Alpinloch: Another World Episode 13

Inside the Kingdom Palace and School of Knight and Magic II

Meja berhiaskan taplak meja merah dan beberapa lilin sebagai penerangan dengan lebar mendominasi bagian tengah ruang makan. Beberapa piring dan mangkuk keramik berkilauan, garpu, sendok dan pisau perak, serta cawan emas telah tertata rapi di depan masing-masing kursi.
Lantai keramik bermotif segitiga dan dinding krem menambah penerangan lampu-lampu chandelier lilin. Beberapa chandelier yang tertata di langit-langit ruangan seraya menyalakan api pada ujung lilin menerangi suasana makan malam.
Holland duduk menghadap pintu dapur menunggu butler dan para pelayan mengantarkan semua hidangan untuk makan malamnya bersama tamu-tamu istimewa. Mark dan kawan-kawan terdiam di keheningan sejenak hanya menatap peralatan makan.
Holland memecahkan keheningan tersebut. “Oh ya, benar juga. Kalian benar-benar ingin bergabung dengan resistensi terhadap kerajaan Alpinloch, ya? Baiklah, biar kusampaikan apa yang sedang terjadi di kota Verona seperti sudah kuberitahu sebelumnya.
“Sejak Putri Anna menghilang dari kerajaan, alih-alih mengejar melewati Verona, kabar itu berembus dan tiba di Sedona. Kudengar juga ksatria kerajaan yang seharusnya berjaga di sekitar Sedona mengejar Putri Anna.”
Yael menganggapi, “Begitu, pantas seluruh ksatria kerajaan Alpinloch yang berjaga di setiap sudut perbatasan Sedona pergi begitu saja.”
“Karena kalian sudah tiba di sini dan ingin bergabung dengan resistensi terhadap Alpinloch, kalian harus berlatih di School of Knight and Magic sebagai murid tamu kehormatan, demi melindungi Putri Anna.”
Yael mengangkat tangan kanan. “Maafkan aku yang mulia, aku harus kembali ke Sedona. Aku khawatir pada pamanku dan rakyat Sedona selagi aku pergi. Hal yang aku takutkan para pemberontak semakin memperburuk keadaan Sedona ketika pasukanmu tiba. Aku hanya seorang wanita pemegang tombak.”
“Aku hormati alasanmu, Yael. Sungguh terhormat wanita sepertimu mengkhawatirkan kota tempat tinggalmu.”
Jason bertanya, “Jadi? Apakah setelah kita selesai dengan urusan tamu kehormatan kita akan berperang melawan ksatria kerajaan Alpinloch di Verona?”
“Tentu tidak. Kita akan menunggu waktu yang tepat, waktu yang tepat. Aku sudah membuat surat kepada seorang wanita, seorang wanita yang merupakan walikota Verona,” jawab Holland. “Dia harus mengetahui kalau kabar adanya resistensi dari kerajaan Haven benar.”
“Yang mulia Pangeran Holland,” sapa Britt memasuki ruang makan. “Maaf, apakah aku harus menemani Pangeran sekarang? Saya jadi tidak enak kepada para tamu—”
“Tidak apa-apa, bergabunglah dengan kami.” Pangeran Holland tidak keberatan dan menunjuk kursi di dekatnya. “Duduklah.”
“Ta-tapi, Yang Mulia ….”
“Aku sudah memintamu untuk menemaniku. Duduklah.”
“Ba-baik, Yang Mulia.” Britt akhirnya duduk di sebelah Holland.
Para pelayan berpakaian gaun putih berlengan hitam dipimpin oleh sang butler berdatangan membawa seluruh hidangan dari pintu dapur di depan mata Holland. Satu per satu piring besar setiap hidangan diletakkan di atas meja.
Sang butler mendatangi setiap peserta makan malam seraya menuangkan anggur merah dari botol menuju masing-masing cawan emas di meja. Tuangan anggur merah menuju cawan emas berbunyi seperti air keran mengalir menuju sebuah bak.
Mark tercengang ketika menatap dia akan meminum anggur merah di sela-sela makan malam. Dia sama sekali tidak pernah meminum anggur merah, terlebih dia hanyalah seorang mahasiswa di dunia nyata sebelum terkirim ke dunia Alpinloch Kingdom.
Anggur merah yang telah berada di dalam masing-masing cawan emas berwarna campuran merah hitam pekat. Bahkan hampir seperti darah yang akan diminum oleh seorang vampire di dalam cerita.
Di atas meja, telah tersaji beberapa piring besar hidangan makan malam, diantaranya semangkuk besar sup sayuran bening, babi guling, roti, dan buah-buahan pilihan.
Justice harus menelan ludah ketika menyaksikan dua piring besar babi guling berukuran besar telah berada di atas meja. Terlebih, babi guling itu telah terbakar hingga coklat keemasan pada bagian kulit, terlihat renyah jika sampai ke dalam mulut. Beberapa dari pelayan mulai memotong babi guling tersebut.
“Ba-babi?”
Jason menegur Justice, “Justice, jangan mengeluh apa yang mereka telah sajikan.”
“Tapi mereka membunuh babi itu untuk dimakan,” Justice membela diri ketika beberapa dari para pelayan selesai memotong babi guling itu.
“Terima kasih, kalian boleh kembali,” Holland mempersilakan butler dan para pelayan untuk meninggalkan ruang makan.
Mark membandingkan bagaimana adegan makan malam di kerajaan Alpinloch berdasarkan ingatannya. Dalam cerita, biasanya seluruh anggota keluarga dan staf kerajaan Alpinloch berkumpul untuk makan malam bersama di ruang makan lebih luas dibandingkan di kerajaan Haven.
Kerajaan Alpinloch menerapkan etika agar seluruh keluarga dan staf kerajaan berada di ruang makan saat acara makan malam berlangsung. Jika ada seseorang yang memutuskan untuk tidak bergabung dalam acara makan malam dan memakan makanannya di ruangan berbeda sendirian, sikapnya akan dianggap kurang sopan bagi kerajaan, apalagi untuk raja dan ratu.
Dalam beberapa adegan makan malam di Alpinloch Kingdom, Raja Lucius menolak hadir dalam acara tersebut hampir setiap hari. Mark tentu ingat mengapa Raja Lucius menguasai kerajaan Alpinloch sesuai dengan agendanya hanya berdasarkan beberapa adegan tersebut.
Kali ini, di kerajaan Haven, staf seperti ksatria, pengawal, butler, pelayan, dan koki istana boleh memakan hidangan makan malam di ruangan terpisah masing-masing. Britt, sebagai ketua pengawal, bisa menjadi sebuah pengecualian karena seringkali diminta untuk menemani sang pangeran.
“Terima kasih telah bergabung menemaniku dalam makan malam kali ini. Makanlah. Tidak usah sungkan melihat hidangan sebanyak ini. Kalian pasti lapar setelah jauh-jauh kemari.” Holland mengangkat secawan anggur merahnya seraya toast gelas ke udara. “Bon appetit.”
Masing-masing dari tamu mengambil minimal seporsi dari setiap hidangan. Sup mereka ambil menggunakan sendok sayur menuju mangkuk. Potongan babi guling mereka ambil menggunakan garpu yang telah tersedia. Potongan roti mereka ambil hanya menggunakan tangan. Buah-buahan pilihan di meja mereka diamkan untuk hidangan penutup.
Mark terlebih dahulu menggenggam secawan anggur merah menuju mulutnya. Begitu anggur merah itu memasuki ke dalam mulut, kombinasi rasa asam, manis, dan pahit membakar lidahnya. Ketika cairan anggur merah itu langsung masuk ke dalam tenggorokan tanpa didiamkan di lidah, anggur merah itu seperti membakar tubuhnya dengan cepat.
Mark tidak begitu nyaman ketika pertama kali meneguk anggur merah, tenggorokannya tetap terbakar oleh dominasi sisa rasa pahit dari punggung lidah. Tenggorokannya seperti dimasuki sebuah obat tanpa rasa manis.
Jason, Anna, dan Yael terlebih dulu menikmati potongan babi guling dengan roti menggunakan pisau dan garpu perak. Justice, menolak untuk memakan babi sebagai hewan yang dibunuh hanya untuk dimakan, memakan sup dengan roti dengan terburu-buru, hingga suara cucupan dari mulut menggelembung di telinga.
Mark terlebih dahulu memutuskan untuk menikmati sup sayuran. Sup itu berkuah kuning berkaldu membaluti potongan dadu wortel, parsnip, turnip, bawang Bombay, jamur, kubis, dan kacang hijau. Sesendok sup meluncur menuju mulutnya.
Rasa gurih dari kuah kuning sup dan manis dari sayuran mendarat di mulut Mark. Dia dengan perlahan mengiris potongan sayuran di mulut dengan giginya sebelum menelan.
Beralih ke babi guling. Mark menggunakan garpu dan pisau untuk memotong daging yang telah berada di piringnya. Begitu terpotong, warna putih dari dalam daging terungkap dari kulit coklat keemasan. Potongan daging itu meluncur menggunakan garpu menuju dalam mulut.
Kelembapan dan kekenyalan dari daging babi dapat terserap pada lidah, begitu juga dengan kerenyahan kulit coklat keemasan babi yang teriris oleh gigi. Rasa asin dan gurih dari bumbu babi guling juga membuat nikmat lidah.
Keheningan menemani acara makan malam dengan tenang, tidak ada yang berbicara selagi memakan hidangan yang telah tersedia di atas meja. Semua mengikuti etika makan malam di kerajaan Haven, makan malam dengan tenang tanpa perlu berisik.
Ketika semangkuk sup dan sepiring potongan babi guling telah habis di hadapan peserta makan malam, hidangan penutup berupa buah-buahan pilihan telah menanti. Potongan lemon, jeruk, anggur, apel, pir, plum, dan stroberi telah menanti untuk dimakan.
Dengan nikmat, buah-buahan membantu menyegarkan dan mencuci mulut sehabis menikmati hidangan utama makan malam tersebut. Rasa manis dan asam turut membasahi kembali mulut sebelum masuk ke dalam tenggorokan.
Holland menutup acara makan malam itu. “Saya senang kalian menikmati makan malamnya. Sudah begitu larut, sebaiknya kalian beristirahat sebelum memulai hari esok. Yael, aku akan sampaikan pada ksatria kerajaan. Besok, kamu bisa kembali ke kotamu bersama mereka. Mark, Jason, Justice, kalian jadi murid tamu kehormatan di School of Knight and Magic.
“Britt, tolong antarkan tamu-tamu kehormatan kita menuju kamar tamu. Kalian semua, semoga hari esok kalian lebih bermakna.”
“Baik, yang mulia Pangeran Holland,” sapa Britt berdiri. “Putri Anna, mari.”
***
Dinding berhiaskan batu bata putih dengan lantai keramik hijau berkilauan seperti kaca dan perapian sebagai pencahayaan seraya mengucapkan selamat datang ketika tiba di kamar tamu. Karpet besar di antara delapan tempat tidur putih kosong turut memanjakan mata.
Britt berkata sebelum berbalik pergi, “Ini adalah kamar tamu kerajaan. Jika kalian butuh apapun, katakan pada para pelayan. Bersiaplah, besok akan jadi hari yang panjang. Selamat beristirahat.”
“Akhirnya …,” ucap Justice membantingkan diri pada salah satu tempat tidur.
Yael menunjuk setiap sisi memiliki empat tempat tidur kosong, “Kalian tidur di sebelah kiri, kami, wanita, tidur di sebelah kanan.”
“Kamu langsung menentukan posisi kita tidur, Yael,” tanggap Jason.
“Tentu saja! Akan memalukan kalau kita semua berada di sisi yang sama. Sudahlah, kita tidur. Aku harus kembali ke Sedona besok. Begitu aku telah melihat keadaan Sedona selama aku pergi, aku akan kembali kemari.”
“Cukup adil,” ucap Jason. “Selamat tidur.”
“Selamat malam,” ucap Justice dan Yael bersamaan.
***
Di tengah-tengah ketenangan dan kegelapan kamar di tengah malam, bulan telah mencapai puncak langit berdasarkan pandangan jendela. Anna hanya duduk menatap seluruh temannya telah terlelap dalam tidur.
Anna tidak dapat menghilangkan kenangan pahit dari awal melarikan diri dengan Ashmore. Dia teringat kata-kata terakhir sang ibu, Ratu Madalena, sebelum melarikan diri dari kejaran Raja Lucius.
Larilah, Anna. Carilah bantuan.
Kilas balik adegan kematian Raja Thais, sang ayah, kembali terputar dalam benaknya. Dia menjadi salah satu saksi di mana Raja Thais jatuh pingsan tepat setelah meninggalkan ruang makan. Ashmore menyimpulkan Raja Thais telah memakan hidangan beracun khusus untuknya.
Kedua kejadian itu membuat Anna terisak-isak kembali. Meski telah aman dari kejaran ksatria kerajaan, kedua kenangan pahit tetap tidak dapat terhapus begitu saja di dalam benaknya.
“Ibu … Ayah …,” ucap Anna tetap terisak-isak. “Aku … aku ….”
Anna menutup seluruh wajah dengan kedua tangan tidak dapat menahan badai kesedihan akibat dua kenangan pahit itu. Dia menangis pelan meski ingin meledakkan seluruh perasaan dari dalam lubuk hati.
Berkat teringat kembali kejadian saat Ashmore menyuruhnya tetap melarikan diri dengan Mark, tubuh Anna terasa begitu sesak. Tumpukkan memori pahit telah membebani perasaannya.
***
Mark, Anna, Jason, dan Justice mengikuti Yael melangkah menuju halaman istana, di mana beberapa ksatria telah menanti saat langit menerangi diri begitu matahari telah menampakkan diri.
 “Ini bukan ucapan selamat tinggal untuk selamanya,” ucap Yael berbalik.
“Tentu saja, kamu pasti akan kembali,” balas Mark.
Wajah Yael kini memerah ketika mendengar perkataan Mark. “Um …. Iya, tentu saja! Setelah urusanku di Sedona selesai, mau tepat waktu atau tidak, mau kalian sudah pergi atau belum, aku akan kembali ke kerajaan ini, tidak peduli berapa lama aku menunggu kalian.”
“Aku benar-benar ingin kamu kembali, Yael!” seru Justice.
“Biasa saja! Kenapa kamu begitu khawatir denganku segala, Justice?”
“Kita akan mengalahkan Raja Lucius dan merebut kembali kerajaan Alpinloch. Benar kan, Anna?”
“Eh?” Anna merespon.
“Sudahlah. Aku juga harus pergi sebelum pemberontak bajingan itu memperparah keadaan Sedona. Betapa bodohnya aku menunda-nunda untuk berbicara dengan kalian,” ucap Yael.
“Kami akan berlatih di School of Knight and Magic selagi kamu pergi. Kalau kamu butuh bantuan lagi, bilang saja. Mungkin kita akan kembali ke Sedona di tengah-tengah saat menyelamatkan kerajaan.”
“Hmmm …. Terserah,” ucap Yael.
“Yael, mari,” ucap salah satu ksatria kerajaan menghampirinya.
“Baiklah. Kalian, sampai jumpa.”
Yael berbalik mengikuti para ksatria meninggalkan halaman istana kerajaan. Begitu pintu gerbang telah tertutup, Britt yang berjalan keluar dari istana menghampiri yang lain.
“Mark, Jason, Justice, kalian siap dengan pelatihan kalian?” tanya Britt.
“Sepagi ini?” ucap Mark heran.
“Tentu saja. Seluruh murid School of Knight and Magic sudah kami panggil untuk berkumpul di aula. Kalian akan diperkenalkan di hadapan mereka. Putri Anna, begitu mereka memulai pelatihan di kelas, akan kuantar kamu berkeliling.”
“Ba-baiklah. Tapi …,” ucap Anna.
“Kamu putri dari kerajaan Alpinloch, Anna.” Mark menepuk pundak Anna. “Kami akan melindungimu selagi kita pergi dari sini, demi menyelamatkan kerajaanmu.”
“Mark.”
“Mari, akan kuantar kalian.” Britt terlebih dahulu berjalan memimpin menuju gedung School of Knight and Magic.
***
Seluruh siswa School of Knight and Magic berbondong-bondong berjalan memasuki aula begitu mendengar akan ada sebuah pengumuman penting dari Britt, selaku penasihat sekolah sekaligus ketua pengawal kerajaan Haven. Langkah tegas kedua kaki setiap siswa pada lantai bebatuan berbondong-bondong menghasilkan sebuah irama berseragam.
Begitu telah memasuki aula yang begitu luas, sebuah bendera berwarna kuning dan panggung kecil telah berdiri di hadapan mereka. Dua buah pintu di setiap sisi panggung juga terlihat terbuka dengan lentera silinder logam tertempel di dinding batu bata abu-abu.
Sebuah karpet mengarah pada pintu keluar aula khusus muridnya memisahkan kelompok barisan berdasarkan profesi yang akan mereka ambil, ksatria dan penyihir. Namun, murid pemanah yang berjumlah sedikit justru bergabung dengan kelompok barisan ksatria. Seluruh guru dan staf sekolah tersebut menyusul melewati karpet tersebut menuju barisan terdepan seraya mengawasi setiap barisan siswa.
Britt terlebih dahulu keluar dari pintu di hadapan para murid menuju panggung, menghentikan keributan mereka. Para murid mengalihkan perhatian dengan tegak pada Britt yang telah menempatkan kedua kaki di tengah-tengah panggung.
Britt mengumumkan, “Selamat pagi. Aku yakin kalian sedang bertanya-tanya mengapa kalian dikumpulkan di sini, sebelum pelajaran pertama hari ini dimulai. Pertama, akan ada beberapa murid tamu yang akan berlatih bersama kalian. Selama beberapa waktu mendatang, mereka akan mengambil kelas yang sama dengan kalian.
“Mereka kemari jauh-jauh untuk mengambil misi dari yang mulia Pangeran. Pangeran mengirim mereka kemari untuk berlatih terlebih dahulu sebelum memulai misi.”
Griffin berbicara pada G di salah satu barisan terdepan para murid penyihir, “Ini pasti ada hubungannya dengan resistensi terhadap kerajaan Alpinloch.”
“Silakan kemari,” ajak Britt menghadap pintu di belakang panggung.
Putri Anna terlebih dahulu melangkah keluar melewati pintu menuju panggung. Kedatangannya mengundang reaksi beragam. Kebanyakan murid terpana dengan kedatangan sang putri dari kerajaan Alpinloch saking terkejut, tetapi beberapa dari mereka sudah mengundang negativitas menuju sikap.
Suara obrolan mulai ramai di kalangan para murid, terlebih pertanyaan mengapa Putri Anna berada di kerajaan Haven terlontar. Para murid mengingat kembali kerajaan Haven sedang mengadakan resistensi terhadap kerajaan Alpinloch, mengapa Putri Anna dari kerajaan Alpinloch dengan berani memasuki kerajaan Haven?
Beberapa dari mereka bahkan tidak ingin Putri Anna berada di sekolah tersebut, hanya karena dia berasal dari kerajaan Alpinloch yang ingin menguasai dunia dengan cara sendiri. Beberapa bisikan tersebar mengembuskan gosip-gosip bahwa Anna ingin mempengaruhi kerajaan Haven agar menyerahkan kekuasaannya.
Wajah Cooper seperti terbakar sinar matahari ketika menatap Putri Anna kembali di depan mata. Kemarahan kembali matang di dalam benaknya ketika menyaksikan Mark, Jason, dan Justice telah menempatkan kaki di atas panggung.
G bertanya pada Griffin, “Bukannya harusnya ada satu orang lagi. Gadis rambut pirang bertombak itu.”
“Bisa aku mendapat perhatian kalian!” tegas Britt menghentikan obrolan setiap murid. “Terima kasih. Seperti yang terlihat di hadapan kalian, benar, Putri Anna memang datang ke kerajaan Alpinloch demi misi resistensi terhadap kerajaan Alpinloch. Mengapa?
“Kalian memang belum mendengar kabar yang tersimpan di istana. Putri Anna sedang melarikan diri dari kerajaan Alpinloch yang kini dikuasai oleh Raja Lucius. Saya telah mendengar sendiri kesaksian dari Putri Anna sebelum saya mengantar mereka memasuki kerajaan. Oleh karena itu, harap hormati Putri Anna dan teman-temannya sebagai tamu kehormatan. Sebenarnya, teman-temannya akan menjadi murid tamu kehormatan kerajaan.
“Mark akan mengambil kelas ksatria sama persis seperti kalian, begitu juga dengan Jason yang mengambil kelas pemanah, dan Justice juga akan mengambil kelas penyihir. Saya harapkan kalian mampu bekerja sama dengan mereka dan jangan ada laporan hanya karena ulah kalian sendiri. Kalian boleh ke kelas masing-masing, kecuali G, Grifin, dan Cooper, mereka harus tetap di sini.”
Seluruh murid akhirnya membubarkan diri dengan berbalik berjalan menuju pintu tanpa merobohkan barisan. G, Griffin, dan Cooper terdiam menyaksikan seluruh murid di dekat mereka telah meninggalkan aula.
Cooper dengan cepat berjalan menghadap Britt. “Britt, apa maksudnya ini?”
“Cooper, sopanlah sedikit! Dia itu ketua pengawal!” Griffin mengingatkan.
“Diamlah!” Cooper menghentikan langkah. “Kenapa Putri Anna dan teman-temannya berada di sini? Apa sudah jelas dia ingin mengambil alih kerajaan Haven dan dunia?”
“Ayolah,” balas Jason. “Kamu sudah dengar sendiri dari Britt, begitu juga dengan Anna. Tidak ada maksud terselubung. Aku kenal Putri Anna selagi aku jauh-jauh kemari dari Springmaple.”
“Aku tidak berbicara padamu!” tegas Cooper.
“Cooper! Kamu tidak sopan sekali pada tamu kehormatan!” ucap Griffin.
“Diam! Jangan ikut campur!” jerit Cooper.
“Apa kita harus memperkenalkan mereka pada sekitar sekolah? Apa kita nanti akan dapat permata?” Kedua mata G berbinar-binar mengharapkan imbalan.
“Ah!” Griffin menggelengkan kepala.
“Sudah cukup!” perintah Britt. “Cooper, kamu memang tidak sopan sekali lagi bukan hanya terhadap diriku, tetapi juga mereka, tamu kehormatan, terutama Putri Anna. Berapa kali aku harus mengulangi kabar itu? Kamu butuh bukti? Anna telah bilang padamu semalam.”
Cooper menantang, “Putri jalang itu pembohong besar! Dia hanya memedulikan kerajaannya! Dia hanya ingin membantu Raja Lucius untuk mencuci otak Pangeran Holland agar dia—”
“Cukup, Cooper. Aku tidak ingin mendengar alasanmu lagi,” potong Britt berjalan menghadapinya. “Putri Anna sedang kesulitan. Oleh karena itu, mereka butuh bantuan untuk merebut kerajaannya kembali dari tangan Raja Lucius. Kamu tidak punya bukti kalau ucapanmu benar.”
“Cooper, aku hanya ingin memintamu, bersama dengan G dan Griffin. Tolonglah, tugasmu hanyalah mengantar Putri Anna dan lainnya berkeliling sekolah. Kamu bisa mengambil dispensasi kelas pertamamu hari ini. G, Griffin, kalian juga.”
Emosi Cooper meledak. “Terserah! Lakukan sesukamu agar putri jalang itu puas!” Cooper berbalik menampar lantai ketika melangkah keluar dari aula.
G dan Griffin tercengang ketika menyaksikan sekali lagi Cooper dengan berani menentang perintah Britt. Justice melongo tidak menyangka pada kelakuan Cooper, terlebih ketika dia melihat kedua mata Anna mulai berbinar-binar.
“Anna?” Mark khawatir terhadap Anna yang mulai menggetarkan tubuh sambil mengeluarkan air mata.
“Tidak apa-apa, Putri Anna,” Britt berbalik menghadap Anna.
“Orang macam apa dia itu?” gumam Jason.
“Cooper, murid seperti dia memang kekanakan,” ucap Griffin. “Maafkan kami, Putri Anna.”
“Ini bukan salah kalian,” balas Britt. “Cooper memang tidak berubah meski dia mendengar kebenarannya.”
“Jadi, kalau kita mengantar mereka berkeliling, kita dapat permata sebagai kompensasinya?” ujar G.
“G!” tolak Griffin.
“Baiklah. Aku harus kembali ke istana, ada urusan penting. G, Griffin, kalau kalian siap, silakan antar mereka berkeliling. Sampai jumpa.”
“Sa-sampai jumpa, Pengawal Britt.” G dan Griffin menundukkan kepala sebagai bentuk hormat ketika Britt pamit.
“Anna.” Mark mengepalkan kedua tangan begitu Britt meninggalkan aula. “Aku yakin, mereka pasti akan menerima kebenarannya, kebenaran bahwa kamu sedang melarikan diri dari Raja Lucius. Kamu ingin merebut kerajaanmu kembali, aku tahu hal itu benar. Aku bisa melihat matamu tanpa ragu kalau kamu benar-benar jujur. Aku yakin, orang seperti dia … akan menerima kejujuranmu, karena … kejujuran pasti mengalahkan kebohongan.
“Mark,” ucap Jason memandang Mark mulai menghapus air mata dari pipi Anna. “Kamu benar.”s
Mark bertekad, “Aku berjanji, aku akan menjadi lebih kuat, begitu berlatih di School of Knight and Magic, aku bisa menjadi kuat untuk melindungimu, Anna. Aku … Jason … Justice … dan Yael, semuanya … akan membantumu untuk merebut kembali kerajaan Alpinloch. Aku juga berharap, kita akan bertemu Ashmore kembali.”
“Mark,” Anna tidak bisa berkata-kata lagi begitu mendengar kalimat Mark.

“Petualangan kita yang sesungguhnya baru saja dimulai.”

Comments

Popular Posts