakah ada sesuatu yang bisa kami bantu?”
“Sebelum
aku menjawab, apa kalian ingin bergabung dengan resistensi terhadap Raja
Lucius?” Holland bertanya kembali.
“Tentu
saja, Pangeran Holland,” jawab Anna. “Aku ingin menyelamatkan kerajaanku dari
tangan Raja Lucius. Aku juga ingin menyelamatkan ibuku.”
“Bagus.
Nanti kita akan bicarakan tentang hal itu saat makan malam nanti. Yael dari
Sedona, masalahmu akan kusampaikan pada ksatria kerajaan setelah makan malam.
Mari kita ke ruang makan untuk menunggu makan malam.”
Comments
Post a Comment