Alpinloch: Another World Episode 18
Tyrant’s Minds
“Lalu,
di mana kalian menemukan Putri Anna, darah daging dari Raja Thais?” Raja Lucius
berdiri menatap Oberon yang tetap berlutut.
Oberon
bangkit sambil menyampaikan, “Dia terakhir kali terlihat ketika memasuki
Verona. Dia memang ingin mempengaruhi walikota yang baru saja dilantik agar
bisa mengikuti resistensi terhadap kerajaan Alpinloch.”
“Kerajaan
Haven. Rupanya mereka telah gencar menyampaikan rencana mereka ke seluruh
dunia.”
“Pantas
saja Verona begitu keberatan saat kita mengirim pasukan dan pengawal untuk
mengawasi kota. Wajar saja, jaraknya dengan kerajaan Haven tidak terlalu jauh.”
“Lalu,
bagaimana dengan Ashmore? Pengawal setianya?”
“Ashmore?
Dia melarikan diri. Tapi—”
“Tapi
apa!” Raja Lucius menghentakkan kaki pada lantai mulai meledak.
“Putri
Anna sedang bersama orang lain, bukan hanya satu, tapi enam orang. Salah
satunya adalah seorang lelaki yang telah kami temui ketika kami berhadapan
dengan Ashmore. Dia membantu Anna melarikan diri.”
“Menarik.
Kalau begitu siapkan pasukan, kalian akan ke Verona. Cari Anna dan bawa dia
kepadaku! Kerajaan Alpinloch akan membuktikan kalau seluruh dunia seharusnya
takluk padaku, Raja Lucius, raja Alpinloch!” Raja Lucius mendekati Oberon.
“Jangan ada lagi kesalahan! Bunuh semua yang menghalangi, bawa Putri Anna agar
aku bisa memanfaatkan kekuatannya!”
“Tapi,
Yang Mulia Raja … balon udara kerajaan hanya tersisa satu. Mana mungkin seluruh
pasukan muat kalau hanya satu balon udara yang bisa digunakan?”
Salah
satu ksatria kerajaan berbaju zirah memasuki ruangan sang raja, “Yang Mulia,
Nyonya Rona ingin menyampaikan sesuatu pada Anda. Ini benar-benar penting.”
“Persilakan
dia masuk!” perintah Raja Lucius.
“Baik,
Yang Mulia!”
Ksatria
kerajaan itu berbalik memanggil Nyonya Rona yang telah menunggu di depan pintu.
Nyonya Rona melangkah pelan menyambut dan berlutut pada Raja Lucius.
“Saya
di sini untuk menyampaikan hal penting, terutama tentang pemuda yang membawa
Anna pergi selagi Oberon dan para ksatria menghadapi Ashmore,” ucap wanita
berambut pirang bercampur putih dan berkeriput kasar itu. “Saya telah berbicara
pada Oberon bagaimana dia menyaksikan Putri Anna melarikan diri bersama pria
itu.”
“Katakan
siapa pria itu!” perintah Raja Lucius.
Rona
menceritakan, “Namanya Mark. Dia … seorang pria yang cukup rumit. Dia … bukan
berasal dari dunia ini.”
“Maksudmu?”
“Dia
berasal dari dunia lain, dunia yang begitu rumit untuk dijelaskan. Saya juga
mendapat sebuah ramalan kalau … pria itu akan menghancurkan seluruh rencanamu.”
“Lalu
… dia akan membunuhku?”
“Tentu
saja. Kalau ramalan ini tidak ingin terjadi, kamu harus cepat-cepat membawa
Putri Anna kemari untuk memanfaatkan kekuatannya. Dia adalah aset agar
rencanamu berjalan lancar.”
“Begitu,”
tanggap Raja Lucius. “Oberon, siapkan semua ksatria! Cari Putri Anna!! Cari
dia! Dan … bunuh pemuda yang bernama Mark! Siapkan semuanya!”
“Ba-baik,
Yang Mulia,” ucap Oberon dan ksatria itu.
“Sebelum
kalian pergi, antar aku untuk menemui Madalena.”
“Baik,
Yang Mulia,” jawab Oberon ketika Raja Lucius mulai melewati karpet merah menuju
pintu keluar.
***
Dinding
batu-bata abu-abu terselimuti lumut hijau menyambut langkah kaki pada tangga.
Lantai bebatuan tak beraturan juga menjadi terinjak-injak ketika Raja Lucius
tengah memasuki ruang penjara dalam istana.
Setiap
sel ruangan berjeruji besi kokoh berdiri di sisi kanan dan kiri ketika Raja
Lucius melangkah menuju sel yang berada di hadapannya, yaitu sel khusus.
Beruntung, penjara itu memang sedang kosong melompong.
Seorang
wanita berbalik tercengang ketika Raja Lucius menghentakkan kaki seraya tiba di
hadapan jeruji besi khusus itu. Wanita itu mengenakan gaun ungu lusuh dan
tercemar noda hitam. Wajah kulit putihnya ikut tercemar dengan noda hitam di
pipi.
“Madalena,
mantan ratu kerajaan Alpinloch,” sapa Raja Lucius. “Istriku yang tercinta.”
“Kamu
mau apa lagi dariku, Lucius!” balas Madalena menjerit. “Berapa kali harus
kubilang aku takkan mau menjadi istrimu!”
“Kamu
mau tebak bagaimana keadaan Anna?”
“Putri
Anna, belum kembali juga,” jawab Madalena angkuh tidak ingin menatap wajah
Lucius. “Itu yang kuharapkan dari seorang putri yang bertekad menyelamatkan
kerajaannya.”
“Mengapa?
Sekali lagi kamu menganggap Putri Anna ingin menyelamatkan kerajaannya? Aku
sudah menyelamatkan kerajaan ini! Aku sudah mengarahkan kerajaan ini pada tujuan
sebenarnya!”
“Tujuan
macam apa? Padahal itu tujuanmu sendiri, bukan?”
“Memang
seharusnya kerajaan Alpinloch, kerajaan terbesar di pulau ini, mendapat jatah
kekuasaan lebih besar. Ini kesempatan kita untuk memamerkan bagaimana kekuasaan
kita semua, kerajaan Alpinloch, memang akan lebih jaya kalau semuanya
menghormati aku, Raja Lucius.”
Madalena
membantah sambil memegang jeruji besi, “Raja Thais ataupun raja-raja sebelumnya
tidak pernah memiliki tujuan seperti itu.”
“Itu
karena kamu tidak paham apa tujuan sebenarnya kerajaan ini!” balas Raja Thais
geram.
“Kenapa?
Kenapa kamu lebih menginginkan Putri Anna untuk kembali kemari? Kenapa?”
Raja
Lucius berbalik sambil menjelaskan, “Biar kujelaskan, kamu dan Raja Thais tidak
pernah memberitahuku apa ramalan dari Nyonya Rona. Putri Anna memiliki sebuah
kekuatan tersembunyi, kekuatan itu akan membantuku untuk menguasai dunia.”
“Kamu
bahkan tidak ingin Putri Anna naik takhta, bukan?”
“Tentu
seharusnya aku yang menjadi seorang raja ketimbang Thais!” bentak Raja Lucius. “Kalau
aku menjadi raja, aku bisa melakukan apa saja yang kumau! Termasuk
mengembalikan kejayaan kerajaan Alpinloch!” Lucius berbalik.
“Pantas
saja kamu tidak pantas menjadi raja! Raja Thais takkan mungkin berbuat seperti
itu! Raja Thais—”
“Berhenti
mengatakan Raja Thais!” jerit Raja
Lucius menarik gaun bagian dada Madalena.
“AH!”
jerit Madalena ketika kepalanya menabrak jeruji besi.
“Dengarkan
aku. Kamu kira kamu berhak menilaiku berdasarkan perbuatanku padamu? Aku
seorang raja, kamu hanyalah seorang wanita jalang yang berada di dalam penjara!
Derajatku lebih tinggi daripada dirimu!
“Kamu
tidak berhak untuk menasihatiku, aku ini seorang raja. Apapun yang kumau, kamu
tidak berhak untuk melarangku! Sama sekali! Sekarang, para ksatria kerajaan
Alpinloch akan menemukan anakmu, Putri Anna, yang memiliki kekuatan rahasia dan
spesial. Mereka harus kembali dengan Putri Anna! Jika bisa, akan kusuruh semua
ksatria kerajaan untuk membunuh semua yang menghalanginya untuk kembali, bahkan
Ashmore bisa saja menjadi korbannya.”
“Ashmore
…,” ucap Madalena.
“Sekarang,
hal yang bisa kamu lakukan hanyalah berdiam diri di jeruji besi dan menyaksikan
apa yang akan terjadi. Aku akan dapatkan Putri Anna kembali dan kugunakan
kekuatannya untuk menguasai seluruh dunia!”
Raja
Lucius melepas tarikan gaun ungu Madalena dengan kuat. Gaun Madalena pun sobek
akibat cengkraman kuatnya, menunjukkan belahan dada yang dia berusaha tutupi
dengan kedua tangan.
Raja
Thais berbalik meninggalkan Madalena. “Lihat saja, Madalena. Kamu akan tahu
bagaimana kerajaan Alpinloch kembali mendapat kejayaannya.”
***
“Masuk!”
ucap Pangeran Holland begitu tiga ketukan pada pintu emas di hadapannya
terdengar.
Pintu
itu terbuka lebar menunjukkan Britt yang melangkahi karpet merah. Briit pun
akhirnya berlutut pada Pangeran Holland.
“Salam,
Yang Mulia,” sapa Britt.
“Bagaimana?
Apakah mereka sudah kembali?”
“Belum,
Yang Mulia. Tampaknya mereka masih berada di Verona. Tapi, aku baru saja
melihat ksatria kerajaan Alpinloch sepertinya mulai beraksi, terutama di
perbatasan kota Verona.”
“Begitu.
Beruntung, aku sudah mengirimkan seorang mata-mata ke sana untuk mengawasi
Verona.”
“Mata-mata?”
ulang Britt heran.
“Jika
bisa, dia akan mengawasi gerak-gerik Putri Anna sebelum kembali kemari.”
Pangeran Holland memalingkan pandangan pada Britt. “Aku takut Putri Anna akan
tertangkap ksatria kerajaan Alpinloch. Kuharap mata-mata itu mengetahui
identitas Putri Anna dan yang lainnya. Dia bisa mengingatkan kalau mereka harus
cepat-cepat kembali kemari.”
“Pengawal
Britt, Pangeran Holland,” sapa sang butler
yang telah tiba di depan pintu.
Britt
berbalik bertanya, “Ada apa?”
“Seorang
wanita bertombak dari Sedona telah tiba di depan istana. Dia bilang, dia
mencari kalian, terutama Putri Anna dan teman-temannya.”
Britt
memberi perintah, “Suruh dia masuk!”
“Baik!”
butler itu berbalik.
“Kalau
tidak salah namanya Yael, dari Sedona. Dia yang meminta bantuan kerajaan ini
menghadapi para pemberontak yang haus kekuasaan dan kekayaan emas. Tak
kusangka, Sedona akan hancur karena monster dan para pemberontak itu.”
“Saya
… permisi dulu, Yang Mulia. Saya akan mengantar Yael kemari.”
Pangeran
Holland berbalik berkata sendiri begitu Britt meninggalkan ruangan. “Kalau
mereka belum kembali juga. Kukirim seluruh pasukan untuk menyelamatkan Putri
Anna dan lainnya. Raja Lucius, sebenarnya apa rencanamu? Rencana macam apa yang
membuatmu ingin menguasai dunia?”
Comments
Post a Comment