Alpinloch: Another World Episode 13
Inside the Kingdom
Palace and School of Knight and Magic II
Meja
berhiaskan taplak meja merah dan beberapa lilin sebagai penerangan dengan lebar
mendominasi bagian tengah ruang makan. Beberapa piring dan mangkuk keramik
berkilauan, garpu, sendok dan pisau perak, serta cawan emas telah tertata rapi
di depan masing-masing kursi.
Lantai
keramik bermotif segitiga dan dinding krem menambah penerangan lampu-lampu chandelier lilin. Beberapa chandelier yang tertata di langit-langit
ruangan seraya menyalakan api pada ujung lilin menerangi suasana makan malam.
Holland
duduk menghadap pintu dapur menunggu butler
dan para pelayan mengantarkan semua hidangan untuk makan malamnya bersama
tamu-tamu istimewa. Mark dan kawan-kawan terdiam di keheningan sejenak hanya
menatap peralatan makan.
Holland
memecahkan keheningan tersebut. “Oh ya, benar juga. Kalian benar-benar ingin
bergabung dengan resistensi terhadap kerajaan Alpinloch, ya? Baiklah, biar
kusampaikan apa yang sedang terjadi di kota Verona seperti sudah kuberitahu
sebelumnya.
“Sejak
Putri Anna menghilang dari kerajaan, alih-alih mengejar melewati Verona, kabar
itu berembus dan tiba di Sedona. Kudengar juga ksatria kerajaan yang seharusnya
berjaga di sekitar Sedona mengejar Putri Anna.”
Yael
menganggapi, “Begitu, pantas seluruh ksatria kerajaan Alpinloch yang berjaga di
setiap sudut perbatasan Sedona pergi begitu saja.”
“Karena
kalian sudah tiba di sini dan ingin bergabung dengan resistensi terhadap
Alpinloch, kalian harus berlatih di School of Knight and Magic sebagai murid
tamu kehormatan, demi melindungi Putri Anna.”
Yael
mengangkat tangan kanan. “Maafkan aku yang mulia, aku harus kembali ke Sedona.
Aku khawatir pada pamanku dan rakyat Sedona selagi aku pergi. Hal yang aku
takutkan para pemberontak semakin memperburuk keadaan Sedona ketika pasukanmu
tiba. Aku hanya seorang wanita pemegang tombak.”
“Aku
hormati alasanmu, Yael. Sungguh terhormat wanita sepertimu mengkhawatirkan kota
tempat tinggalmu.”
Jason
bertanya, “Jadi? Apakah setelah kita selesai dengan urusan tamu kehormatan kita
akan berperang melawan ksatria kerajaan Alpinloch di Verona?”
“Tentu
tidak. Kita akan menunggu waktu yang tepat, waktu yang tepat. Aku sudah membuat
surat kepada seorang wanita, seorang wanita yang merupakan walikota Verona,”
jawab Holland. “Dia harus mengetahui kalau kabar adanya resistensi dari
kerajaan Haven benar.”
“Yang
mulia Pangeran Holland,” sapa Britt memasuki ruang makan. “Maaf, apakah aku
harus menemani Pangeran sekarang? Saya jadi tidak enak kepada para tamu—”
“Tidak
apa-apa, bergabunglah dengan kami.” Pangeran Holland tidak keberatan dan
menunjuk kursi di dekatnya. “Duduklah.”
“Ta-tapi,
Yang Mulia ….”
“Aku
sudah memintamu untuk menemaniku. Duduklah.”
“Ba-baik,
Yang Mulia.” Britt akhirnya duduk di sebelah Holland.
Para
pelayan berpakaian gaun putih berlengan hitam dipimpin oleh sang butler berdatangan membawa seluruh
hidangan dari pintu dapur di depan mata Holland. Satu per satu piring besar
setiap hidangan diletakkan di atas meja.
Sang
butler mendatangi setiap peserta makan
malam seraya menuangkan anggur merah dari botol menuju masing-masing cawan emas
di meja. Tuangan anggur merah menuju cawan emas berbunyi seperti air keran
mengalir menuju sebuah bak.
Mark
tercengang ketika menatap dia akan meminum anggur merah di sela-sela makan
malam. Dia sama sekali tidak pernah meminum anggur merah, terlebih dia hanyalah
seorang mahasiswa di dunia nyata sebelum terkirim ke dunia Alpinloch Kingdom.
Anggur
merah yang telah berada di dalam masing-masing cawan emas berwarna campuran
merah hitam pekat. Bahkan hampir seperti darah yang akan diminum oleh seorang vampire di dalam cerita.
Di
atas meja, telah tersaji beberapa piring besar hidangan makan malam,
diantaranya semangkuk besar sup sayuran bening, babi guling, roti, dan
buah-buahan pilihan.
Justice
harus menelan ludah ketika menyaksikan dua piring besar babi guling berukuran
besar telah berada di atas meja. Terlebih, babi guling itu telah terbakar
hingga coklat keemasan pada bagian kulit, terlihat renyah jika sampai ke dalam
mulut. Beberapa dari pelayan mulai memotong babi guling tersebut.
“Ba-babi?”
Jason
menegur Justice, “Justice, jangan mengeluh apa yang mereka telah sajikan.”
“Tapi
mereka membunuh babi itu untuk dimakan,” Justice membela diri ketika beberapa
dari para pelayan selesai memotong babi guling itu.
“Terima
kasih, kalian boleh kembali,” Holland mempersilakan butler dan para pelayan untuk meninggalkan ruang makan.
Mark
membandingkan bagaimana adegan makan malam di kerajaan Alpinloch berdasarkan
ingatannya. Dalam cerita, biasanya seluruh anggota keluarga dan staf kerajaan
Alpinloch berkumpul untuk makan malam bersama di ruang makan lebih luas
dibandingkan di kerajaan Haven.
Kerajaan
Alpinloch menerapkan etika agar seluruh keluarga dan staf kerajaan berada di
ruang makan saat acara makan malam berlangsung. Jika ada seseorang yang
memutuskan untuk tidak bergabung dalam acara makan malam dan memakan makanannya
di ruangan berbeda sendirian, sikapnya akan dianggap kurang sopan bagi
kerajaan, apalagi untuk raja dan ratu.
Dalam
beberapa adegan makan malam di Alpinloch
Kingdom, Raja Lucius menolak hadir dalam acara tersebut hampir setiap hari.
Mark tentu ingat mengapa Raja Lucius menguasai kerajaan Alpinloch sesuai dengan
agendanya hanya berdasarkan beberapa adegan tersebut.
Kali
ini, di kerajaan Haven, staf seperti ksatria, pengawal, butler, pelayan, dan koki istana boleh memakan hidangan makan malam
di ruangan terpisah masing-masing. Britt, sebagai ketua pengawal, bisa menjadi
sebuah pengecualian karena seringkali diminta untuk menemani sang pangeran.
“Terima
kasih telah bergabung menemaniku dalam makan malam kali ini. Makanlah. Tidak
usah sungkan melihat hidangan sebanyak ini. Kalian pasti lapar setelah
jauh-jauh kemari.” Holland mengangkat secawan anggur merahnya seraya toast gelas ke udara. “Bon appetit.”
Masing-masing
dari tamu mengambil minimal seporsi dari setiap hidangan. Sup mereka ambil
menggunakan sendok sayur menuju mangkuk. Potongan babi guling mereka ambil
menggunakan garpu yang telah tersedia. Potongan roti mereka ambil hanya
menggunakan tangan. Buah-buahan pilihan di meja mereka diamkan untuk hidangan
penutup.
Mark
terlebih dahulu menggenggam secawan anggur merah menuju mulutnya. Begitu anggur
merah itu memasuki ke dalam mulut, kombinasi rasa asam, manis, dan pahit membakar
lidahnya. Ketika cairan anggur merah itu langsung masuk ke dalam tenggorokan
tanpa didiamkan di lidah, anggur merah itu seperti membakar tubuhnya dengan
cepat.
Mark
tidak begitu nyaman ketika pertama kali meneguk anggur merah, tenggorokannya
tetap terbakar oleh dominasi sisa rasa pahit dari punggung lidah.
Tenggorokannya seperti dimasuki sebuah obat tanpa rasa manis.
Jason,
Anna, dan Yael terlebih dulu menikmati potongan babi guling dengan roti
menggunakan pisau dan garpu perak. Justice, menolak untuk memakan babi sebagai
hewan yang dibunuh hanya untuk dimakan, memakan sup dengan roti dengan
terburu-buru, hingga suara cucupan dari mulut menggelembung di telinga.
Mark
terlebih dahulu memutuskan untuk menikmati sup sayuran. Sup itu berkuah kuning
berkaldu membaluti potongan dadu wortel, parsnip, turnip, bawang Bombay, jamur,
kubis, dan kacang hijau. Sesendok sup meluncur menuju mulutnya.
Rasa
gurih dari kuah kuning sup dan manis dari sayuran mendarat di mulut Mark. Dia
dengan perlahan mengiris potongan sayuran di mulut dengan giginya sebelum
menelan.
Beralih
ke babi guling. Mark menggunakan garpu dan pisau untuk memotong daging yang
telah berada di piringnya. Begitu terpotong, warna putih dari dalam daging
terungkap dari kulit coklat keemasan. Potongan daging itu meluncur menggunakan
garpu menuju dalam mulut.
Kelembapan
dan kekenyalan dari daging babi dapat terserap pada lidah, begitu juga dengan
kerenyahan kulit coklat keemasan babi yang teriris oleh gigi. Rasa asin dan
gurih dari bumbu babi guling juga membuat nikmat lidah.
Keheningan
menemani acara makan malam dengan tenang, tidak ada yang berbicara selagi
memakan hidangan yang telah tersedia di atas meja. Semua mengikuti etika makan
malam di kerajaan Haven, makan malam dengan tenang tanpa perlu berisik.
Ketika
semangkuk sup dan sepiring potongan babi guling telah habis di hadapan peserta
makan malam, hidangan penutup berupa buah-buahan pilihan telah menanti.
Potongan lemon, jeruk, anggur, apel, pir, plum, dan stroberi telah menanti
untuk dimakan.
Dengan
nikmat, buah-buahan membantu menyegarkan dan mencuci mulut sehabis menikmati
hidangan utama makan malam tersebut. Rasa manis dan asam turut membasahi
kembali mulut sebelum masuk ke dalam tenggorokan.
Holland
menutup acara makan malam itu. “Saya senang kalian menikmati makan malamnya.
Sudah begitu larut, sebaiknya kalian beristirahat sebelum memulai hari esok.
Yael, aku akan sampaikan pada ksatria kerajaan. Besok, kamu bisa kembali ke
kotamu bersama mereka. Mark, Jason, Justice, kalian jadi murid tamu kehormatan
di School of Knight and Magic.
“Britt,
tolong antarkan tamu-tamu kehormatan kita menuju kamar tamu. Kalian semua,
semoga hari esok kalian lebih bermakna.”
“Baik,
yang mulia Pangeran Holland,” sapa Britt berdiri. “Putri Anna, mari.”
***
Dinding
berhiaskan batu bata putih dengan lantai keramik hijau berkilauan seperti kaca
dan perapian sebagai pencahayaan seraya mengucapkan selamat datang ketika tiba
di kamar tamu. Karpet besar di antara delapan tempat tidur putih kosong turut
memanjakan mata.
Britt
berkata sebelum berbalik pergi, “Ini adalah kamar tamu kerajaan. Jika kalian
butuh apapun, katakan pada para pelayan. Bersiaplah, besok akan jadi hari yang
panjang. Selamat beristirahat.”
“Akhirnya
…,” ucap Justice membantingkan diri pada salah satu tempat tidur.
Yael
menunjuk setiap sisi memiliki empat tempat tidur kosong, “Kalian tidur di
sebelah kiri, kami, wanita, tidur di sebelah kanan.”
“Kamu
langsung menentukan posisi kita tidur, Yael,” tanggap Jason.
“Tentu
saja! Akan memalukan kalau kita semua berada di sisi yang sama. Sudahlah, kita
tidur. Aku harus kembali ke Sedona besok. Begitu aku telah melihat keadaan
Sedona selama aku pergi, aku akan kembali kemari.”
“Cukup
adil,” ucap Jason. “Selamat tidur.”
“Selamat
malam,” ucap Justice dan Yael bersamaan.
***
Di
tengah-tengah ketenangan dan kegelapan kamar di tengah malam, bulan telah
mencapai puncak langit berdasarkan pandangan jendela. Anna hanya duduk menatap
seluruh temannya telah terlelap dalam tidur.
Anna
tidak dapat menghilangkan kenangan pahit dari awal melarikan diri dengan
Ashmore. Dia teringat kata-kata terakhir sang ibu, Ratu Madalena, sebelum
melarikan diri dari kejaran Raja Lucius.
Larilah, Anna. Carilah bantuan.
Kilas
balik adegan kematian Raja Thais, sang ayah, kembali terputar dalam benaknya.
Dia menjadi salah satu saksi di mana Raja Thais jatuh pingsan tepat setelah
meninggalkan ruang makan. Ashmore menyimpulkan Raja Thais telah memakan
hidangan beracun khusus untuknya.
Kedua
kejadian itu membuat Anna terisak-isak kembali. Meski telah aman dari kejaran
ksatria kerajaan, kedua kenangan pahit tetap tidak dapat terhapus begitu saja
di dalam benaknya.
“Ibu
… Ayah …,” ucap Anna tetap terisak-isak. “Aku … aku ….”
Anna
menutup seluruh wajah dengan kedua tangan tidak dapat menahan badai kesedihan
akibat dua kenangan pahit itu. Dia menangis pelan meski ingin meledakkan
seluruh perasaan dari dalam lubuk hati.
Berkat
teringat kembali kejadian saat Ashmore menyuruhnya tetap melarikan diri dengan
Mark, tubuh Anna terasa begitu sesak. Tumpukkan memori pahit telah membebani
perasaannya.
***
Mark,
Anna, Jason, dan Justice mengikuti Yael melangkah menuju halaman istana, di
mana beberapa ksatria telah menanti saat langit menerangi diri begitu matahari
telah menampakkan diri.
“Ini bukan ucapan selamat tinggal untuk selamanya,”
ucap Yael berbalik.
“Tentu
saja, kamu pasti akan kembali,” balas Mark.
Wajah
Yael kini memerah ketika mendengar perkataan Mark. “Um …. Iya, tentu saja!
Setelah urusanku di Sedona selesai, mau tepat waktu atau tidak, mau kalian
sudah pergi atau belum, aku akan kembali ke kerajaan ini, tidak peduli berapa
lama aku menunggu kalian.”
“Aku
benar-benar ingin kamu kembali, Yael!” seru Justice.
“Biasa
saja! Kenapa kamu begitu khawatir denganku segala, Justice?”
“Kita
akan mengalahkan Raja Lucius dan merebut kembali kerajaan Alpinloch. Benar kan,
Anna?”
“Eh?”
Anna merespon.
“Sudahlah.
Aku juga harus pergi sebelum pemberontak bajingan itu memperparah keadaan
Sedona. Betapa bodohnya aku menunda-nunda untuk berbicara dengan kalian,” ucap
Yael.
“Kami
akan berlatih di School of Knight and Magic selagi kamu pergi. Kalau kamu butuh
bantuan lagi, bilang saja. Mungkin kita akan kembali ke Sedona di tengah-tengah
saat menyelamatkan kerajaan.”
“Hmmm
…. Terserah,” ucap Yael.
“Yael,
mari,” ucap salah satu ksatria kerajaan menghampirinya.
“Baiklah.
Kalian, sampai jumpa.”
Yael
berbalik mengikuti para ksatria meninggalkan halaman istana kerajaan. Begitu
pintu gerbang telah tertutup, Britt yang berjalan keluar dari istana
menghampiri yang lain.
“Mark,
Jason, Justice, kalian siap dengan pelatihan kalian?” tanya Britt.
“Sepagi
ini?” ucap Mark heran.
“Tentu
saja. Seluruh murid School of Knight and Magic sudah kami panggil untuk
berkumpul di aula. Kalian akan diperkenalkan di hadapan mereka. Putri Anna,
begitu mereka memulai pelatihan di kelas, akan kuantar kamu berkeliling.”
“Ba-baiklah.
Tapi …,” ucap Anna.
“Kamu
putri dari kerajaan Alpinloch, Anna.” Mark menepuk pundak Anna. “Kami akan
melindungimu selagi kita pergi dari sini, demi menyelamatkan kerajaanmu.”
“Mark.”
“Mari,
akan kuantar kalian.” Britt terlebih dahulu berjalan memimpin menuju gedung
School of Knight and Magic.
***
Seluruh
siswa School of Knight and Magic berbondong-bondong berjalan memasuki aula
begitu mendengar akan ada sebuah pengumuman penting dari Britt, selaku
penasihat sekolah sekaligus ketua pengawal kerajaan Haven. Langkah tegas kedua
kaki setiap siswa pada lantai bebatuan berbondong-bondong menghasilkan sebuah
irama berseragam.
Begitu
telah memasuki aula yang begitu luas, sebuah bendera berwarna kuning dan
panggung kecil telah berdiri di hadapan mereka. Dua buah pintu di setiap sisi
panggung juga terlihat terbuka dengan lentera silinder logam tertempel di
dinding batu bata abu-abu.
Sebuah
karpet mengarah pada pintu keluar aula khusus muridnya memisahkan kelompok
barisan berdasarkan profesi yang akan mereka ambil, ksatria dan penyihir.
Namun, murid pemanah yang berjumlah sedikit justru bergabung dengan kelompok
barisan ksatria. Seluruh guru dan staf sekolah tersebut menyusul melewati
karpet tersebut menuju barisan terdepan seraya mengawasi setiap barisan siswa.
Britt
terlebih dahulu keluar dari pintu di hadapan para murid menuju panggung,
menghentikan keributan mereka. Para murid mengalihkan perhatian dengan tegak
pada Britt yang telah menempatkan kedua kaki di tengah-tengah panggung.
Britt
mengumumkan, “Selamat pagi. Aku yakin kalian sedang bertanya-tanya mengapa
kalian dikumpulkan di sini, sebelum pelajaran pertama hari ini dimulai.
Pertama, akan ada beberapa murid tamu yang akan berlatih bersama kalian. Selama
beberapa waktu mendatang, mereka akan mengambil kelas yang sama dengan kalian.
“Mereka
kemari jauh-jauh untuk mengambil misi dari yang mulia Pangeran. Pangeran
mengirim mereka kemari untuk berlatih terlebih dahulu sebelum memulai misi.”
Griffin
berbicara pada G di salah satu barisan terdepan para murid penyihir, “Ini pasti
ada hubungannya dengan resistensi terhadap kerajaan Alpinloch.”
“Silakan
kemari,” ajak Britt menghadap pintu di belakang panggung.
Putri
Anna terlebih dahulu melangkah keluar melewati pintu menuju panggung.
Kedatangannya mengundang reaksi beragam. Kebanyakan murid terpana dengan
kedatangan sang putri dari kerajaan Alpinloch saking terkejut, tetapi beberapa
dari mereka sudah mengundang negativitas menuju sikap.
Suara
obrolan mulai ramai di kalangan para murid, terlebih pertanyaan mengapa Putri
Anna berada di kerajaan Haven terlontar. Para murid mengingat kembali kerajaan
Haven sedang mengadakan resistensi terhadap kerajaan Alpinloch, mengapa Putri Anna dari kerajaan Alpinloch
dengan berani memasuki kerajaan Haven?
Beberapa
dari mereka bahkan tidak ingin Putri Anna berada di sekolah tersebut, hanya
karena dia berasal dari kerajaan Alpinloch yang ingin menguasai dunia dengan
cara sendiri. Beberapa bisikan tersebar mengembuskan gosip-gosip bahwa Anna
ingin mempengaruhi kerajaan Haven agar menyerahkan kekuasaannya.
Wajah
Cooper seperti terbakar sinar matahari ketika menatap Putri Anna kembali di
depan mata. Kemarahan kembali matang di dalam benaknya ketika menyaksikan Mark,
Jason, dan Justice telah menempatkan kaki di atas panggung.
G
bertanya pada Griffin, “Bukannya harusnya ada satu orang lagi. Gadis rambut
pirang bertombak itu.”
“Bisa
aku mendapat perhatian kalian!” tegas Britt menghentikan obrolan setiap murid.
“Terima kasih. Seperti yang terlihat di hadapan kalian, benar, Putri Anna
memang datang ke kerajaan Alpinloch demi misi resistensi terhadap kerajaan
Alpinloch. Mengapa?
“Kalian
memang belum mendengar kabar yang tersimpan di istana. Putri Anna sedang
melarikan diri dari kerajaan Alpinloch yang kini dikuasai oleh Raja Lucius. Saya
telah mendengar sendiri kesaksian dari Putri Anna sebelum saya mengantar mereka
memasuki kerajaan. Oleh karena itu, harap hormati Putri Anna dan teman-temannya
sebagai tamu kehormatan. Sebenarnya, teman-temannya akan menjadi murid tamu
kehormatan kerajaan.
“Mark
akan mengambil kelas ksatria sama persis seperti kalian, begitu juga dengan
Jason yang mengambil kelas pemanah, dan Justice juga akan mengambil kelas
penyihir. Saya harapkan kalian mampu bekerja sama dengan mereka dan jangan ada
laporan hanya karena ulah kalian sendiri. Kalian boleh ke kelas masing-masing,
kecuali G, Grifin, dan Cooper, mereka harus tetap di sini.”
Seluruh
murid akhirnya membubarkan diri dengan berbalik berjalan menuju pintu tanpa
merobohkan barisan. G, Griffin, dan Cooper terdiam menyaksikan seluruh murid di
dekat mereka telah meninggalkan aula.
Cooper
dengan cepat berjalan menghadap Britt. “Britt, apa maksudnya ini?”
“Cooper,
sopanlah sedikit! Dia itu ketua pengawal!” Griffin mengingatkan.
“Diamlah!”
Cooper menghentikan langkah. “Kenapa Putri Anna dan teman-temannya berada di
sini? Apa sudah jelas dia ingin mengambil alih kerajaan Haven dan dunia?”
“Ayolah,”
balas Jason. “Kamu sudah dengar sendiri dari Britt, begitu juga dengan Anna.
Tidak ada maksud terselubung. Aku kenal Putri Anna selagi aku jauh-jauh kemari
dari Springmaple.”
“Aku
tidak berbicara padamu!” tegas Cooper.
“Cooper!
Kamu tidak sopan sekali pada tamu kehormatan!” ucap Griffin.
“Diam!
Jangan ikut campur!” jerit Cooper.
“Apa
kita harus memperkenalkan mereka pada sekitar sekolah? Apa kita nanti akan
dapat permata?” Kedua mata G berbinar-binar mengharapkan imbalan.
“Ah!”
Griffin menggelengkan kepala.
“Sudah
cukup!” perintah Britt. “Cooper, kamu memang tidak sopan sekali lagi bukan
hanya terhadap diriku, tetapi juga mereka, tamu kehormatan, terutama Putri
Anna. Berapa kali aku harus mengulangi kabar itu? Kamu butuh bukti? Anna telah
bilang padamu semalam.”
Cooper
menantang, “Putri jalang itu pembohong besar! Dia hanya memedulikan
kerajaannya! Dia hanya ingin membantu Raja Lucius untuk mencuci otak Pangeran
Holland agar dia—”
“Cukup,
Cooper. Aku tidak ingin mendengar alasanmu lagi,” potong Britt berjalan
menghadapinya. “Putri Anna sedang kesulitan. Oleh karena itu, mereka butuh
bantuan untuk merebut kerajaannya kembali dari tangan Raja Lucius. Kamu tidak
punya bukti kalau ucapanmu benar.”
“Cooper,
aku hanya ingin memintamu, bersama dengan G dan Griffin. Tolonglah, tugasmu
hanyalah mengantar Putri Anna dan lainnya berkeliling sekolah. Kamu bisa
mengambil dispensasi kelas pertamamu hari ini. G, Griffin, kalian juga.”
Emosi
Cooper meledak. “Terserah! Lakukan sesukamu agar putri jalang itu puas!” Cooper
berbalik menampar lantai ketika melangkah keluar dari aula.
G
dan Griffin tercengang ketika menyaksikan sekali lagi Cooper dengan berani
menentang perintah Britt. Justice melongo tidak menyangka pada kelakuan Cooper,
terlebih ketika dia melihat kedua mata Anna mulai berbinar-binar.
“Anna?”
Mark khawatir terhadap Anna yang mulai menggetarkan tubuh sambil mengeluarkan
air mata.
“Tidak
apa-apa, Putri Anna,” Britt berbalik menghadap Anna.
“Orang
macam apa dia itu?” gumam Jason.
“Cooper,
murid seperti dia memang kekanakan,” ucap Griffin. “Maafkan kami, Putri Anna.”
“Ini
bukan salah kalian,” balas Britt. “Cooper memang tidak berubah meski dia
mendengar kebenarannya.”
“Jadi,
kalau kita mengantar mereka berkeliling, kita dapat permata sebagai
kompensasinya?” ujar G.
“G!”
tolak Griffin.
“Baiklah.
Aku harus kembali ke istana, ada urusan penting. G, Griffin, kalau kalian siap,
silakan antar mereka berkeliling. Sampai jumpa.”
“Sa-sampai
jumpa, Pengawal Britt.” G dan Griffin menundukkan kepala sebagai bentuk hormat
ketika Britt pamit.
“Anna.”
Mark mengepalkan kedua tangan begitu Britt meninggalkan aula. “Aku yakin,
mereka pasti akan menerima kebenarannya, kebenaran bahwa kamu sedang melarikan
diri dari Raja Lucius. Kamu ingin merebut kerajaanmu kembali, aku tahu hal itu
benar. Aku bisa melihat matamu tanpa ragu kalau kamu benar-benar jujur. Aku yakin,
orang seperti dia … akan menerima kejujuranmu, karena … kejujuran pasti
mengalahkan kebohongan.
“Mark,”
ucap Jason memandang Mark mulai menghapus air mata dari pipi Anna. “Kamu
benar.”s
Mark
bertekad, “Aku berjanji, aku akan menjadi lebih kuat, begitu berlatih di School
of Knight and Magic, aku bisa menjadi kuat untuk melindungimu, Anna. Aku …
Jason … Justice … dan Yael, semuanya … akan membantumu untuk merebut kembali
kerajaan Alpinloch. Aku juga berharap, kita akan bertemu Ashmore kembali.”
“Mark,”
Anna tidak bisa berkata-kata lagi begitu mendengar kalimat Mark.
“Petualangan
kita yang sesungguhnya baru saja dimulai.”
Comments
Post a Comment