Alpinloch: Another World Episode 14
The Journey Begins I
“Kenapa
Mark terus membaca novel itu? Apa dia tidak pernah bosan?”
“Novel
Alpinloch Kingdom? Ah, membosankan.
Karakternya Mary Sue sekali
menurutku. Tapi, kenapa setiap orang begitu menyukai novel itu. Bahkan setiap
jajaran novel best seller di toko
buku dan situs pasti ada Alpinloch
Kingdom.”
“Tentu
saja. Alpinloch Kingdom kan disukai
banyak orang. Entah mengapa, hanya adegan drama banyaknya, pertempuran, jangan
ditanya.”
Mark
mencuri dengar percakapan dua orang mahasiswa di hadapannya begitu dia menutup
novel Alpinloch Kingdom. Dia terdiam
duduk di dalam sebuah kelas menatap barisan mahasiswa telah duduk berbaris
menghadap papan tulis dan layar proyeksi.
Begitu
Mark meletakkan novel itu di atas meja hitam depan kursi empuk warna coklat,
Ben berlari melewati tangga barisan tempat duduk khusus mahasiswa sebelum duduk
di dekat Mark.
“Ben.
Bagaimana menurutmu? Anna … tokoh utama Alpinloch
Kingdom?”
Ben
heran dengan pertanyaan Mark. “Kenapa kamu mendadak bertanya itu, Mark?”
“Aku
tidak tahu. Kurasa … selagi alur ceritanya berjalan, Anna terus belajar agar
menjadi seorang putri yang berguna, bukan hanya sekadar putri manja. Dia
berkeliling setiap kota bukan hanya untuk mengamati bagaimana kehidupan mereka,
tetapi juga menyelesaikan masalah. Kurasa Raja Thais adalah seorang ayah
sekaligus guru bagi Anna.”
Ben
sependapat, “Menurutku juga begitu. Apa kamu langsung membaca akhirnya?”
“Tentu
saja tidak, mate! Kamu menyuruhku
agar tidak membaca akhirnya sebelum benar-benar selesai membaca semuanya.”
“Aku
hanya memastikan saja, haha.” Ben tertawa. “Oh, dosen sudah datang!”
***
Seminggu
telah berlalu sejak Mark dan teman-temannya tiba di School of Knight and Magic
sebagai murid tamu kehormatan, kecuali Yael yang memang harus kembali ke Sedona
demi menemui sang paman.
Tetapi,
beberapa murid menyebarkan gosip dari mulut ke mulut bahwa Putri Anna hanyalah
bermain sebagai korban. Alhasil, mereka merasa dia memancing Pangeran Holland
dan Pengawal Britt agar menyerahkan kerajaan Haven pada Raja Lucius. Beberapa
murid menganggap Anna memalsukan cerita dan alasan mengapa dia melarikan diri
hanya untuk perhatian dan simpati.
Mark,
Jason, dan Justice yang menjadi murid tamu kehormatan justru terabaikan oleh
para murid hanya karena hubungan dengan Anna. Beberapa murid justru tidak suka
ketika salah satu dari mereka mendapat kehormatan dan hasil melebihi nilai
mereka.
Beberapa
murid School of Knight and Magic sangat tidak ingin memberi hormat kepada Anna
yang sering berkunjung berkeliling hanya untuk melihat proses pelatihan Mark,
Jason, dan Justice bersama Britt. Britt tidak memedulikan mereka yang tidak
ingin hormat hanya berlutut pada Anna.
Hanya
G dan Griffin serta beberapa murid lain tetap bersikap berbeda daripada yang
lain. Mereka percaya bahwa ucapan Anna bukanlah omong kosong berdasarkan kabar
dari Britt dan Pangeran Holland. Tetapi, mereka tidak ingin menantang beberapa
murid yang tidak percaya kabar itu begitu saja.
Belum
ada kabar apakah Verona telah aman dari ksatria kerajaan Alpinloch. Pangeran
Holland hanya bisa menunggu kabar apakah dia bisa meminta bantuan Mark dan Anna
menuju kota tersebut.
Menunggu
kabar dari Pangeran Holland, provokasi dari para murid harus rela didapat Mark,
Jason, dan Justice selagi berlatih sihir, tetapi hal itu tidak menyurutkan
semangat mereka untuk terus berlatih di School of Knight and Magic.
Tidak
rela dengan kehadiran “anak buah” Anna, beberapa murid yang menentangnya justru
ingin mereka terusir dari Kerajaan Haven karena tuduhan rencana untuk mencuci
otak Pangeran Holland dan Pengawal Britt serta seluruh kerajaan Haven. Tetapi,
mereka sama sekali tidak punya bukti nyata untuk menentukan apakah omongan Anna
hanya omong kosong belaka.
***
Jason
melirik setiap sisi hutan di dekat kerajaan Haven sambil merasakan angin berembus
kencang. Matanya teralihkan oleh langit biru lautan tanpa kelabu begitu seluruh
tubuh merasakan angin segar.
Sinar
matahari mencerahkan seluruh langit hampir tidak ada awan sama sekali. Udara
sejuk dari setiap tumbuhan di hutan membantu menyegarkan hawa panas membawa
embusan angin menuju seluruh tubuh.
Langkah
Jason terhenti ketika menatap ke sebelah kanannya. Dia menatap Mark duduk
menyandarkan punggung di badan pohon hanya menatap rerumputan bergoyang
mengikuti irama angin. Kedua kakinya berbelok untuk menemui Mark.
Mark
kembali merenungkan mengapa sebuah email kepada
pengarang Alpinloch Kingdom bisa
mengirimkannya menuju dunia cerita tersebut. Dia juga heran apakah dia
benar-benar orang pilihan untuk meneruskan cerita menuju akhir bahagia. Jika dia
benar orang pilihan, mengapa ada yang memperingatkannya bahwa dia seharusnya
tidak berada di dunia tersebut.
Ini bukan duniamu.
Sudah
dua kali kalimat itu dia dengar, waktu di Springmaple dan Sedona. Satu hal lagi
yang dia pikirkan bagaimana cara untuk keluar dari dunia Alpinloch Kingdom. Mengakhiri cerita dengan akhir bahagia
satu-satunya tiket untuk kembali ke dunia nyata.
“Mark?”
Jason membuyarkan lamunan Mark.
“Eh?
Jason?”
“Dasar,
kukira kamu berkeliling di sekitar kota, ternyata kamu di sini. Meski School of
Knight and Magic tidak ada kegiatan, setidaknya, setiap murid masih berlatih
keras. Kita juga sebagai murid tamu kehormatan—”
“Hari
libur seperti ini … lebih baik kita bersantai. Terlebih, belum ada kabar dari
Pangeran Holland ataupun Britt.”
Jason
mengoreksi, “Britt? Pengawal Britt maksudmu? Kamu memanggil dia seperti kamu
memanggil Anna saja, seakan-akan kamu sudah akrab tapi kenyataannya belum.
Sopan sedikit.”
“Kamu
juga tidak keberatan memanggil Anna seperti teman akrab kita, kan?” Mark mengingatkan.
“Oh ya, Jason. Duduklah, aku ingin bertanya.” Dia menepuk rerumputan di samping
kanan.
“Ya?”
Jason mulai berbalik duduk di samping Mark.
“Soal
Shada, temanmu.”
“Shada?”
Jason melongo menatap wajah penasaran Mark.
“Bukankah
itu berat kalau dia memulai petualangannya duluan untuk mencari ayahnya?
Apalagi, kamu tidak pernah bilang apakah Shada pernah berlatih menggunakan
senjata,” Mark bertanya.
“Bagi
Shada, ayahnya itu … juga seorang guru untuk kehidupannya. Setiap ayahnya
kembali ke Springmaple, Shada selalu dapat pelajaran penting bagaimana artinya
hidup dan kerja keras. Begitu tidak ada kabar dari ayahnya sama sekali, dia …
dengan berat hati meninggalkan Springmaple demi mencari ayahnya.
“Ayahnya
Shada berkeliling lautan, di saat yang sama, dia juga menemukan keindahan dan
bagaimana budaya dan keadaan di setiap pulau. Aku ingat Shada pernah bercerita
bagaimana ayahnya berhasil tiba di pulau di laut sebelah utara Alpinloch. Waktu
itu sedang ada badai di laut itu, untungnya, dia selamat, tetapi kebanyakan
dari krunya tidak.
“Setahuku,
setiap pelaut yang pergi ke laut sebelah tenggara atau selatan pulau ini tidak
terdengar kabarnya. Mereka menghilang begitu saja tanpa ada pemberitahuan.
Begitu mereka pergi ke sana, yang mereka temukan hanyalah beberapa mayat
tengkorak di dasar laut. Aku percaya kalau ayahnya Shada telah mencoba untuk
pergi ke lautan sebelah selatan dan tenggara.
“Oh
ya, katanya banyak harta karun tersimpan di lautan selatan dan tenggara hanya
berdasarkan kabar itu, kabar para pelaut menghilang ketika mereka pergi ke
selatan pulau ini. Aku tidak tahu apakah Shada benar-benar pergi ke sana.”
“Harta
karun?” ulang Mark.
Mark
mengingat salah satu adegan cerita berlatar di kota Bluewater bahwa Raja Thais
mengungkapkan banyak pelaut termasuk bajak laut yang berlaut ke selatan. Alasan
mereka bukan menjadi rahasia lagi karena harta karun sangat menggiurkan nafsu.
Masuk
akal jika nafsu telah menggiring setiap pelaut yang melaut ke selatan hanya
mencari harta karun menggiurkan itu. Terdengar kabar bahwa setiap orang yang
pergi ke pulau-pulau di laut selatan telah menghilang atau mati menjadi
tengkorak karam di dasar laut.
Mark
seperti menemukan jawaban mengapa kerajaan Alpinloch tidak boleh melaut ke
selatan secara sembarangan. Bukan hanya kerajaan Alpinloch, tetapi juga setiap
orang di setiap kota dunia Alpinloch
Kingdom tidak diperbolehkan untuk pergi ke pulau-pulau selatan
berhartakarun itu secara tidak tertulis. Entah karena mitos atau bukan,
jawabannya sama sekali belum terungkap.
“Mark?”
Jason membuyarkan lamunan Mark sekali lagi. “Aku takut kalau Shada berpikir
kalau ayahnya … juga tergiur oleh harta karun itu. Aku juga … takut kalau Shada
akan benar-benar pergi ke selatan. Aku hanya berharap bisa menemukan kembali
Shada, juga Sean. Aku sudah menceritakannya, kalau aku berpetualang juga untuk
bertemu mereka kembali.”
“Jason
…,” ucap Mark.
Mark
kembali terpikir bagaimana jika dia memberitahu asal-usulnya, akankah ada
sebuah konsekuensi jika dia benar-benar memberitahu kalau dirinya berasal dari
dunia nyata. Dia tahu, Jason, Anna, Justice, dan orang lain di dunia Alpinloch Kingdom tidak akan mengerti
jika identitasnya terungkap.
“Kalian!”
Griffin berlari menemui mereka dari samping. “Gawat! Ini gawat!”
“Whoa!
Ada apa?” Jason berdiri menatap Griffin yang menghentikan langkah dengan
terengah-engah.
“Cooper!
Putri Anna!”
***
“Anna?”
panggil Justice begitu menatap Anna berjalan di selasar.
Justice
mempercepat langkahnya hingga lantai batu bata selasar School of Knight and
Magic berdering. Tanpa perlu mempedulikan beberapa siswa berjalan atau berdiri
menatap dan memperbincangkan Anna, dia dengan cepat menemui putri kerajaan
Alpinloch itu di samping persimpangan.
“Justice?
Kukira Mark dan Jason bersama kalian,” sapa Anna.
“Kukira
mereka bersamamu. Omong-omong, kamu tidak bersama Pengawal Britt di sini?’
Anna
terdiam memperhatikan setiap murid yang melangkah memberikan sinyal campuran.
Entah mereka membenci atau menyukai keberadaannya di School of Knight and Magic
sebagai tamu paling terhormat.
Beberapa
ujaran juga meluncur ke telinga Anna, kebanyakan hal-hal buruk berupa gosip
jika kerajaan Alpinloch ingin mengandalkannya untuk mencuci otak Pangeran
Holland dan Pengawal Britt. Berkat gosip yang tidak mengenakkan hati, mayoritas
dari murid di selasar tersebut memperbincangkan bahwa Anna akan membuat
kerajaan Haven takluk pada kerajaan Alpinloch.
“Anna?
Jangan dengarkan mereka. Aku tahu mereka menuduhmu. Kamu tidak mungkin membuat
kerajaan Haven menyerahkan kekuasaannya pada kerajaanmu,” bujuk Justice.
“Ma-maaf,”
ucap Anna terbata-bata. “Sebenarnya … Pengawal Britt sedang ada urusan di
halaman istana. Jadi, aku hanya ingin berjalan-jalan sendiri di sekolah ini.
Aku juga ingin melihat Mark, Jason, dan—”
“Oh,
Cooper datang!” ucap salah satu murid wanita seraya mencengangkan Anna dan
Justice.
“Oh
gawat, Putri Anna …. Kalau Cooper datang bisa bahaya,” beberapa perbincangan
antar murid terdengar seraya Cooper datang melangkah dari belakang Anna.
“Wah,
Putri Anna sendirian tanpa Pengawal Britt, dia tidak akan bisa apa-apa.”
“Kuharap
Cooper bisa mengusir Putri Anna tanpa sepengetahuan Pengawal Britt atau
Pangeran Holland.”
“Dia
yang memulai gosip itu, bukan?”
“Akhirnya,
semoga mereka mampus.”
Anna
berbalik tercengang ketika menatap Cooper berjalan tepat di hadapannya. Sudah
dia pastikan bahwa wajah Cooper sama sekali tidak berbohong ketika menatapnya,
terlebih, Britt tidak mendampinginya sama sekali.
Wajah
masam bercampur dengan bara api jelas tergambar pada Cooper ketika berjalan
mendekati Anna. Cooper menarik kain baju putih sang putri dari kerajaan
Alpinloch dengan berani dan geram. Cengkramannya mulai mengiris hati Anna
ketika menatapnya.
“Cooper!”
jerit Justice.
“Kamu
tidak bisa apa-apa tanpa Britt,” ungkap Cooper.
“Lepaskan!”
balas Justice berusaha melerai.
“Diam!”
Cooper mendorong Justice hingga terjatuh ke lantai hanya dengan menyentuh
lengan.
“Astaga!”
jerit G ketika tiba di keramaian bersama Griffin.
“Cooper?
Putri Anna? Mana Pengawal Britt?” Griffin panik ketika semakin banyak murid
berdatangan. “Biasanya Pengawal Britt bersama Anna.”
Cooper
menatap ke setiap sisi selasar menyampaikan pada setiap murid, “Dengar
baik-baik, semuanya! Kalian tahu kabar itu? Putri Anna memang kemari untuk
menguasai kita semua, kerajaan Haven! Hina sekali!”
“Ah!”
Anna terdorong ke lantai oleh tenaga Cooper.
“Sial,
dia mulai beraksi!” ucap Griffin panik ketika menatap empat murid lelaki
menarik paksa Anna dan Justice untuk bangkit.
“Sialan!
Kamu keterlalu—” ucapan Justice terhenti ketika salah satu dari murid penyihir
mengucapkan mantra penutup mulut. Dia begitu panik dia bisa bersuara sama
sekali.
“Tolonglah
….” Anna mulai berkaca-kaca. “Jangan seperti ini.”
“Tangisanmu
palsu!” tuduh salah satu murid.
“Bawa
mereka pergi ke luar kota! Cepat! Kalian semua, ikuti aku! Cepat!” jerit Cooper
geram memulai langkah menuju gerbang keluar.
“Ayo!
Cepat!” jerit keempat orang mulai menggiring Anna dan Justice.
“Ah!
Lepaskan! Lepaskan!” jerit Anna tidak mampu menerima cengkraman kasar dua orang
lelaki pada kedua lengan.
“Aku
cari Pengawal Britt!” ucap G ketika menatap para murid mengikuti langkah Cooper
dengan perasaan antara puas melihat Anna akan terusir atau ketegangan karena
merasa iba.
“Aku
cari Mark dan Jason! Mereka ada di luar kota,” Griffin mengangguk sebelum dia
dan G berpencar.
***
“Ah!”
jerit Anna kembali terdorong ke atas jalan bebatuan ketika tiba di depan
gerbang keluar kerajaan bersama dengan Justice.
Kejadian
tersebut telah mengundang perhatian beberapa masyarakat kerajaan Haven,
terlebih Putri Anna menjadi pusat perhatian berkat Cooper dan para murid
lainnya. Gerbang keluar kerajaan tersebut telah menjadi lokasi perbincangan
hangat, baik dari sesama murid dan sesama rakyat jelata lainnya.
Tidak
sedikit yang begitu puas menatap Anna harus rela tertindas akibat sebuah gosip
belaka, gosip bahwa Anna ingin mencuci otak pihak kerajaan agar menyerahkan
kekuasaan pada kerajaan Alpinloch. Tidak sedikit pula yang menatap tindakan
Cooper dan teman-temannya telah melampaui batas sambil merasa iba dan
menyebarkan belas kasihan. Perbincangan masyarakat semakin terdengar.
“Astaga!
Itu Putri Anna dari kerajaan Alpinloch!”
“Tidak
mungkin! Dia akan menguasai kita semua?”
“Lihat!
Murid School of Knight and Magic itu, Anna akan mampus.”
“Akhirnya
aku ingin melihat dia terusir dengan hina seperti itu!”
Salah
satu murid bahkan berteriak, “Kami tidak perlu putri kerajaan terlaknat
sepertimu!”
“Cepat
keluar! Jangan pernah datang lagi! Pergi sama penyihir hina itu sana!”
“Tidak
… tidak ….” Air mata Anna semakin meledak ketika mendengar semua ejekan dari
beberapa warga kerajaan Haven.
Cooper
bahkan tega menendang Anna dan Justice yang hanya terbaring di jalan batu bata
tidak berdaya dengan keras. “Kalian lihat sendiri. Sekarang kerajaan Haven,
seluruh orang di sini, tahu kebohonganmu. Semua kebohonganmu telah terbongkar,
putri terlaknat.”
Anna
berbicara sambil menekan perut dengan kedua tangan menahan rasa sakit akibat
tendangan Cooper, “Tidak. Aku tidak bohong.”
“Iya!
Kamu bohong!” jerit beberapa dari masyarakat kerajaan Haven tidak ingin
menerima.
“Cepat
pergi sana!”
Cooper
melanjutkan ucapan yang mengiris hati Anna, “Lihat, kan? Kami, murid School of
Knight and Magic, tidak menginginkanmu dan teman-temanmu! Bahkan seluruh
kerajaan Haven tidak menginginkanmu! Bahkan seluruh pulau ini tidak
menginginkanmu! Bahkan seluruh dunia tidak menginginkanmu!”
“Kamu
salah!” jerit Griffin yang melangkah memasuki gerbang kerajaan bersama Mark dan
Jason.
“Ka-kamu!
Kalian!” jerit Cooper tidak senang.
“Apa
yang kalian telah lakukan pada Anna, putri kerajaan Alpinloch?” tanya Griffin
tegas ketika menghentikan langkah.
Jason
mulai mengonfrontasi, “Cooper, apa maumu dengan Anna? Hah?”
Salah
satu murid bertanya-tanya, “Griffin? Sejak kapan dia keluar untuk memanggil
mereka?”
Mark
terdiam menatap Anna mengerutkan wajah dan menggigit lidah menahan sebuah
tangisan. Diam-diam, dia merasa ingin meledakkan seluruh otaknya ketika menatap
seseorang tega menyakiti sang putri dari kerajaan Alpinloch.
Justice
terdiam tidak mampu mengucapkan sepatah kata dan suara sama sekali, dia hanya
mengeluarkan tangisan terpendam dari seluruh hati. Rasa sakit akibat tendangan
Cooper juga terasa di bagian perut.
Mark
menatap hampir seluruh warga, kebanyakan pedagang di luar beberapa bangunan,
telah berdiri mengelilingi sekitar gerbang keluar. Beberapa murid juga tidak
kalah banyak menyoraki untuk mengusir Anna dan kawan-kawannya.
“Kalian
juga bersekongkol dengan putri bajingan ini! Griffin, kamu ada di pihak mana?
Pihak kerajaan Haven atau kami!” jerit Cooper.
“Pengkhianat!
Griffin pengkhianat!” jerit salah satu murid.
“Aku
tidak peduli hal itu. Pengawal Britt sudah bilang padamu, Cooper,” Griffin
mengingatkan.
“Britt
telah terpengaruh oleh berita bohong itu! Kerajaan Haven akan diambil alih sama
gadis jalang itu!” balas Cooper membantah. “Semua yang Anna katakan bohong!
Bohong besar!”
Jason
ikut membantah, “Apa kamu tidak puas kalau kami tahu Anna sama sekali tidak
berbohong! Dia melarikan diri dari kerajaan untuk mencari bantuan Pangeran
Holland!”
“Mana
buktinya?” salah satu murid mempertanyakan.
“Bu-bukti?”
Jason tidak mampu berbicara lagi.
“Anna
….” Mark berlutut menemui Anna yang tetap mengeluarkan air mata. “Kamu tidak
apa-apa?”
“Kalian
lebih baik keluar dari kerajaan ini. Bajingan seperti kalian sudah tidak
dibutuhkan dunia ini. Kami lelah dengan kebohongan kalian semua!” bentak
Cooper.
“Apa
katamu? Anna tidak berbohong!” bela Mark.
“Begitu
ya? Kalian masih saja membantah. Kalian pergi atau kami yang akan memaksa?
Kalau perlu, aku ingin memenggal kepala gadis jalang dari kerajaan Alpinloch
itu. Kami juga sudi untuk membunuh kalian semua,”
Mark
terpicu perkataan Cooper hingga menjerit, “Kamu!”
“Mark!”
jerit Jason ketika menatap Mark mulai menarik pedang dari belakang punggungnya.
“Berhenti,”
suara Britt terdengar seraya melewati setiap murid School of Knight and Magic
dengan G. “Minggir!”
“Astaga!
Itu Pengawal Britt!” seru salah satu murid School of Knight and Magic
mengingatkan untuk berlutut dan menyingkir memberi jalan.
Langkah
kaki Pengawal Britt seraya berbunyi ketika mendatangi Cooper dan beberapa
rakyat jelata serta murid School of Knight and Magic. Kepalanya bergeser
memperhatian mereka telah berkumpul di dekat gerbang keluar demi mengusir Anna.
“Apa
yang kamu lakukan di sini!” jerit Cooper menemui Britt tanpa hormat.
“G
telah memberitahuku apa yang telah kalian lakukan pada Putri Anna. Selama aku
tidak ada berada di dekat sang putri dari kerajaan Alpinloch, kalian berani mengusir
dia dari seluruh kerajaan ini. Tidak ada yang berhak mengusir tamu kehormatan
kerajaan Haven, mereka.” Britt menunjuk Anna dengan menganggukan kepala.
“G!
Griffin!” jerit Cooper berbalik menggerakkan kepala menatap kedua temannya.
“Kalian di pihak siapa! Berani sekali kalian jadi pengkhianat untuk membantu
putri pembohong itu!”
Dengan
cepat, Britt menggenggam rapier dan
mengayunkannya. Ujung rapier-nya
langsung melesat hampir mengenai leher Cooper. Dengan geram, Britt memberi
ancaman mengarahkan ujung rapier yang
tajam dan tipis akan mengiris leher Cooper.
“Pengawal
Britt!” ucap Jason tidak tega.
Seluruh
rakyat kerajaan Haven yang tetap berdiri berkumpul tercengang ketika menatap
Britt berani mengancam Cooper. Perbincangan pun menjadi lebih keras dan
tercampur aduk seperti tidak jelas fokusnya.
“Kamu
tidak bisa menghargai siapapun, bahkan aku sendiri, bahkan Putri Anna, bahkan
tamu-tamu kehormatan kerajaan. Aku yakin kamu tidak bisa menghargai dirimu
sendiri,” tegas Britt.
“Britt!
Kamu sedang dibohongi—” bentak Cooper memundurkan langkah.
“Aku
belum selesai! Hentikan!” jerit Britt menghentakkan kaki dan menggerakkan rapier-nya.
“Astaga!”
ucap Anna berdiri menatap ketegasan Britt.
“Oh
tidak. Apa Britt juga terpengaruh tipu daya putri terlaknat itu?” salah satu
murid mengungkapkan.
“Diamlah!”
jerit Britt menghentikan setiap perbincangan. “Cooper, berapa kali kamu telah
memanggilku tanpa gelar kehormatan? Itu sama sekali tidak sopan bagi murid
sekolah di dekat istana kerajaan! Kamu tega menindas Putri Anna, tamu
kehormatan dari kerajaan Alpinloch! Kamu tidak akan tahu apa yang sedang dia
rasakan sekarang!
“Kalian
semua, benar, rakyat dan murid School of Knight and Magic. Aku telah melihat
kelakuan kalian pada Putri Anna dan teman-temannya yang jauh-jauh kemari untuk
meminta pertolongan. Ini balasan kalian? Menyebarkan rumor dan kebohongan hanya
berdasarkan rencana kerajaan Alpinloch yang ingin menguasai seluruh dunia.
Kalian tahu, apa kata Pangeran, kabar Anna melarikan diri dari kerajaan memang
benar.
“Lalu
kalian bertanya tentang bukti? Hanya perkataan, itu saja. Silakan, mau percaya
atau tidak, aku ingin memberi kata pada kalian semua. Hargailah.”
“Aku
sudah mendengar semuanya,” suara pria tidak asing bagi rakyat kerajaan Haven
mencengangkan hati
“Ah!
Pangeran Holland!” tunjuk salah satu rakyat ketika melihat Holland mulai
melangkah.
Seluruh
rakyat dan murid secara tertegun berlutut ketika menatap sang Pangeran melewati
mereka. Cooper, G, Griffin, dan Cooper ikut berlutut menatap sang pangeran.
Mark, Jason, Anna, dan Justice tidak kalah kaget dan ikut berlutut secara
spontan mengikuti yang lain.
Pangeran
Holland memberi perintah ketika mendekati Britt dan Cooper, “Kalian bisa
berdiri sekarang.”
“Ya-Yang
Mulia Pangeran …,” sapa Britt tertegun menyimpan rapier-nya.
Holland
berbalik menatap rakyatnya. “Bubar! Kalian boleh kembali melakukan kegiatan
kalian masing-masing! Tinggalkan gerbang keluar! Kecuali, mereka, ya, Pengawal
Britt, para tamu kehormatan, dan tiga murid School of Knight and Magic yang
telah terlibat.”
Seluruh
rakyat jelata, termasuk para pedagang, berbalik meninggalkan pusat keramaian
kerajaan saat itu. Begitu juga dengan seluruh murid School of Knight and Magic,
mereka melangkah kembali menuju halaman istana. Cooper, G, dan Griffin terdiam
begitu Holland memperlakukan mereka sebagai pengecualian.
“Pangeran
Holland,” ucap Jason seraya membantu Justice berdiri.
“Aku
ingin berbicara pada kalian semua, di sini,” Holland mengungkapkan. “Tentang
keadaan Verona sekarang.”
Griffin
mengangkat tangan. “Maaf, Yang Mulia. Apa hubungannya dengan kami bertiga?”
“Griffin,
G, Cooper, alasan mengapa kalian harus mendengarkan perintahku kali ini …
kalian akan ikut bersama mereka, menjalankan misi menuju Verona. Kalian juga
akan ikut terlibat rencana resistensi terhadap kerajaan Alpinloch lebih awal,
sama seperti mereka. Tidak ada lagi protes.”
“Kenapa!
Kenapa aku harus ikut putri terlaknat ini, Yang Mulia!” Cooper mencoba untuk
protes.
“Ini
tidak perlu diperdebatkan, Cooper. Ini sebagai hukuman karena kamu telah
menindas Putri Anna dan penyihir dari Oakwood. Hukuman untuk murid-murid yang
lain, aku akan memberitahu Britt nanti,” jawab Holland. “Kalian akan berangkat
begitu matahari telah mencapai puncak langit.
“Kudengar
pasukan dari kerajaan Alpinloch telah meninggalkan Verona. Apapun yang terjadi,
semacam resistensi di Verona telah terbentuk atau tidak, kita tidak tahu kalau
belum pergi ke sana. Jika benar terjadi, ini tugas pertama kalian. Antarkan sepucuk
surat kepada sang walikota Verona. Namanya Ellie, dia terpilih menjadi walikota
tepat sebelum kabar Raja Thais menyebar luas.
“Tetapi, kalian harus berhati-hati, kudengar
juga jalan utama menuju Verona dijaga oleh para ksatria dari kerajaan
Alpinloch. Sepertinya Raja Lucius memang tidak ingin setiap kota dan kerajaan
bersatu menggagalkan rencananya untuk menguasai dunia.”
Mark
menjawab, “Kami akan lakukan yang terbaik. Kami akan membantumu sebisa mungkin,
Yang Mulia.”
“Terima
kasih. Kalian semua sebaiknya kembali ke istana untuk bersiap-siap. Cooper, G,
dan Griffin, kalian kembali ke asrama untuk bersiap-siap. Britt, kamu umumkan
konsekuensi dari perbuatan setiap murid, kamu tidak usah ikut untuk mendampingi
mereka.”
“Ta-tapi,
Yang Mulia,” potong Britt.
“Tidak
masalah. Kamu tidak perlu ikut campur dengan misi ini, mereka pasti bisa
kembali kemari dengan selamat,” tanggap Holland. “Kupercaya, Mark, Putri Anna,
Jason, dan Justice, begitu juga dengan Griffin, G, dan Cooper, kalian pasti
bisa tiba dan kembali dengan selamat.”
Justice
mengayunkan kedua tangan mengisyaratkan sesuatu. Suaranya masih belum kembali
berkat sihir silence yang dia terima
oleh salah satu murid penyihir di School of Knight and Magic.
“Oh
ya, kami lupa,” ucap Griffin menatap Justice menunjuk mulutnya sendiri
menggunakan telunjuk. “Revert!”
“Ah!”
Justice bisa bernapas lega begitu suaranya telah kembali. “Beruntung ada yang
ingat aku tidak bisa berbicara karena sihir silence.
Eh? Kenapa orang bajingan seperti dia harus ikut?” Dia menunjuk orang bajingan sebagai Cooper.
“Orang
bajingan katamu?” ucap Cooper geram.
“Sudah,
sudah,” Jason melerai sebelum mulai pertengkaran lebih jauh lagi. “Sebaiknya
kita kembali ke istana untuk bersiap-siap. Petualangan kita baru saja dimulai.
Kita akan ke Verona, bersama-sama.”
“Terserah
apa sesuka kalian.” Cooper meninggalkan gerbang kembali menuju istana terlebih
dahulu.
“Tunggu,
Cooper!” ucap G menyusul dengan Griffin.
“Kamu
tidak apa-apa, Anna?” tanya Mark.
“Aku
… yang penting … kita semua memulai untuk menyelamatkan kerajaanku, dan juga
dunia,” Anna mengulum senyuman dibalik airmatanya.
“Kita
juga akan bertemu Ashmore kembali, pasti,” ucap Mark begitu dia, Anna, dan
Justice mulai berjalan.
“Shada,
Sean, tunggu aku, aku akan bertemu kalian lagi,” gumam Jason menatap
rekan-rekannya telah meninggalkannya terlebih dahulu.
Lanjutkan!
ReplyDelete