Alpinloch: Another World Episode 20
The Imperishable Witches’ Hell Town II
Dobrakan
pintu seakan seperti sebuah bom meledak di setiap rumah di Oakwood menganggu
setiap ketenangan penghuni Oakwood yang sedang tersesat di dalam mimpi. Setiap
petinggi di Oakwood menggiring seluruh penghuni agar berkumpul di alun-alun
pada tengah malam.
Satu
per satu, tidak peduli berapa usia mereka, seluruh penghuni Oakwood terpaksa
berkumpul di alun-alun untuk menyaksikan sebuah acara wajib bagi mereka ketika
bulan hampir mencapai puncak langit, yaitu eksekusi mati di depan publik.
Memang, eksekusi mati telah ditetapkan bagi setiap pelanggar aturan di Oakwood.
Setiap
penghuni Oakwood harus hadir di alun-alun pada tengah malam jika wajib melihat
eksekusi mati secara langsung. Hal ini bertujuan agar setiap penghuni Oakwood
dapat tetap patuh dalam melaksanakan aturan di kota penyihir itu.
Alun-alun
di Oakwood berbentuk bujur sangkar yang cukup luas hingga dapat menampung
seluruh penghuni kota penyihir itu agar bisa menyaksikan peristiwa penting dan
wajib, termasuk eksekusi mati. Lantainya terbuat dari batu-bata hitam
mengkilat. Pagar kayu coklat juga menjadi dinding pembatas alun-alun itu.
Seluruh
penghuni telah membentuk barisan hingga memenuhi setengah dari alun-alun itu.
Mereka telah menduga karena hukuman bagi pelanggar aturan sudah ditetapkan,
yakni eksekusi mati di depan publik.
Para
petinggi pun berdatangan dari depan mereka membawa setiap pelanggar aturan yang
telah terikat tali pada kayu dalam posisi terbaring. Mereka pun menempatkan
setiap pelanggar hukum sambil menempelkan tepi bawah kayu pada lantai batu-bata
menggunakan sihir. Tangan mereka seketika mengeluarkan energi sihir perekat.
Setiap
pelanggar aturan tertempel menghadap penonton yang tertegun menyaksikan
eksekusi mati akan segera dimulai begitu bulan telah mencapai puncak langit.
Wajah mereka tertutup rapat menggunakan karung sehingga tidak dapat terbuka.
Seluruh tubuh mereka, terutama tangan dan kaki, terikat erat oleh tali pada
kayu.
Justice
kecil begitu ketakutan, terutama setelah dia menyaksikan beberapa mayat yang
terbuang begitu saja di sungai, dengan otak terbongkar. Begitu juga dengan
setiap anak kecil yang tidak ingin melihat adegan berdarah eksekusi mati.
Sang
pemimpin berupa pria berambut putih perak dan berbaju biru dan selendang emas
berjalan menghadap setiap penonton. Seluruh penyihir algojo telah berdiri di
hadapan setiap pelanggar hukum.
Pemimpin
Oakwood itu akhirnya membuka suara seraya mendiamkan seluruh sumber suara dari
penonton, “Selamat malam, Oakwood. Kalian berada di sini untuk menyaksikan
bagaimana seharusnya aturan ditegakkan, terutama di kota ini.” Dia mengelilingi
para pelanggar aturan yang akan dieksekusi mati. “Kalian telah lihat, seluruh
penghuni yang melanggar aturan dan di hadapan kalian semua, semuanya akan mendapat
hukuman setimpal dengan pelanggarannya.
“Pelanggarannya
meliputi … menggunakan salah satu atau semua dari enam sihir terlarang, mencoba
untuk mengkudeta pemimpin, dan mencoba melarikan diri dari kota ini. Itu
merupakan hal-hal yang terlarang di kota ini! Camkan baik-baik untuk kalian
yang beruntung, kalian bisa berada di posisi mereka jika kalian berani
melanggar aturan paling suci di Oakwood!
“Setelah
menyaksikan bagaimana kami menghukum mereka, semoga kalian dapat menanam
kepatuhan pada kota ini. Kalau sampai ada yang melanggar, kamu takkan
segan-segan menangkap yang bersalah dan membangunkan kembali kalian semua pada
tengah malam seperti ini lagi.
“Algojo,
bulan telah mencapai puncak langit tengah malam. Kalau begitu, silakan
dimulai.” Pemimpin Oakwood itu mempersilakan setiap algojo untuk membunuh para
pelanggar di hadapan mereka masing-masing.
Setiap
penyihir algojo pun tidak segan menggunakan sihir apapun untuk membunuh setiap
pelanggar aturan di Oakwood. Satu per satu sihir meluncur melukai setiap pelanggar
hingga menjerit tersiksa akan rasa sakit berat. Sihir mereka bermacam-macam,
mulai dari semburan api besar dari kedua tangan, sambaran petir besar dan
cepat, penguburan hidup-hidup, luncuran batu yang menimpa langsung tepat pada
kepala, dan racun berbentuk gas yang meluncur langsung menuju hidung atau
serangan yang tepat mengenai kulit.
Seluruh
penghuni Oakwood tidak dapat menahan reaksi dari otak terhadap tontonan eksekusi
mati tersebut. Justice bahkan sampai ketakutan hingga berpikir dia akan berada
di posisi sama jika pada masa mendatang dia melanggar aturan Oakwood.
***
Seluruh
penyihir yang tengah berjaga di depan teritori perbatasan Oakwood dengan dunia
luar tidak segan menyalakan sihir mereka untuk menyerang. Pertama, peluncuran
sihir api mulai menyambar musuh-musuh yang berupa orang asing.
Griffin
dan G tidak tinggal diam begitu Mark dan Cooper terlempar terkena sihir
tersebut akibat refleks lambat untukmenghindarinya. Kedua penyihir itu
menyerang para penyihir Oakwood kembali menggunakan sihir ledakan api
berbunga-bunga menimbulkan kobaran ledakan lebih dahsyat lagi.
“Mark!”
jerit Anna berlari menemui Mark dan Cooper.
“Anna,
tunggu!” jerit Jason sambil mengambil panahnya.
Jumlah
penyihir Oakwood yang menghadapi Mark dan kawan-kawan begitu banyak hingga
kalah jumlah. Mau tidak mau, mereka harus bertarung di dalam arena berpagar api
yang telah terbuat dari kobaran dinding api. Api pun lama-kelamaan mulai
membakar kegelapan hutan menimbulkan cahaya.
Langkah
Anna terhenti ketika tanah mulai berguncang akibat sihir para penyihir Oakwood.
Tanah di hadapannya pun terangkat untuk menyerangnya. Dia terhentak ke belakang
menuju tanah. Beruntung, Jason dengan sigap menahannya dengna menyentuh
punggung.
“Brengsek!”
jerit Jason mulai menembak para penyihir Oakwood menggunakan panah dan
busurnya.
Griffin
menjerit sambil menggunakan energi sihir air. “Air, keluarlah dari tanah!”
Sihirnya menimbulkan air bercampur tanah seakan-akan terangkat dari hadapan
para penyihir Oakwood.
Serangan
Griffin mampu tertangkis oleh kerjasama para penyihir Oakwood yang bertugas.
Mereka mengguncangkan tanah seperti mengangkatnya ke atas. Satu per satu, Mark
dan teman-teman yang tetap berdiri, meski Griffin, G, dan Jason tetap menyerang
dari jarak jauh, terhentak jatuh menuju tanah.
“Sialan!”
jerit Cooper bangkit tidak sabaran. Tanpa berpikir jernih, dia melesat
mengenggam pedangnya tepat menuju para penyihir itu.
“Cooper!
Tunggu!” jerit Jason bangkit seraya mengambil salah satu panahnya.
“YAAA!”
jerit Griffin mengerahkan seluruh tenaga untuk menyerang menggunakan sihirnya.
“Ha!”
jerit G mengikuti langkah Griffin dalam menyerang.
“Teman-teman
…,” ucap Anna.
Mark
kembali mengenggam pedang dengan erat menghadap para penyihir itu. Tetapi,
alih-alih melangkah, dia melihat bagaimana para penyihir Oakwood itu menyerang
dirinya dan teman-teman.
Mark
melihat kembali bagaimana kerja sama dapat mempengaruhi kinerja serangan para
penyihir dari Oakwood yang berada di hadapan mereka. Dia berbalik menatap
seluruh rekannya yang masing-masing menyerang secara individu dengan tujuan
mengalahkan seluruh musuh.
Mark
kembali mengingat bagaimana kinerja dirinya dengan seluruh rekannya dalam
perjalanan menuju Verona. Dia bisa menyimpulkan di dalam hati bahwa ada sesuatu
yang kurang dalam mereka.
“Mark!”
jerit Jason. “Awas!”
Mark
terlambat bereaksi ketika serangan angin menghantamnya dan menjatuhkannya
menuju tanah dengan punggung mendarat di tanah terlebih dulu. Meski rasa sakit
menghantam, dia dengan cepat berdiri memandang yang lain.
“Jason!”
panggil Mark.
“Apa?”
jawab Jason.
“Kenapa
kamu diam saja!” jerit Cooper pada Mark sambil bangkit menghadapi setiap serangan
sihir.
“Mereka
kerja samanya benar-benar hebat! Itu yang kita selama ini kurang!” Mark
menyimpulkan.
“Apa?
Jadi kamu hanya ingin berkata begitu?” jawab Cooper.
“Dia
benar!” Griffin setuju. “Selama ini kita banyak bertengkar, kita banyak bertengkar
gara-gara hal sepele dalam meneruskan langkah.”
“Apakah
hal sepele seperti saat aku menghabiskan permata benar-benar termasuk?” tanya G
meneruskan serangannya.
“Cooper.
Kita akan serang mereka bersama-sama!” seru Mark. “Kita maju sesuai perintahku!”
“Heh,
memangnya kamu ini siapa?” jerit Cooper.
“Ini
bukan saatnya untuk bertengkar kembali!” respon Jason sambil menembakkan panah
pada para penyihir Oakwood.
“Sihir
kami takkan bertahan lama kalau terus mengerahkan serangan sekuat tenaga. Mark,
Cooper. Serangan dekat kami serahkan pada kalian!” ucap Griffin.
“Cooper,
percayalah padaku. Kita pasti bisa mengalahkan mereka kalau kita bekerja sama!”
ucap Mark.
“Cih!
Dasar!” ucap Cooper. “Baiklah. Kita lari hindari setiap tembakan sihir, lalu
kita hantam mereka satu per satu!”
“Baiklah!
Itu yang ingin kukatakan, Cooper. Ayo!” seru Mark.
“Mark,
hati-hati,” ucap Anna yang berdiri di belakang G.
“Baiklah!”
Mark mengambil ancang-ancang untuk berlari sambil mengenggam pedangnya.
“Ah!”
jerit Jason mundur ketika serangan sihir tanah yang terangkat hampir mengenai
kaki kanannya.
“Sekarang!”
jerit Mark.
Mark
dan Cooper mulai berlari mengenggam pedang menghindari setiap serangan sihir menghadapi
para penyihir Oakwood. Setiap serangan sihir mereka hindari dengan berbelok
atau sliding di tanah.
Mark
sedikit terlambat bereaksi ketika setiap serangan sihir mengarah padanya.
Refleksnya kurang cepat hingga beberapa serangan sedikit mengenai lengan
kirinya. Meski timbul rasa sakit, Mark tetap mempercepat langkahnya demi
menghindari setiap serangan.
Griffin
dan G membantu menangkis setiap serangan para penyihir Oakwood. Mereka
mengerahkan seluruh tenaga untuk menahan sihir sebisa mungkin untuk membantu
Mark dan Cooper agar tiba di hadapan para penyihir Oakwood.
Jason
tetap mengarahkan tembakan panahnya menuju setiap penyihir Oakwood untuk
mengurangi jumlah mereka. Meski beberapa tembakannya sempat meleset atau tertangkis
sihir, beberapa lagi tepat mengenai sebagian dari mereka, mulai dari kaki
hingga badan mengakibatkan tumbang.
Anna
tetap terdiam hanya bisa berharap mereka dapat mengalahkan seluruh penyihir
Oakwood yang menghalangi jalan mereka untuk menyelamatkan Justice. Dia tetap
berdiri di belakang G hanya bisa menyaksikan yang lain menyerang.
Mark
dan Cooper sama sekali tidak menangkis serangan sihir yang menghadang mereka
dengan tebasan pedang, melainkan hanya menghindar berlari ke depan. Mark pun tetap
kewalahan hingga akhirnya terjatuh ke tanah akibat terhantam sihir angin,
beruntung pedangnya masih dia genggam.
Dengan
cepat, Mark tidak peduli dengan rasa sakit yang dia terima, dia berdiri
menghindari serangan api yang menghadangnya dengan cepat. Kali ini, dia semakin
lincah dalam menghadapi serangan sihir itu.
Cooper
pun berhasil mendekati para penyihir Oakwood secara dekat. Mereka tercengang
ketika dia telah mendekat. Dia menebas mereka satu per satu dengan ayunan
pedangnya hingga tumbang. Beberapa penyihir terlambat bereaksi menggunakan
sihirnya begitu tebasan Cooper telah mengenai tubuh.
“G,
kita gunakan serangan sihir air untuk padamkan api di jalan menuju Oakwood
selagi Mark dan Cooper menyerang mereka!” seru Griffin.
“Baiklah!
Aku sudah tak sabar untuk menggunakannya!” ucap G mulai membidik.
“Air,
meluncurlah dan padamkan!” seru Griffin.
Griffin
dan G mulai meluncurkan serangan sihir air dari tangan untuk memadamkan api
arena di hadapan mereka ketika Cooper mulai menebas begitu banyak penyihir.
Mark
melangkah menemui salah satu penyihir yang masih bertahan dan langsung menjatuhkannya
hanya dengan mendorong. Dia dekatkan mata pedang menuju lehernya.
“Katakan
dimana teman kami, penyihir yang bernama Justice!” perintah Mark.
Penyihir
berambut biru itu menjawab, “Cih, memangnya kamu siapa?”
Mark
menajamkan pendekatan mata pedang pada leher penyihir berambut biru itu. “Kamu
harus jawab pertanyaanku, kalau tidak kepalamu akan kupenggal.”
Cooper
menyindir menemuinya. “Apa ini benar-benar perlu? Kenapa tidak langsung
memenggalnya saja?”
Jason
berlari menyusul Mark dan Cooper melewati beberapa penyihir yang telah tumbang.
“Kita butuh jawaban Justice dimana sekarang.”
“Tentu
kita sudah tahu kalau Justice berada di Oakwood, di dalam kota itu!” ucap
Cooper.
“Dia
akan dihukum mati karena telah meninggalkan kota ini tanpa izin siapapun,” jawab
penyihir berambut biru itu. “Dia akan keluar dari penjara begitu bulan mencapai
puncaknya di langit. Kalian tidak akan bisa menghentikan pemimpin agung
Oakwood, kalian bukan tandingannya.”
“Apa
maksudmu?”
“Dia
akan dihukum mati? Benar, kan?” ucap Jason.
“Dari
sini, begitu lama kalian akan sampai di pusat kota. Paling tidak, saat kalian
tiba di sana …. Penyihir malang itu akan mati,” ucap penyihir berambut biru.
“Dia
bukan penyihir malang, kami temannya.”
“Teman?
Memangnya penyihir seceroboh seperti dia bisa ….” Ucapan penyihir berambut biru
itu terhenti ketika Cooper menginjak keningnya hingga kehilangan kesadaran.
“Begitu
lebih baik daripada mendengar ocehan omong kosong dia!” ucap Cooper.
Mark
menatap Griffin dan G telah memadamkan api dan membuat jalan menuju Oakwood
menghadap lurus. “Ayo! Kita tidak punya banyak waktu!”
Mereka
berenam kembali berlari melewati jalan tersebut menuju kota Oakwood. Hutan
gelap pun masih menjadi jalan utama menuju kota itu.
Anna
berkata, “Mark, tadi itu ….”
“Akting?
Seperti yang kulakukan waktu menyelamatkan Justice? Tadi itu aku
bersungguh-sungguh,” jawab Mark. “Yang penting kita selamatkan Justice dari
hukuman mati yang telah menanti di Oakwood.”
“Lalu
kita kembali ke kerajaan Haven!” tambah Cooper. “Agar kita bisa istirahat
dengan tenang! Sementara kamu bisa—”
“Cooper!”
tegur Griffin. “Mereka ingin menyelamatkan kerajaan Alpinloch, ingat?”
“Aku
sudah tahu!” ucap Cooper. “Mark.”
“Eh?”
Mark tercengang ketika mendengar panggilan dari Cooper.
“Jangan
jawab eh! Sekarang aku tahu betapa
teman-temanmu begitu penting, begitu juga dengan Anna dari kerajaan Alpinloch.”
“Apa
berarti kamu ingin membantu kami menyelamatkan kerajaan Alpinloch?”
“Tentu
hanya sampai kita kembali ke kerajaan Haven dan melapor semuanya! Begitu!” seru
Cooper.
“Lebih
baik cepat melangkah daripada kita bertemu dengan penyihir yang seperti tadi,
dan juga lebih kuat!” tegur Griffin.
“Tunggu
dulu ….” G menghentikan langkahnya keika menyadari sesuatu telah tertinggal. “Lho,
lho, lho?”
“Kenapa,
G?’ tanya Griffin.
“Barang
belanjaanku! Tidak! Aku telah habiskan hampir seluruh permataku hanya untuk
menghilangkannya menjadi sia-sia! Tidak!” jerit G.
“G,
setidaknya, berang belanjaanmu membuat langkah kita lebih lambat,” sindir
Griffin.
“Cepatlah!”
jerit Cooper. “Kalian mau diserang lagi apa?”
“Justice
…,” ucap Jason.
Eh.. galham ketika paragraf pertama
ReplyDeleteEh.. galham ketika paragraf pertama
ReplyDelete