Pembunuhan Cinta (A Indonesian Short Story)
PEMBUNUHAN CINTA
Suatu malam, Fearne
dan Arnett mendatangi sebuah pesta yang diadakan oleh Tahnee, sahabat Fearne,
banyak tamu yang datang ke pesta tersebut, mereka sepertinya sedang
bersenang-senang, menari disko, dan bahkan minum-minum. Tapi Arnett dan Fearne
datang ke pesta tersebut dengan tujuan untuk merayakan hari ke-100 mereka
berpacaran.
“Oh sayang,
bukankah pesta ini menyenangkan, ini hari ke-100 kita berpacaran.” kata Arnett.
Fearne membalas
“Oh, sayang, bukankah ini sangat romantis, lihat, banyak para single sedang mencari jodoh mereka di
pesta ini, pemandangan pesta yang sangat otentik dan penuh dengan lampu disko.”
“Ya, sayang,
dan… maukah kau berdansa?”
“Dengan senang
hati.” Fearne mulai berdansa dengan Arnett secara romantis, tapi satu menit
kemudian, seorang gadis meminta mereka untuk berhenti.
“Hai, Arnett,
sudah lama kita tidak bertemu.” gadis tersebut mulai merayu Arnett.
“Arnett, siapa
gadis ini?” tanya Fearne.
“Um…, dia adalah
mantan pacarku, namanya Pippa.” jawab Arnett.
“Halo, Pippa,
namaku Fearne, pacar Arnett.”
“Halo, Fearne.”
balas Pippa.
“Fearne, aku
harus bicara pada Pippa terlebih dahulu, kau tetap di sini saja.” Arnett
meninggalkan Fearne untuk berbicara pada Pippa.
Lalu Tahnee
menemuinya, gadis yang memiliki rambut coklat panjang itu berkata pada Fearne
“Bagaimana hari keseratusmu dengan Arnett?”
Fearne menjawab
“Menyenangkan sekali, hari ini aku akan mencium dia untuk pertama kalinya, wow,
aku tidak menyangka ini akan terjadi, aku bahkan belum pernah dicium.”
“Fearne, seorang
gadis bisa saja bermimpi, kau mau soda?”
Fearne menolak
“Tidak, terima kasih. Omong-omong, mana pacarmu?”
“Aku putus
dengannya, aku melihat dia berciuman dengan gadis lain.”
“Oh, aku turut
prihatin sekali.”
“Ya, aku hanya
bisa berharap semoga saja pacarmu tidak seperti mantan pacarku. Pacarmu cukup
baik menurutku.”
Tak lama, Fearne
melihat Arnett mencium Pippa “Hah! Arnett berciuman dengan Pippa? Jangan bilang
aku selingkuhannya! Sebaiknya aku menemuinya!” Fearne segera berjalan dengan
cepat dan menemui Arnett “Arnett!”
“Fearne!” balas
Arnett.
“Jadi dia bukan
mantan pacarmu, ‘kan? Dia pacarmu, ‘kan?”
“Tunggu, Fearne,
aku bisa menjelaskannya!”
“Tidak perlu,
aku selingkuhanmu, ‘kan? Kau benar-benar brengsek, Arnett! Kau benar-benar
menghancurkan hari keseratus kita berkencan, Arnett! Apa memang kau harus
berlagak seperti ini?!” teriak Fearne.
“Tunggu, Fearne,
kau salah paham!”
“Kau salah! Kau
yang salah paham! Kau brengsek!” Fearne pergi dari pesta tersebut.
Arnett menatap
Pippa dan berteriak dengan kasar “Terima kasih banyak, Pippa!”
“Ayolah, aku
hanya ingin berpacaran denganmu lagi!” kata Pippa.
“Tidak! Sudah
kubilang aku sedang berpacaran dengan Fearne! Kau menghancurkan hari jadi kami!
Persetan kau!” Arnett segera pergi dari pesta tersebut.
Fearne berlari
meninggalkan tempat pesta tersebut sambil bersedih, ia segera kembali ke
asrama, lalu ia masuk ke dalam kamarnya sambil menangis, ia menutup pintu
dengan keras, ia menangis dengan keras sambil duduk di kasurnya hingga jam
sepuluh malam lewat lima menit, ia mendapat SMS dari Arnett. Fearne berdiri
sambil membaca SMS tersebut bahwa Arnett ingin bertemu dengannya di dermaga.
Fearne berjalan keluar dari kamarnya dan meninggalkan asrama.
Fearne berjalan
menuju dermaga melewati beberapa gedung fakultas yang cukup menarik. Saat ia
tiba di dermaga, ia melihat seseorang yang menunggunya. Ia mengira orang itu
adalah Arnett “Arnett, apa itu kau?” tanya Fearne.
Ternyata dugaan
Fearne salah, orang yang menunggunya di dermaga itu bukan Arnett, melainkan
Applegate, musuh bebuyutannya “Halo, Fearne.”
“Applegate, apa
yang kau… Mana Arnett?” tanya Fearne sambil menatap Applegate yang telah
berkostum seperti seorang mafia.
“Dia tidak ada
di sini, dan ada alasan yang sederhana mengapa aku di sini, kau mencuri
pacarku, Fearne!” Applegate mengambil machine
gun-nya.
“Apa yang… Apa
yang akan kau lakukan dengan pistol itu?”
“Sesuatu yang
seharusnya kulakukan sejak aku mengetahui kau berpacaran dengan Arnett, selamat
tinggal, jalang.” Applegate langsung menembak Fearne beberapa kali tanpa ampun,
ia menembak jantung, ketiak, otak, paru-paru, dan usus Fearne beberapa kali
tanpa berhenti sama sekali hingga darah yang keluar sangat banyak. Fearne pun
akhirnya terjatuh dan… tewas seketika, ia pun tersenyum dan menyahut “Aku
berhasil! Aku membunuhnya! Dia mati! Dia mati!!” Ia pun melempar jasad Fearne
ke laut sambil tertawa keras-keras. Lalu ia berjalan dengan tenang seakan-akan
ia bukan pelaku pembunuhan Fearne.
Waktu pun mulai
berlalu, hingga saat matahari terbit, seorang dosen menemukan jasad Fearne, hal
tersebut dilihat oleh beberapa mahasiswa. Ada yang kaget, takut, maupun
menangis. Terutama Tahnee, ia menangis setelah mengetahui bahwa sahabatnya
tewas.
“Aku tidak
percaya sahabatku terbunuh.” ucap Tahnee sambil menangis.
“Ya, ia tewas.”
kata Applegate seakan-akan ia bukan pelakunya, ia membatin, Ha ha ha… Ini menakjubkan, si pelacur yang
mencuri pacarku akhirnya mati juga, dan tidak ada hal yang mencurigakan, dan...
semoga kau puas dengan balasan dariku, Fearne.
“Mana Arnett?
Seharusnya dia bersama Fearne tadi malam?! Kalau saja Arnett tidak mencium
Pippa, hal ini takkan terjadi!” teriak Tahnee.
“Fearne!
Fearne!” sahut Arnett sambil berlari dan mendorong beberapa mahasiswa “Mana
Fearne! Jangan bilang dia mati!” Ia menatap Tahnee yang sedang menangis.
“Arnett, maafkan
aku tapi… Fearne sudah mati.”
Arnett berteriak
sambil menangis “TIDAK!!!!”
Tahnee pun
memeluk Arnett sambil menangis, mereka sudah tahu bahwa Fearne telah tewas
terbunuh, mereka bertanya dalam hati, siapa yang tega melakukan hal ini?
Seminggu
kemudian, bukti pada pembunuhan Fearne sama sekali tidak ditemukan, para
mahasiswa kewalahan untuk membantu mencari petunjuk. Applegate hanya
menyaksikan mereka mencari petunjuk sambil berpikir bahwa ia telah melakukan
pembunuhan sempurna.
Tapi lagi-lagi,
ia melihat Arnett dan Pippa berkencan sekali lagi di depan gedung fakultas
hukum, ia kembali cemburu pada Pippa, ia ingin Arnett kembali padanya, bukan
Pippa. Jadi ia memutuskan untuk membunuh Pippa malam itu, tapi ia harus
menunggu lama sekali hingga bulan terbenam, ia pergi meninggalkan gedung
tersebut.
Tahnee menemui
Arnett dan Pippa tepat setelah Applegate pergi, ia menyahut “Hai, kalian
berdua, bagaimana kencannya?”
“Aku sangat lega
bisa berpacaran kembali dengan Pippa.” balas Arnett.
“Ya, aku
benar-benar mencintainya, aku masih cinta.” balas Pippa.
“Um, maaf jika
ini terlalu langsung, tapi Pippa, apa kau membunuh Fearne sebelum berpacaran
kembali?” tanya Tahnee.
“Tentu saja aku
tidak membunuhnya, Tahnee, aku hanya ingin berpacaran kembali dengan Arnett,
tentu saja aku tidak ingin membunuh Fearne, aku tidak bermaksud membuat Fearne
menangis.”
“Aha, tapi bisa
jadi kau pembunuhnya.”
Pippa berkata
lagi “Ingat, pembunuhnya bisa siapa saja, termasuk kau, Tahnee.”
“Aku tidak
membunuh Fearne, aku sedang berada di pestaku, sial, aku harus kembali ke
fakultasku.” Tahnee langsung pergi.
Arnett merenung
sambil menatap ke bawah lantai “Oh, Pippa, sejak Fearne terbunuh, aku lagi-lagi
terkena bullmia.”
“Jangan
khawatir, Arnett, aku akan selalu bersamamu, dan gangguan makanmu pasti akan
sembuh, tenang saja.”
“Terima kasih,
Pippa.” Arnett memeluk Pippa.
Pippa pergi
meninggalkan Arnett setelah ia mendapat SMS dari seseorang yang ingin bertemu
di sebuah gudang gelap malam itu, ia memutuskan untuk pergi ke gudang tersebut
pada pukul 20:00. Ia tidak melihat siapa-siapa saat masuk, ia memanggil jika
ada seseorang, tapi tiba-tiba ada seseorang yang menusuk punggungnya dengan
pisau dari belakang, sehingga ia terjatuh dan tewas. Seseorang yang menusuk
punggungnya itu tak lain adalah Applegate.
Keesokan
harinya, jasad Pippa ditemukan, dan sekali lagi, semua mahasiswa kaget dengan
hal tersebut. Arnett sekali lagi menangis dan berkata “TIDAK!!”
Tahnee pun
berkata pada Arnett “Mengapa? Mengapa setiap pacar yang kau kencani mati
terbunuh! Tidak!!”
Semuanya pun
membatin bahwa pembunuhnya harus segera ditemukan, jika tidak, mereka mungkin
akan menjadi target berikutnya. Mereka ingin keluar dari kampus tersebut, tapi
sayangnya tidak ada transportasi yang datang, apalagi, sinyal telekomunikasi
sudah tidak ada, mereka tidak bisa kabur. Mereka memutuskan untuk menyelidiki
pembunuhan tersebut.
Hal ini membuat
Applegate sangat kesal meski perasaannya tidak terlihat secara langsung, ia
memutuskan untuk membunuh mereka satu per satu hingga salah satu dari mereka
disalahkan. Saat para mahasiswa pergi dari gudang tersebut, Applegate kembali
masuk ke dalam gudang tersebut dan mengambil pisau yang masih tertancap pada
punggung Pippa, tapi ada seorang mahasiswi yang berkulit hitam dan memiliki
rambut hitam pendek yang bernama Kathleen datang, ia melihat Applegate
mengambil pisau dari punggung Pippa.
“Astaga!
Ternyata kau pelakunya!” teriak Kathleen.
Applegate
langsung menatap Kathleen dengan tajam, ia langsung mengejar Kathleen tanpa
berkata apapun, ia menangkap Kathleen saat akan lari, dan… ia akhirnya memotong
leher Kathleen hingga tewas. Ia mengambil jasad Kathleen ke luar gudang dan
menguburnya di suatu tempat, namun, setelah mengubur jasad tersebut, seorang
dosen yang berkacamata dan memiliki rambut afro hitam melihatnya, nama dosen
itu adalah Sophie.
“Ah! Kau seorang
pembunuh!” teriak Sophie.
Tanpa berkata
apapun lagi, Applegate langsung menusuk dada Sophie dengan pisau hingga tewas
seketika. Ia membawa jasad Sophie secara diam-diam dan memlemparnya ke tong
sampah. Ia berjalan kembali seakan-akan ia bukan pembunuh setelah ia mengelap
pisaunya dan menaruhnya di tanah.
Pukul 21:00,
Tahnee tiba di sebuah tong sampah untuk membuang sampah, tapi saat ia akan
menaruh sampah-sampah, ia melihat jasad Sophie, ia berteriak secara keras dan
ketakutan. Teriakan itu membuat semua mahasiswa dan dosen tiba menemui Tahnee
di depan tong sampah, termasuk Applegate, yang berpura-pura tidak tahu bahwa ia
merupakan pembunuhnya.
“Ini mengerikan
sekali!” teriak Louis, teman Arnett “Pembunuhan ini lebih sering sejak
pembunuhan Fearne!! Kathleen juga menghilang!! Sudahlah!! Aku ingin pergi dari
kampus ini dan pulang!”
“Jangan panik,
kita akan keluar dari sini, kita pinjam mobil dosen, lalu lapor polisi, dan
masalah ini selesai.” usul Arnett.
“Tapi semua
mobil sudah disabotase agar kita tidak bisa keluar dari sini! Ya sudah, aku
akan keluar dari sini! Aku telepon polisi setelah aku menemukan sinyal
telekomunikasi.” Louis langsung pergi meninggalkan yang lain.
Applegate
menemui Arnett “Oh, Arnett, aku turut prihatin atas kematian Fearne dan Pippa,
kedua mantan pacarmu. Mungkin aku bisa berkencan denganmu sekali lagi dan kita
bisa kembali berpacaran.”
Arnett membalas
“Um, ya, mungkin kita bisa kembali berpacaran, tapi… aku merasa bahwa aku belum
siap untuk kembali kepadamu lagi, tapi nanti kita berpacaran lagi.”
“Terima kasih,
sayang, meski belum secara resmi.” Applegate mencium pipi Arnett, ia langsung
pergi mengikuti Louis secara diam-diam tanpa sepengetahuan Arnett.
“Arnett, kau
melihat Kathleen akhir-akhir ini?” tanya Tahnee.
“Aku tidak tahu,
memang dia tidak masuk?” balas Arnett.
“Aku tidak
melihatnya di fakultas, aku khawatir jika ada sesuatu yang salah dengannya.”
“Tahnee,
Kathleen akan baik-baik saja, tenanglah.”
Sementara itu,
Louis tiba di depan gerbang keluar sambil mencari sinyal telekomunikasi, ia
tidak menemukan sinyal sama sekali, ia berjalan bolak-balik beberapa kali,
hingga akhirnya ia menemukan sinyal telekomunikasi, ia menelepon polisi, tapi
Applegate tiba di belakangnya sambil membawa kapak dan langsung memenggal
kepala Louis tanpa berkata apapun. Ia langsung menyembunyikan kapak tersebut di
dalam kantor satpam dan kolong meja. Ia pergi meninggalkan gerbang tersebut.
“Applegate, kau
dari mana saja?” tanya Tahnee.
“Dari toilet.”
Applegate berbohong.
“Oh, begitu.”
“AAAAAAARRRGH!!!”
terdengar suara teriakan seorang mahasiswi di dekat gerbang. Applegate dan
Tahnee berlari menuju depan gerbang, mereka melihat jasad Louis beserta
kepalanya yang dipenggal.
Tak lama,
beberapa mahasiswa dan dosen juga tiba di depan gerbang serta melihat jasad
tersebut. Mereka kaget saat melihat jasad yang berdarah tersebut. Semua
mahasiswa menatap Arnett, mengingat kedua korban pertama merupakan mantan
pacarnya.
“Apa?” tanya
Arnett.
“Dia
pembunuhnya! Dia benar-benar membunuh mereka! Dia bahkan mengubur Kathleen!”
“Kathleen!”
teriak Tahnee “Tidak! Arnett, apa yang kau lakukan!”
“Aku tidak
melakukan hal itu! Tolonglah, bukan aku pelakunya!” ucap Arnett,
Salah satu dosen
berkata “Kami menemukan jasad Kathleen tepat di halaman belakang kamarmu? Um,
ya, sudah jelas kau adalah pelakunya!”
“Tidak, bung!
Aku tidak melakukan hal itu! Sebaiknya kita pergi dari sini sebelum pembunuh
aslinya muncul!” Arnett langsung berlari keluar dari kampus tersebut, dan
hampir semua dosen dan mahasiswa yang mengejarnya.
Tahnee menemui
Applegate “Oh, Applegate, ternyata orang yang ingin kau pacari adalah seorang
pembunuh, aku tidak menyangka hal ini.”
“Ya, aku juga,
tapi… sebenarnya dia bukan pelakunya.”
“Apa maksudmu?”
Applegate
menjawab “Dia benar-benar bukan pelakunya, tapi…” Ia langsung mengambil
pistolnya “Aku yang membunuh Fearne dan Pippa!” Ia mengarahkan pistolnya ke
arah Tahnee.
Tahnee pun kaget
“Kau… Kau yang membunuh mereka? Kau juga membunuh Kathleen, Sophie, dan Louis?”
“Kau adalah
target berikutnya setelah tahu bahwa aku yang membunuh mereka. Aku membunuh
Fearne dan Pippa karena aku benar-benar iri pada mereka! Seharusnya aku yang
menjadi pacar Arnett! Kalau begitu, aku akan menembak otakmu, jantungmu,
dan paru-parumu agar semua ini tidak
diketahui siapapun.”
“Applegate, kau
tidak harus berlagak seperti ini, tolong jangan bunuh aku, kita rahasiakan hal
ini dan masalah ini semua selesai.”
“Diam! Aku tak
peduli! Lama kelamaan kau akan bilang pada yang lain, ‘kan? Tidak ada basa-basi
lagi, aku akan membunuhmu selagi tidak ada yang melihat!” Applegate menembak
lengan kiri Tahnee. Tahnee berteriak kesakitan saat kedua kakinya juga ditembak
hingga terjatuh, ia meringis kesakitan, pada akhirnya Applegate akan menembak
ke arah kepala Tahnee “Kau tahu, jalang, inilah saatnya untuk mati, dan semua
ini tidak akan dibicarakan lagi, pembunuhan ini takkan diingat seakan-akan aku
bukan pelakunya. Dan saatnya untuk menemui ajalmu. Selamat tinggal, jalang!”
Dan… suara
tembakan terdengar, tapi kepala Tahnee baik-baik saja dan tidak tertembak,
melainkan... Applegate.
Applegate
melihat bahwa dadanya telah tertembak, ia sangat kaget bahwa ia merasa
kesakitan, paru-parunya terasa sakit dan ia tidak bisa bernafas. Tak lama
setelah itu, kepala Applegate tertembak dan mengeluarkan banyak darah. Akhirnya
Applegate terjatuh dan tewas terbunuh oleh penembak misterius.
Tahnee pun kaget
saat melihat Applegate tewas terbunuh di hadapannya, ia berusaha untuk berdiri
tapi ia tidak bisa dan merasa kesakitan, ia merasa berterimakasih pada penembak
misterius yang membunuh Applegate, ia berharap agar penembak misterius itu
tidak menembaknya juga. Pada akhirnya, Tahnee mulai tak sadarkan diri. Dan juga
tidak diketahui siapa yang menembak Applegate dan menyelamatkan Tahnee,
identitasnya tetap menjadi misteri.
Comments
Post a Comment