Alpinloch: Another World Episode 21



The Imperishable Witches’ Hell Town III

“Bu, berapa lama lagi kita harus lari dari sini? Aku sudah lelah!” jerit Justice ketika dia dan orangtuanya melewati hutan perbatasan Oakwood menuju Verona.
Gerombolan penyihir Oakwood tengah mengejar sambil mengerahkan seluruh tenaga untuk menghentikan mereka, tetapi ayah Justice tengah membalas serangan sebisa mungkin untuk menghalangi para penyihir dari Oakwood.
“Ah!” jerit ayah Justice ketika tangannya terkena sihir kilat cepat, menghentikan sihirnya untuk sementara.
“Justice!” Ibu Justice menghentikan langkah dan menepuk kedua pundak putrinya. “Larilah! Tinggalkan Ayah dan Ibu, Nak!”
“Bu, apa yang Ibu bicarakan?” jerit Justice meninggikan nada. “Aku tidak mau meninggalkan Ayah dan Ibu!”
“Larilah, Justice. Tinggalkan Oakwood, Ibu ingin kamu bahagia di luar sana, bukan mengalami penderitaan seperti yang kami telah alami! Ibu dan Ayah akan tetap di sini demi keselamatanmu!”
“Tidak!” Justice menggeleng sambil berlinang air mata. “Tidak! Aku tidak ingin meninggalkan Ayah dan Ibu!”
“AAAH!” jerit ayah Justice mengerahkan seluuh kekuatannya untuk menyerang para penyihir Oakwood.
“Justice, cepatlah! Kehidupanmu akan lebih baik daripada di sini! Kamu sudah dewasa sekarang, kamu harus mencari kehidupan lebih bahagia, bahagialah, Justice! Bahagialah! Pergi!”
Sang ibu mendorong Justice menggunakan sihir embusan angin kencang, melemparnya jauh-jauh melewati pepohonan. Justice tercengang dengan keputusan ibunya untuk mengirimnya keluar dari Oakwood.
“Bu! Yah!” jerit Justice ketika tubuhnya masih melayang melewati pepohonan hanya bisa menyaksikan pertempuran itu semakin jauh. Air matanya meledak ketika beberapa ledakan dahsyat bermunculan dari pandangannya, terutama lokasi pertempuran kedua orangtuanya melawan para penyihir Oakwood.
Tubuh Justice akhirnya menabrak badan salah satu pohon dan mendarat di tanah. Rasa sakit yang menusuk tubuhnya ikut menambah luapan kesedihan dalam hati. Tangisannya semakin meledak ketika menyadari orangtuanya berkorban demi masa depannya.
“Ayah! Ibu! Tidak!” jerit Justice memukul tanah. “Tidak! Tidak! Kenapa! Kenapa!”
***
Justice merenungi setiap masa lalu ketika berdiam diri di balik jeruji besi. Kesedihan kembali muncul di dalam hatinya setiap kali dia menenang pengorbanan orangtua demi kebahagiaannya di dunia luar. Oakwood memang menjadi tempat penderitaan keluarganya, di mana dia harus menyaksikan kenyataan akan kekejaman sang pemimpin dan seluruh aturan yang berlaku.
Justice memang beruntung dapat bertemu Mark, Jason, dan Anna yang memang ingin meninggalkan Oakwood untuk bertualang dan menyelamatkan kerajaan Alpinloch dari tangan Raja Lucius. Sebelum kejadian itu, dia memang sering menjadi target pelecehan seksual karena pakaian yang terbuka menunjukkan belahan dada. Berapa kali berpindah-pindah kota setelah meninggalkan Oakwood, dia mendapat respon yang sama dari para pria.
Justice kembali menundukkan kepala pada lantai merenungi bahwa dia gagal mendapat kebahagiaan di luar Oakwood, yaitu tertangkap oleh penyihir Oakwood. Dia tidak menyangka bahwa para penyihir dari Oakwood seperti Gillies akan menangkap setiap akat Oakwood yang melarikan diri.
Justice merasa telah mengecewakan kedua orangtuanya, dia benar-benar gagal mendapat kehidupan lebih bahagia di luar. Alih-alih tetap ikut bertualang dengan Mark dan kawan-kawan, dia malah tertangkap oleh para penyihir Oakwood.
Justice mencoba mengingat bagaimana dia bisa kembali ke Oakwood setelah berlama-lama melarikan diri. Otaknya tidak dapat memutar kilasan balik, hanya kosong bagaikan layar bersemut di dalam rekaman pada otaknya.
Dobrakan pintu bagaikan meledak di kedua telinga Justice. Dia berdiri menatap Gillies melangkah mendekati jeruji besinya.
“Ini saatnya. Bulan sebentar lagi akan mencapai puncak langit. Kamu tahu apa yang akan kamu terima,” ucap Gillies ketika mendekati Justice untuk menggiringnya.
***
“Tuan! Tuan Goldblum!” sahut salah satu penyihir berjubah merah menemui pemimpin Oakwood selagi seluruh rakyat keluar dari rumah untuk berkumpul di alun-alun.
Goldblum, pemimpin Oakwood, tercengang hingga harus menghentikan langkah sambil didampingi oleh para petinggi bawahannya. “Kuharap ini penting karena bulan telah mencapai puncak langit. Eksekusi harus cepat dilaksanakan! Aku baru saja keluar dari markasku dan ingin menunjukkan bahwa yang melarikan diri hanyalah pecundang!”
“Orang asing! Mereka telah tiba di kota ini!”
“Apa? Orang asing katamu?” balas Goldblum dengan nada tinggi. “Bagaimana dengan para penjaga di teritori perbatasan Verona dan Oakwood?”
“Mereka semua sudah dikalahkan, dan kudengar mereka mulai memasuki gerbang kota!”
“Kurasa mereka sedang berhadapan dengan para penjaga di gerbang kota! Mereka tidak akan melewati kekuatan yang lebih kuat!”
“Sayang sekali, mereka semua telah dikalahkan. Saya juga mendengar mereka ingin menyelamatkan Justice.”
“Justice? Penyihir yang harus dihukum mati malam ini? Baiklah, kita percepat langkah, jangan ada halangan! Gillies sudah harus membawa Justice ke alun-alun!” seru Goldblum. “Kalian, cegah mereka agar tidak masuk ke alun-alun!”
“Baik!” ucap seluruh petinggi yang mengantar Goldblum.
Goldblum dan seluruh petinggi yang mengantarnya mempercepat langkah menuju alun-alun. Ketika memasuki daerah itu, seluruh rakyat telah berkumpul berdiri menghadap panggung eksekusi mati. Gillies dan beberapa penyihir lain telah mengikat Justice pada kayu dengan posisi badan terbalik, kepala menginjak lantai, kedua kaki menghadap langit.
Justice tetap meneteskan air mata, memikirkan penyesalan terhadap kenyataan bahwa dia telah kembali ke Oakwood. Eksekusi mati telah menantinya setelah menandatangani surat kematiannya sendiri begitu kembali ke kota itu.
Justice hanya berharap teman-teman sepetualangannya seperti Mark, Jason, dan Anna datang untuk menyelamatkannya. Namun, dia berpikir tidak akan ada yang menyelamatkannya dari hukuman mati sama sekali.
Seluruh rakyat yang menjadi saksi eksekusi mati terdiam ketika Goldblum tiba di alun-alun. Seluruh petinggi yang mendampingnya juga ikut berjaga di hadapan mereka agar tidak menerobos demi menyelamatkan Justice atau melanggar aturan.
“Selamat malam, Oakwood,” sapa Goldblum. “Malam ini adalah sebuah pengingat untuk kita semua. Kita semua mengetahui bahwa kita semua, warga Oakwood, harus tetap berada di sini untuk membuat seluruh kota lebih baik, dalam segi pembangunan, pekerjaan, dan pendidikan, terutama bagi penyihir, kita semua. Aturan memang dibuat untuk mendidik kita semua agar kita dapat lebih baik daripada seluruh dunia luar, agar kita semua dapat belajar bagaimana keadilan ditegakkan.
“Tapi … sekali lagi, ada yang melarikan diri dari kota ini, itulah salah satu pelanggaran terberat bagi rakyat kota ini. Petinggi Oakwood telah menemukan seorang penyihir, penyihir yang berasal dari kota ini, dan membawa paksa dia kembali untuk mendapat hukuman yang setimpal.” Goldblum menunjuk penyihir itu sebagai Justice.
Beberapa rakyat bertanya-tanya mengapa masih ada salah satu dari mereka yang berani melarikan diri jika mengetahui konsekuensinya berupa hukuman mati. Bahkan, semuanya tidak begitu berani mengulangi kesalahan yang sama setiap pelanggar aturan. Mereka tidak menyangka bahwa Justice, sebagai penyihir yang melarikan diri dari Oakwood, harus dijemput paksa untuk menanti hukuman mati.
Goldblum menatap Gillies yang telah berada di dekat Justice. “Gillies, karena kamu telah menangkap wanita yang telah melarikan diri ini, kuserahkan kehormatan untuk menghukum mati ….”
“Berhenti!” jerit seorang gadis yang tidak asing bagi Justice.
Goldblum, seluruh petinggi Oakwood, Gillies, dan seluruh rakyat Oakwood tercengang ketika ada orang asing yang menerobos masuk ke alun-alun. Meski alun-alun itu minim penerangan kecuali hanya sinar bulan, mereka mengetahui bahwa sekelompok orang asing telah menyusup ke dalam kota.
“Di-dia!” ucap Goldblum mengenali salah satu gadis dari para penyusup itu.
Seluruh rakyat Oakwood kini memindahkan pusat perhatian menuju para penyusup itu, tentu saja Justice telah mengenali mereka. Mark, Anna, Jason, Cooper, Griffin, dan G telah menempatkan kaki pada lantai batu bata hitam serta menyaksikan Justice yang akan menjadi peserta hukuman mati.
Goldblum menegur petinggi yang sempat memperingatkannya, “Bagaimana bisa mereka menerobos para penjaga di gerbang kota!”
“Kurasa … mereka … telah dikalahkan.”
“Sialan! Salah satu wanita jalang yang bersama mereka adalah Anna, putri dari kerajaan Alpinloch yang terkutuk itu!”
“Putri Anna?” ucap salah satu petinggi yang mencuri dengar.
Seluruh penyusup menghentikan langkah ketika berada di depan para petinggi yang mengawasi setiap rakyat Oakwood. Putri Anna pun berdiri menghadap Goldblum yang memasang wajah panas.
“Justice!” tunjuk Jason.
Goldblum menyapa, “Putri Anna dari kerajaan Alpinloch. Kudengar kerajaanmu sedang terpuruk gara-gara ayahmu yang terlaknat itu mati keracunan.”
Anna menggeleng, “Goldblum, pemimpin kota Oakwood. Anda … sama sekali tidak mau berubah. Ternyata benar, sesuai dugaan ayahku, Raja Thais, Anda menyalahgunakan kekuasaan pemimpin semaumu sendiri. Anda telah membuat aturan sesuai keinginanmu agar seluruh rakyatmu takut padamu. Anda takut pada rakyat yang akan melengserkan kekuasaanmu.”
“Aturan dibuat untuk dipatuhi, bukan untuk dilanggar. Aku yakin kerajaan Alpinloch menerapkan hal seperti itu.”
“Memang benar, tetapi bukan untuk menyiksa seluruh rakyat seperti yang kamu lakukan seperti ini. Kamu tidak bisa terus menakut-nakuti mereka dengan konsekuensi kejam jika melanggar aturanmu.”
“Aku benci jika ada seseorang bilang begitu,” ucap Goldblum. “Kalian, rakyat Oakwood, jangan dengarkan apa kata orang-orang asing ini. Kalian lihat, pengaruh dunia luar memang berbahaya untuk kalian, kalian hanya harus mematuhiku, patuhi seluruh aturan yang telah kubuat, jika tidak, kalian sama rendahnya dengan orang-orang asing ini! Kalian memang ditakdirkan untuk menjadi rakyat Oakwood!”
“Kamu salah,” ucap Jason. “Aku tidak pernah mendengar kalau dunia luar memang sampah. Ketika ibuku menceritakan dunia luar, dia menjelaskan segalanya—"
“Jangan dengarkan dia!” Goldblum memperingatkan.
“—kalian lihat sendiri, mereka butuh pergi ke dunia luar, tapi kamu melarangnya dan ingin menghukum bagi siapapun yang berada di dunia luar bagi rakyat Oakwood! Seperti yang tadi Anna bilang, kamu memang berkuasa, menguasai seluruh kota Oakwood, tidak ingin membiarkan rakyatmu sendiri terpengaruh dengan dunia luar, apalagi untuk melawanmu. Kamu takut pada dunia luar, kamu takut pada rakyatmu sendiri!”
Argumen Jason berhasil menjadi topik pembicaraan bagi rakyat Oakwood. Topik pembicaraan itu terdengar nyaring hingga harus menganggu Goldblum dan para petinggi Oakwood.
“Diam! Diam! Mereka hanya ingin mempengaruhi kalian!” jerit Goldblum.
Anna mengungkapkan, “Goldblum, seperti yang kamu tahu, mereka sudah muak dengan kepemimpinanmu, tapi kamu tetap memaksakan pikiran mereka agar kamu yang berhak berkuasa di kota ini. Contohnya seperti ini, kamu mengancam hukuman mati setiap kali ada yang melanggar aturanmu sendiri!”
“Diam!” Goldblum memberi perintah pada para petinggi Oakwood, “Cepat serang mereka!”
“Oh tidak!” ucap Griffin ketika menyaksikan para petinggi mempersiapkan serangan dan menargetkan Mark dan kawan-kawannya.
“Gillies, cepat hukum mati penyihir itu! Hukum mati dia!” jerit Goldblum.
Seluruh petinggi di dekat Goldblum melancarkan serangan sihir secara bersamaan. Mark menutup mata tidak tahan dengan cahaya sihir itu, berpikir dirinya dan seluruh temannya akan terhantam.
Tetapi, tanpa terduga, sihir itu berhasil tertangkis hingga lenyap seketika. Goldblum dan para petinggi Oakwood tercengang ketika salah satu rakyat Oakwood yang berada di dekat Mark dan kawan-kawan berani menangkis serangan sihir mereka.
“Tuan Goldblum,” ucap salah satu petinggi Oakwood menunjuk seluruh rakyat mengerutkan wajah pada mereka semua.
Goldblum menatap tajam pada rakyatnya, “Kalian tetap di sana!”
Seluruh rakyat merespon dengan menggerakkan kedua tangan, seketika mempersiapkan diri untuk berperang untuk mengudeta Goldblum. Energi mereka telah terkumpul dari kemarahan, keberanian, dan ketangguhan.
“Ti-tidak!” ucap beberapa dari petinggi Oakwood mulai merinding menatap seluruh rakyat mulai menentang pemimpinnya.
“Wow,” ucap Mark. “Aku tidak menyangka bakal seperti ini jadinya.”
“Kamu lihat sendiri, Goldblum. Pemimpin memang seharusnya melindungi rakyat, pemimpin seharusnya memperlakukan rakyatnya dengan adil, bukan menyiksa dengan ketidakadilan!” ungkap Anna.
“Serang!” jerit beberapa dari rakyat Oakwood mulai melancarkan serangan.
“Tidak!” jerit beberapa petinggi Oakwood mulai membalas menyerang. “Serang mereka!”
Alun-alun Oakwood seketika menjadi lokasi medan perang, tembakan sihir meluncur dengan cepat dari kedua belah pihak. Ledakan, retakan, cipratan, dan embusan akibat serangan sihir seketika membuat medan perang berbunga-bunga akibat serangan.
“Sekarang jadi begini?” jerit Cooper.
Mark menunjuk Goldblum dan Gillies membawa Justice melarikan diri dari alun-alun. “Mereka melarikan diri!”
Mark dan kawan-kawan mulai mengejar melewati medan perang penyihir itu. Mereka merunduk melewati setiap serangan dari kedua belah pihak. Griffin dan G turut membantu menyerang para petinggi Oakwood yang ikut menyerang mereka.
Ketika mereka berlari menuju gerbang keluar mengikuti jejak Goldblum dan Gillies, beberapa petinggi dengan sigap menembak mereka dari belakang, sihir berupa semburan api mengenai punggung G. Sihir kilat pun juga mengenai kaki kiri Jason hingga terjatuh. Suara tubrukan pada lantai alun-alun sontak menghentikan lari mereka.
“G!” jerit Griffin.
“Jason!” jerit Mark.
“AH!” ucap Jason berusaha untuk berdiri.
Griffin melaju menggunakan sihir berbentuk perisai demi melindungi diri. “Pergilah dulu! Kalian kejar Goldblum dan Justice!”
“Aku akan bantu!” seru G berdiri membantu menyerang para petinggi yang juga menyerang mereka.
“Cepat lari!” jerit Griffin.
“Tapi …,” ucap Anna.
“Cepat! Kita harus selamatkan penyihir berambut pink it!” perintah Cooper berlari duluan keluar dari alun-alun.
“Namanya Justice!” koreksi Jason.
“Ayo!” jerit Griffin menghadapi seluruh petinggi Oakwood mengerahkan seluruh kekuatannya.
“Kalian yang bertanggung jawab dengan barang belanjaanku!” jerit G mulai meluncurkan semburan api dari tangannya menggunakan sihir.
“Kenapa kamu kaitkan mereka dengan kehilanganmu?” Griffin menyindir.
***
“Bagaimana kalau di sini saja?” tanya Gillies begitu menghentikan langkah di tengah-tengah hutan penuh dengan suara gagak.
“Yang penting, hukuman harus ditegakkan,” ucap Goldblum menatap Justice yang diletakkan di dekat pohon tinggi tanpa dedaunan. “Setelah ini, akan kuberi pelajaran pada seluruh rakyat Oakwood bahwa … mereka tidak pantas memperlakukan aku seperti tadi. Jika perlu, akan kubunuh mereka semua, semuanya yang memulai konflik ini.”
Gillies berbalik ketika Mark, Anna, Jason, dan Cooper mendatangi mereka. “Tuan Goldblum,”
“Apa?” ucap Goldblum ketika menatap para penyusup itu. “Mau apa kalian kemari? Kalian orang asing memang sepatutnya mati jika ingin memberi pengaruh buruk pada rakyatku!”
Mark menjawab tegas, “Kami hanya ingin teman kami. Ya, dia.”
“Maksudmu penyihir terlaknat seperti dia?” Goldblum menunjuk Justice.
“Kamu memang pemimpin tidak manusiawi, Goldblum,” ucap Anna. “Pantas semua rakyatmu takut padamu, sebaliknya kamu yang lebih takut pada mereka!”
“Diam!” jerit Goldblum.
“Kami hanya ingin Justice kembali pada kami. Dia teman kami!” tambah Jason.
Gillies mulai tertawa terbahak-bahak. “Ha ha ha …. Teman? Teman? Kalian ini temannya? Orang asing seperti kalian ini temannya?”
“Itu tidak lucu! Kembalikan Justice dan kami takkan menganggu kalian, sungguh.” Cooper mulai mengenggam pedangnya.
“Kalian sudah telanjur menganggu kami,” ucap Goldblum seketika menyalakan cahaya hitam pada kedua tangannya. “Terima ini dan matilah kalian!”

Goldblum mulai melancarrkan serangan dengan melempar kedua cahaya hitam pada Mark dan kawan-kawan. Lemparannya begitu cepat seperti bola. Anna memejamkan mata tidak dapat menahan cahaya hitam yang menyilaukan.

Comments

Popular Posts