Alpinloch: Another World Episode 17
In the City of Beauty II
Anna
tengah terbaring lembut di atas tempat tidur masih memejamkan mata. Kedua
tangannya kini menyentuh bagian dada seraya seperti putri tidur Pipinya ikut memerah menandakan tubuh tengah
melemas.
“Mark,”
panggil Jason yang juga menatap Anna. “Apa ini … sama seperti waktu di Sedona?”
Mark
terdiam sambil melihat sekeliling sekaligus mulai menyatukan setiap kepingan
pertanyaan di hatinya. Dia mempertanyakan apakah kejadian tadi pertanda
kekuatan spesial Anna akan keluar.
Mark
mencoba mengingat setiap jalan cerita di Alpinloch
Kingdom untuk mencari jawaban apakah kekuatan spesial Anna telah tersirat
di sana. Tetapi, dia sama sekali tidak mengetahui apakah ada arti tersirat
tersebut.
Kamar
penginapan di Verona di mana mereka harus singgah berdinding kayu berwarna
kuning keemasan setara dengan kecantikan cahaya kota. Lantai yang mereka injak
juga terbuat dari kayu sama persis seperti dindingnya.
“Bagus,
kita kehilangan 40 permata gara-gara acara pingsan!” seru G yang berdiri
membelakangi jendela.
Griffin
menyela, “Whoa, whoa, whoa. Bukannya itu setidaknya lebih murah daripada semua
barang yang kamu beli? Kamu bahkan menghabiskan hampir seluruh permata kita
untuk barang-barang yang tidak penting!”
“Apa
yang kita lakukan? Apa yang kita lakukan?” seru Justice yang berjalan
mengelilingi ruangan kamar. “Cooper juga mana? Dia tidak ikut masuk?”
“Katanya
ksatria kerajaan Alpinloch yang bertanggung jawab atas penculikan Ellie,
walikota Verona. Ksatria kerajaan Alpinloch, mereka sungguh terlalu!” ucap
Jason.
“Cooper
bilang kita memang harus kembali ke kerajaan Haven secepatnya begitu kita tiba
di Verona. Apa boleh buat, kerajaan Haven, Pangeran Holland, memang membutuhkan
bantuan orang lain. Sepertinya rencana kerajaan Alpinloch demi mengacaukan resistensi
berjalan mulus. Mereka telah menghalangi kerajaan Haven untuk berkomunikasi
dengan seluruh kota,” Griffin menambah.
Mark
menggeleng. “Tidak bisa begitu. Bagaimana kalau kerajaan Alpinloch mempengaruhi
seluruh dunia untuk membatalkan resistensi kerajaan Haven? Bagaimana kalau
kerajaan Alpinloch menguasai dunia hanya karena kita tidak mampu mengantar
surat ini pada Ellie? Pasti Pangeran Holland akan kecewa pada kita semua karena
gagal melaksanakan misi itu. Mau tidak mau, sekarang kita harus menyelamatkan
Ellie dari ksatria kerajaan Alpinloch!”
“Tapi,
kalau kita ingin berhadapan dengan mereka, kita butuh penyamaran. Aku dan Mark
pernah berhadapan dengan mereka saat menyelamatkan Anna,” tambah Jason.
“Tapi
siapa yang akan menjaga Putri Anna? Dia belum sadarkan diri?”
“Itu
dia. G, aku butuh seluruh pakaianmu, pakaian yang telah kamu beli!” ucap Jason.
“Hah?
Semua pakaianku? Tidak bisa! Lagipula, ini semua pakaian khusus—” tolak G.
“Aku
bisa mengubahnya menjadi pakaian pria dengan sihirku,” potong Griffin.
“Tidak!
Tidak! Aku tidak ingin pakaianku dipakai sebelum kita tiba kembali di—”
Griffin
menepuk kepala G. “Tenanglah dan tidurlah.”
G
akhirnya menutup mata dan kehilangan kesadaran akibat sihir Griffin. Tubuhnya
roboh menuju lantai, tertidur sambil mendengkur.
“Maaf,
G, tapi ini demi kepentingan untuk menyelamatkan Ellie,” ucap Griffin sambil
mendekati karung barang belanjaan G.
“Justice,
bisakah kamu berjaga di sini selagi kami pergi?” tanya Jason.
“Aye! Begitu kalian sudah pergi, aku akan
membangunkan G untuk membantu menjaga Anna!” jawab Justice pada Jason.
“Kalau
begitu, tinggal Cooper.”
Mark
berbalik menuju pintu keluar kamar. “Aku cari dia. Aku … juga ingin berbicara
padanya.”
***
“Cooper!”
panggil Mark ketika melihat Cooper telanjur melangkah meninggalkan halaman
penginapan. “Cooper, tunggu!”
Cooper
menghentikan langkah ketika mendengar panggilan dan langkah kaki Mark. “Kamu
mau apa dariku?”
“Kamu
… akan kembali ke kerajaan Haven?”
“Bukan
urusanmu!” Cooper berbalik menghadap Mark.
“Buat
apa kamu kembali sendirian? Aku tahu Pangeran Holland sedang menghukummu untuk
ikut kami. Pasti—”
“Akan
kecewa, bukan? Hei! Urusan Anna itu bukan urusanku! Aku tidak bertanggung jawab
kalau Anna sampai harus pura-pura pingsan dan menjadi pusat perhatian orang!”
“Bukan
begitu, Anna benar-benar pingsan.”
“Justru
kamu ingin kerajaan Alpinloch langsung menginvasi kerajaan Haven, kan? Hah?
Dengan memperlambat langkah kita kembali ke sana! Kamu sendiri lihat, penerima
surat dari Pangeran Holland, Ellie, walikota Verona, telah diculik sesuai
keinginan Anna.”
“Cooper!
Anna tidak mungkin sampai berbuat seperti itu! Apalagi dia ingin kerajaannya
selamat dari genggaman Raja Lucius!” Mark membantah. “Kamu masih saja membenci
Anna karena perbuatan seluruh kerajaan Alpinloch yang dipimpin Raja Lucius,
yang ingin menguasai seluruh dunia?
“Selama
ini, kamu masih belum mengerti. Apa yang telah dijelaskan Pangeran Holland,
Pengawal Britt, bahkan Anna sendiri, kalau rumor itu benar. Putri Anna memang
melarikan diri dari kerajaan Alpinloch seteah Raja Thais tewas! Dia ingin
menyelamatkan kerajaannya dari genggaman tangan Lucius!”
“Mana
buktinya?” tegas Cooper.
“Sudah
kamu dapatkan! Putri Anna telah berbicara padamu, dan juga seluruh
teman-temanmu, dan juga seluruh murid School of Knight and Magic. Apa kamu
memang tidak ingin mendengarkan kebenarannya ya? Atau apa memang setelah
mendengar kebenaran itu, kamu memang membenci kami? Kamu membenci Anna, putri
dari kerajaan Alpinloch?”
Cooper
menjawab, “Aku tidak membenci kalian, aku tidak membencimu, aku tidak membenci
Anna. Tapi, aku tetap saja membenci kenyataan kalau Anna berasal dari kerajaan
terlaknat itu.”
“Kamu
masih saja tidak mengerti, sebenarnya—”
“Raja
Thais mati keracunan gara-gara perbuatan Raja Lucius, kan? Raja Lucius memang
raja yang tidak tahu diri. Entah kenapa, aku merasa Anna mendapat pengaruh dari
raja terlaknat itu. Aku masih berpikir apakah Anna memang ingin mempengaruhi
Pangeran Holland agar dia bisa menyerahkan kerajaan Haven pada Raja Lucius.
“Aku
tahu desas-desus itu, bahkan sebelum Raja Lucius diangkat menjadi raja kerajaan
Alpinloch, sebelum Raja Thais meninggal akibat keracunan saat makan malam. Raja
Lucius memang ingin menjatuhkan kekuasaan Raja Thais dengan segala cara, cara
apapun itu.”
Mark
teringat beberapa adegan di mana Raja Lucius sering menentang cara Raja Thais
menggunakan kekuasaan sebagai raja. Dia juga me-reka ulang di dalam pikiran
bagaimana Raja Lucius menggunakan segala rencana demi menjatuhkan Raja Thais,
bahkan sampai harus terbunuh atau diasingkan. Sayangnya, segala rencana yang
Raja Lucius bangun harus berakhir ketika Anna, Raja Thais, atau salah satu
pengawal kerajaan terutama Ashmore berhasil menggagalkannya.
Ketika
cerita Alpinloch Kingdom mencapai
klimaksnya, Raja Thais memang berencana untuk mengusir Raja Lucius atas
perbuatannya yang sama sekali tidak hormat pada seluruh kerajaan. Namun, semua
itu terlambat ketika Raja Thais mati keracunan saat makan malam sebelum Raja
Lucius mengambil alih kekuasaan.
“Cooper,
lain kali, kamu akan mengerti bagaimana aku menyelamatkan Anna dari kejaran
ksatria kerajaan Alpinloch,” ucap Mark.
“Mark!”
panggil Jason. “Cooper!”
Mark
berbalik menatap Jason. “Bukannya kamu—”
“Cooper,
kami membutuhkanmu, kami ingin menyelamatkan Ellie, walikota Verona. Tapi, kita
harus berhadapan dengan ksatria kerajaan Alpinloch.”
Mark
menjelaskan lagi pada Cooper, “Kamu tahu kenapa kita sengaja lewat jalan pintas
yang hampir membunuh kita semua, kan? Aku, Anna, dan Jason sedang diincar.
Kalau kita lewat jalan utama, kita semua bisa tertangkap dan dibawa ke kerajaan
Alpinloch.”
“Karena
itu, kita butuh penyamaran. Ayo, kamu harus ikut, Cooper.”
***
“Ah!
Aku yakin kerajaan Haven pasti akan menyerah begitu tahu Ellie telah diculik!”
“Begitulah
akibatnya kalau gadis jalang itu telah berani menentang kita semua!”
Dua
orang ksatria kerajaan tengah berbicara sambil berjalan mengelilingi sekitar
hutan sambil tertawa. Mark, Jason, Cooper, dan Griffin mencuri dengar sambil
mengenakan topeng dan bersembunyi di balik pepohonan jalan tersebut.
“Sudah
kuduga!” ucap Griffin. “Mereka yang bertanggung jawab dengan penculikan Ellie!
Kerajaan Alpinloch, Raja Lucius, dia memang ingin menghalangi niat kerajaan
Haven!”
“Haruskah
kita serang mereka? Lalu kita bertanya dimana
Ellie?” Mark menawarkan solusi.
“Jangan
terburu-buru,” pinta Jason.
“Kenapa
tidak? Kita ada empat orang, sedangkan mereka hanya ada dua,” tunjuk Griffin
ketika Cooper melangkah perlahan meninggalkan pepohonan menuju jalan setapak.
“Kita
tinggal ikuti saja mereka, sederhana.”
“Tapi
bagaimana kalau mereka tahu kalau kita mengikuti langkah? Lagipula, mereka
belum tentu—”
Mark
yang terdiam memperhatikan perdebatan Jason dan Griffin menyadari sesuatu.
“Whoa, mana Cooper?”
“AAARGH!”
jerit salah satu ksatria yang mengalihkan perhatian mereka bertiga. Tubuhnya
terbanting ke tanah begitu terkena tebasan pedang Cooper.
“Sialan!
Cooper, apa yang kamu lakukan?” gumam Jason.
“Si-siapa
kamu!” jerit sang ksatria yang berjalan mundur setelah menatap rekannya
tertebas pedang Cooper.
Cooper
langsung bertanya pada inti permasalahan ketika ksatria di depannya mulai
mengenggam pedang menghadapinya, “Katakan dimana walikota Verona!”
“Ka-kamu
… memang kamu siapa?”
“Bukan
siapa-siapa!” Copper kembali mengayunkan pedangnya.
Ksatria
itu terlambat bereaksi menghadapi ayunan pedang Cooper. Pedang yang dia genggam
harus terjatuh ke tanah begitu terkena ayunan kuat pedang Cooper. Dia
terbirit-birit memundurkan langkah ketika Cooper kembali mengarahkan pedang
padanya.
“Katakan
dimana Ellie! Walikota Verona!”
“Memangnya
… apa hubungannya dirimu … dengan dia?”
“Sudah
kubilang! Bukan siapa-siapa! Aku telah mendengar kalau walikota Verona telah
diculik seminggu yang lalu oleh kalian! Kalian ksatria kerajaan Alpinloch yang
bertanggung jawab untuk semua ini!”
“Kamu—”
Ksatria itu tercengang ketika Cooper tengah mengayunkan pedangnya tanpa ampun.
“Tunggu! Tunggu! Aku tahu dia dimana! Aku tahu dia dimana!”
“Cooper,
beginilah dia. Dia benar-benar bodoh,” Griffin berkomentar. “Dia terlalu
langsung dalam menghadapi masalah.”
“Sepertinya
dia tidak ingin mengulur waktu lagi,” tambah Jason.
“Baiklah,
katakan.” Cooper menyimpan pedangnya.
“Ellie
… dia … kami kurung dia di sebuah gua, di sebuah gua dekat lembah menuju
kerajaan. Tentu kamu tidak akan bisa melewati penjaga yang berjaga di sana. Aku
juga takkan menunjukkannya padamu. Setidaknya buka dulu topengmu sebelum—”
“Kamu
akan menunjukkan dimana gua itu,” Griffin menggunakan sihir pada ksatria
tersebut.
Mendadak,
berkat mantra Griffin, ksatria tersebut terdiam sejenak. Dia pun akhirnya berkata,
“Baiklah, akan kutunjukkan dimana gua itu. Ikuti aku.”
“Cepatlah!
Jangan sembunyi saja!” jerit Cooper pada Mark, Jason, dan Griffin yang masih
bersembunyi begitu ksatria itu mulai melangkah.
***
“Di
sini dimana Ellie berada. Jangan harap kalian bisa menyelamatkan wanita itu
dengan selamat,” ucap ksatria yang mengantar mereka menuju gua.
“Terima
kasih banyak, sekarang tidurlah,” Griffin mengucapkan mantra untuk membuat
ksatria itu tertidur di atas tanah.
“Jangan
bilang gua ini cukup rumit. Apakah kita harus berharap kalau gua ini sangat
singkat agar kita menemukan walikota itu secara mudah,” sindir Cooper.
“Penyusup!”
jerit para ksatria yang berjaga di dalam gua itu berdatangan menghadang.
“Itu!”
Jason menunjuk seorang wanita yang duduk terikat tali tepat di belakang para
ksatria kerajaan Alpinloch. “Ellie! Walikota Verona!”
“Serang!!”
jerit salah satu dari para ksatria mulai berlari mengeluarkan pedang.
“Griffin,
pakai sihir tidurmu lagi agar semuanya mudah!” perintah Cooper.
“Sayang
sekali, sihir itu hanya bisa digunakan tiga kali dalam sehari,” tolak Griffin.
“Kalau
begitu, terpaksa kita serang dengan cara biasa!” seru Mark sambil mengeluarkan
pedang.
“Itu
yang kuharapkan!” Jason mulai mengenggam busurnya dan mengambil salah satu anak
panah.
“MAJU!
Demi kerajaan Alpinloch!” jerit para ksatria itu sambil mengayunkan pedang.
“Mereka
datang!” seru Griffin mempersiapkan serangan sihirnya.
Mark
dan Cooper berlari terlebih dulu menghadapi setiap ksatria. Cooper terlebih
dulu menebas salah satu ksatria yang menemuinya dengan mengayunkan pedang
meskipun minim penerangan di dalam gua.
Cooper
menggerakkan kedua tangan dan mengangkatnya memunculkan sihir petir menuju
barisan belakang para ksatria tersebut. Alhasil, setiap ksatria di barisan
paling belakang tersambar petir tepat pada kepala sambil menjerit sebelum
terjatuh ke tanah.
Jason
menembak satu per satu ksatria dengan panahnya. Kali ini, dia mengincar kaki
agar mereka langsung tumbang tidak dapat berjalan dengan lancar. Satu per satu,
korban tembakannya tumbang akibat terkena anak panah di kaki atau tepat pada
perut.
Mark
mampu menangkis setiap serangan pedang para ksatria yang menghadapinya. Dia
membalas tebasan hingga terkena setiap badan lawannya. Satu per satu, para
ksatria itu berjatuhan, tumbang akibat serangannya.
Para
ksatria yang berjaga takluk akibat serangan tersebut. Mereka berupaya untuk
bangkit begitu menyaksikan Mark, Jason, Griffin, dan Cooper mempercepat lari
untuk menemui Ellie di tepi gua tersebut.
“Walikota
Verona!” Jason berlutut melepas ikatan tali pada seluruh tubuh Ellie, termasuk
tepat pada mulut.
“Kalian
… siapa?” tanya Ellie begitu tali penutup mulutnya berhasil terlepas.
Mark
melepas topengnya sejenak, mengungkapkan wajahnya. “Dengar, Ellie, walikota
Verona. Kami datang dari kerajaan Haven, Pangeran Holland mengutus kami untuk
mengantar sebuah surat.”
“Pangeran
Holland? Apa ini tentang resistensi itu?” tanya Ellie begitu seluruh tali yang
mengikatnya mulai terlepas.
“Tidak
ada waktu untuk menjelaskan!” ucap Griffin membantu Ellie berdiri.
“Sialan!”
jerit Cooper ketika berbalik menatap beberapa ksatria kembali bangkit satu per
satu. “Makanya seharusnya kamu menidurkan mereka memakai mantramu, Griffin!”
“Aku
bahkan tidak pernah memakai mantra tidur ke beberapa orang sekaligus!” Griffin
menolak.
“Tidak
ada waktu lagi!” seru Jason. “Kita serang mereka lagi!”
“Baiklah!”
seru Cooper terlebih dulu maju mengayunkan pedangnya.
“Cooper,
sebaiknya kamu jangan gegabah,” seru Mark mengikuti langkah Cooper.
“Kamu
tidak berhak berkata seperti itu!” balas Cooper sambil menebas beberapa ksatria
itu.
Griffin
dan Jason turut membantu menyerang dari jarak jauh. Griffin menggunakan sihir
cipratan api mengarah tepat pada kepala para ksatria. Jason menembakkan panah
berkali-kali mengenai para ksatria tersebut.
Para
ksatria pun berjatuhan ketika menghadapi serangan keempat pemuda bertopeng yang
kuat itu. Beberapa yang masih bertahan bahkan memutuskan untuk melarikan diri,
mundur dari serangan tersebut.
Ketika
menyaksikan kebanyakan ksatria di hadapan mereka entah tumbang atau melarikan
diri, mereka berempat mengangguk setuju untuk membawa Ellie keluar dari gua
kecil itu. Langkah lari mereka percepat ketika kembali memasuki hutan menuju
kota.
“Te-terima
kasih,” ucap Ellie. “Mereka … tidak mau dengar juga. Sudah berkali-kali
kubilang kalau aku tidak ingin mengikuti apa yang kerajaan Alpinloch minta. Aku
hanya ingin membantu Pangeran Holland. Aku akan menulis surat kalau dia
mendapat restuku.”
“Jadi
kami harus mengantar surat dari Anda?” tanya Jason.
“Tidak
perlu. Kalian sampaikan saja pada Pangeran Holland dulu. Nanti kuserahkan pada
orang yang dapat kupercaya di kota untuk mengantarnya,” jawab Ellie. “Kalian
juga harus segera kembali ke kerajaan Haven.”
“Benar,
kami akan kembali setelah mengantar Anda dengan selamat,” tutur Griffin.
***
“Mark!”
ucap Anna ketika menatap Mark kembali memasuki kamar penginapan sambil melepas
topeng.
“Anna,
kamu sudah sadar!” ucap Mark ketika Jason, Griffin, dan Cooper ikut masuk dan
melepas topeng.
“Eh?
Mana Justice?” tanya Jason ketika Griffin berlutut menemui G yang masih
tertidur cantik dan mendengkur.
“Eh?
Saat aku sadar, dia sudah tidak ada,” jawab Anna.
“Justice!”
gumam Mark.
***
Seorang
pengawal membuka pintu emas yang mengarah pada ruang takhta sang raja dari
kerajaan Alpinloch. Ketika memasuki ruangan itu, sebuah karpet merah berjajar
seraya mengantar menuju dua kursi takhta, dimana seorang raja bermahkota emas
dan berjubah merah telah berdiri menunggu sebuah kabar.
“Oberon,
kuharap ini adalah kabar bagus. Aku telah menanti sejak Putri Anna lolos dari
kejaran—” ucap sang raja
“Lapor,
Yang Mulia Raja Lucius.” Oberon berlutut. “Keberadaan Putri Anna sudah
ditemukan.”
Comments
Post a Comment