I Can't Believe My Love is a Gamer REDUX! Episode 3
ENERGY SYNERGY MATRIX
Here we go again, setelah weekend yang tidak terduga, kembali ke
dunia nyata. Sekolah., ya, sekolah, hari Senin.
Ah
… ini dia, tahun terakhirku di SMA. Tidak terasa setelah begitu banyak momen
tidak terduga di sekolah, ini dia, aku harus mengalami kenyataan sebagai siswa
tingkat akhir bahwa ujian nasional telah menanti pada pertengahan semester
berikutnya. Ujian nasional, benar, ujian akhir penentu kelulusan.
Sebenarnya
pasti ada keluhan tentang ujian nasional, selalu ada setiap tahun. Ujian
nasional itu seperti boss game tersulit
yang pernah dimainkan, bahkan lebih buruk dari itu. Ujian nasional memang
ditakuti oleh beberapa siswa, apalagi yang selalu memiliki nilai pas-pasan atau
sering mendapat remedial.
Memang,
ujian nasional menambah tekanan lebih pada setiap siswa negeri ini. Apalagi
tahun ini bahkan ada kabar kalau tingkat kesulitan ujian nasional akan
ditambah, lebih buruk dari itu, mungkin akan berupa soal esai alih-alih pilihan
ganda seperti sebelumnya. Tentu ini akan menambah tekanan mental lebih buruk
bagi anak SMA zaman now.
Sebenarnya
tidak perlu repot-repot mengadakan ujian nasional kalau ingin dijadikan syarat
kelulusan setiap sekolah, SD, SMP, dan SMA, kalau tujuannya hanya menambah
beban dan tekanan secara psikologis untuk para siswa. Tidak heran, kegagalan
dalam ujian nasional akan menambah malu pada diri, terlebih jangan tanya apa
yang terjadi selanjutnya. Ujian sekolah saja sudah cukup untuk menjadi syarat
kelulusan.
Bahkan,
aku pernah membaca sebuah artikel bahwa ujian nasional memperlakukan setiap
peserta, yaitu siswa tahun akhir SD, SMP, dan SMA; sebagai kelinci percobaan.
Model baru ujian nasional setiap tahun, tanpa perlu uji coba, siswa terpaksa
harus langsung menjalani sesuai dengan agenda penyelenggara ujian nasional,
apalagi jika dimanfaatkan sebagai kepentingan politik.
Kebocoran
soal dan kejanggalan hingga tidak ada jawaban yang benar, jangan heran jika itu
terjadi. Pantas saja beberapa siswa tingkat akhir tergiur untuk melakukan
apapun, menyontek hingga membeli kunci jawaban yang jelas-jelas masih
diragukan.
Beberapa
siswa bahkan rela menghabiskan waktu sepulang sekolah untuk mengikuti bimbingan
belajar, tujuannya, tentu saja lulus ujian nasional, entah atas inisiatif
sendiri atau perintah orangtua. Betapa merepotkannya setiap siswa tingkat akhir
harus rela ikut ujian nasional mati-matian.
Nah,
sekarang sudah jam pulang sekolah, begitu lelah sehabis mendapat materi
pelajaran yang mungkin begitu berat. Apalagi sebagai siswa tingkat akhir, terus
diingatkan bahwa ujian nasional semakin dekat, tidak peduli apakah kami hanya
menunggu angin lalu dalam berleha-leha atau mati-matian latihan berperang demi
dapat melawan ujian nasional.
Lelah
sekali, ingin sekali aku ke game center setelah
terbebani oleh materi-materi yang telah masuk ke dalam otak, maksudku, beberapa
dari materi semenjak tidak semua yang kumengerti. Tetapi, Ayah dan Ibu justru
tidak memperbolehkanku selama hari-hari sekolah, melainkan untuk belajar di
rumah dan mengikuti bimbingan belajar. Lebih buruknya lagi, PlayStation 4 di
kamarku juga “dititipkan” di kamar adik.
Oh
ya, kakakku juga sedang sibuk oleh skripsi, alias ujian nasional-nya mahasiswa.
Jadi itu juga menjadi alasan mengapa PlayStation 4-ku “dititipkan” di kamar
adik. Seakan-akan kami tidak berhak untuk menghilangkan rasa penat dengan
bermain game sekalipun. Lulus, hanya
itu permintaan dari orangtua setiap anak yang mengambil pendidikan.
Sistem
pendidikan negeri ini kenapa tidak mengikuti yang dari luar saja? Itu
menurutku. Sudah membebani siswanya agar masuk pagi-pagi sekali, paling lambat
jam setengah enam pagi, sekarang ini cara mereka berterima kasih, membebani
setiap siswa dengan ujian nasional saat terakhir.
Yang
lebih buruk saat pulang sekolah … kebanyakan teman sekelasku malah bermain game paling sampah sedunia, Mobile Legends! Melihatnya saja
membuatku muak, sangat muak. Ingin rasanya mengajak mereka bermain game lebih baik daripada game sampah itu, minimal Fate/Grand Order, Granblue Fantasy, atau game yang
sedang disenangi beberapa anggota komunitas rhythm
game, Girls’ Frontline. Jelas game-game
itu mengandung apel segar daripada Mobile
Legends yang jelas mengandung apel busuk.
“Eh,
Arfian, main dong Mobile Legends!”
Sekali lagi, aku muak dengan ajakan salah satu teman sekelas. “Lo enggak gaul
ah kalau enggak main.”
Sorry, tapi aku enggak mau ikut mainstream. Lebih baik main Fate/Grand Order, Arcaea, atau Cytus II
daripada game sampah sedunia itu.
Ingin rasanya mengumpat kalau aku tidak gaul hanya karena tidak bermain Mobile Legends.
Ya,
Oktavian dan Abi, bahkan Luna dan Vera, sudah tidak bermain Mobile Legends. Kudengar Oktavian lebih
menggemari Girls’ Frontline daripada Mobile Legends berkat posting teman di komunitas rhythm game di Facebook. Sayang sekali,
Oktavian dan Abi, dan juga diriku, harus terpisah di kelas yang berbeda selama
tingkat akhir SMA. Kami bahkan jarang bermain bersama lagi di game center karena kesibukan ujian
nasional.
Oke,
saatnya untuk mengalihkan stres akibat penuhnya materi pelajaran yang kudapat
dari pagi ini. Aku ingin menonton YouTube, tentu bukan YouTuber, tentu bukan
video klip lagu mainstream pula,
melainkan BGA (background animation) dari salah satu lagu BMS, bisa dibilang lagu yang akan
kudengar merupakan salah satu lagu meme.
Lagu
yang kudengarkan adalah Energy Synergy
Matrix karya Tanchiky, salah satu entri BMS of Fighters Ultimate 2017.
Kenapa lagu ini juga lagu meme seperti Seyana?
Soalnya BGA-nya lho, begitu konyol.
Video
dimulai ketika makhluk kucing putih humanoid
memainkan gitar mengikuti alunan awal lagu. Lalu, dilanjutkan dengan
kehidupan biasa makhluk kucing humanoid itu
layaknya manusia biasa, terutama ketika memotong ikan pada bagian kepala dan
memasak sup. Lalu kejar-kejaran ketika temannya memakan ikan yang sudah
dipotong.
Salah
satu adegan terlucu ketika kedua kucing humanoid
itu berguling-guling setelah tersandung, hingga bahkan masuk ke semacam time loop, memasuki berbagai zaman pada
masa lalu, dikejar-kejar oleh dinosaurus, mammoth, hingga pasukan tradisional
Jepang. Pada akhirnya, waktu kembali seakan-akan tidak terjadi apapun.
Seandainya
hidup ini bisa seperti yang ditunjukkan oleh BGA Energy Synergy Matrix, mengubah masa lalu yang suram menjadi cerah.
Mungkin aku tidak akan begitu menderita dengan rumus-rumus fisika dan kimia jika
masuk jurusan IPS. Mungkin aku bisa meminta pemerintah agar menghapus ujian
nasional sebagai kelulusan setiap tingkat sekolah, SD, SMP, dan SMA. Mungkin
aku juga bisa mengubah jadwal masuk sekolah, alih-alih mulai jam enam menuju
jam setengah delapan. Ah, aku ingin berguling-guling hanya untuk mengubah masa
lalu sesuai keinginan.
Tapi,
kalau aku sampai mengubah masa lalu, mungkin aku tidak akan bertemu Oktavian,
Abi, Fatin, Vera, dan apalagi Nabila. Tidak mungkin aku lampiaskan segala stres
melalui main game hanya karena capek
menghapal lebih banyak rumus ilmu pasti sebelum ujian. Sungguh melelahkan
memikirkan hal ini.
“Jadwal
UTS udah ada di grup lho!” seru sang ketua kelas yang baru saja memasuki kelas
kembali.
Ya,
tentu kebanyakan dari teman sekelas masih main Mobile Legends, mengecek grup hanya untuk melihat jadwal UTS mereka
tunda hingga habis puas bermain game sampah
itu. Lebih baik aku cek grup LINE sekarang juga, cukup penasaran diriku akan
jadwal UTS yang akan diadakan minggu depan.
Ku-tap foto jadwal UTS untuk melihat lebih
dekat mengenai apa saja yang akan diujiankan terlebih dahulu hingga nanti.
Lagipula, ini juga bagian dari persiapan untuk menghadapi ujian nasional dan
ujian sekolah. Apalagi, semester depan akan fokus mengulang-ulang seluruh
materi yang telah diajarkan selama SMA, hanya demi persiapan ujian nasional.
Senin,
agama dan bahasa Indonesia terlebih dahulu, pelajaran paling ringan tapi juga
mengecoh, apalagi bahasa Indonesia, pasti banyak bacaan panjang. Selasa, bahasa
Inggris dan pkn. Yang lainnya, pakai rumus ilmu pasti, save them for the last! Kimia dan biologi diadakan Rabu, matematika
diadakan Kamis, dan terakhir, fisika pada Jumat. Berarti, aku masih punya waktu
tidak sedikit untuk kembali menghapal setiap materi, apalagi rumus dalam
pelajaran matematika dan fisika.
Meski
aku mengikuti bimbingan belajar, setiap Selasa dan Jumat setelah sekolah usai,
tingkat perkembangan masuknya materi ke dalam otak tetap lambat, seperti saat
berusaha menaikkan skill bermain rhythm games.
“Eh,
Sabtu futsal yuk!” seru salah satu teman sekelas, tentunya cowok.
“Hayu
lah! Mumpung sebelum UTS!” Ya, ya, salah satu teman sekelas yang cowok turut
merestui kegiatan melelahkan itu bahkan sebelum UTS.
Kenapa
tidak begini saja? Daripada menerapkan sistem
kebut semalam terus menerus hanya karena berleha-leha bahkan sebelum H-1,
ya H min 1, coba sebaik mungkin
pahami setiap materi yang akan masuk soal UTS, terutama bagi yang sering
mendapat nilai di bawah standar hingga harus mengikuti remedial. Itu lah yang aku ingin lakukan, mencoba sebaik mungkin
untuk memahami setiap materi.
Apalagi
ini tingkat akhir SMA, ujian nasional lama kelamaan akan berada di depan mata,
tidak akan kerasa, kerasa seperti satu detik, seperti memasuki time matrix dan kaget sudah ujian
nasional lagi. Ayolah, aku juga bahkan kebingungan mau memulai dari mana
mengulang setiap materi selama di SMA.
“Arfian,
ikut futsal gih! Lo enggak ikutan melulu ah!” Ah, kalimat ini hampir sama
persis seperti ajakan Oktavian. “Lo main game
melulu. Ikutan dong, biar rame-rame!”
Aku
menolak dan berbohong, “Uh … gue enggak bisa Sabtu ini. Gue sibuk.”
“Ah,
sok sibuk melulu ah! Tahu-tahunya malah main game! Enggak rame ah!” Lebih buruk, teman sekelasku yang lain malah
memaksaku. “Sekali-kali futsal lah!”
“Enggak
deh.” Aku angkat bokong dari bangku, mengambil tas, dan bersiap untuk angkat
kaki dari kelas. “Beneran, gue sibuk. Gue duluan.”
Melihat
teman sekelas main Mobile Legends,
apalagi sampai paksa ikut futsal segala, no
thanks, hell no. Lebih baik, aku
jadi diriku apa adanya, pemuda yang suka main rhythm game dan PlayStation 4. Memang aku lebih suka bergaul dengan
komunitas rhythm games, meski
kebanyakan lewat chat di grup.
Begitu
kutinggalkan kelas menuju selasar, aku memelankan langkah sambil mencari kontak
di grup komunitas rhythm games.
Kuingat, salah satu dari mereka kuliah di fakultas MIPA, matematika dan ilmu
pengetahuan alam, di sebuah kampus negeri ternama. Tidak heran, dia begitu
pintar mampu lolos seleksi masuk dan diterima sebagai mahasiswa di sana.
Mungkin aku bisa meminta bantuannya.
Kuputuskan
untuk meminta bantuan pada orang itu untuk membantu menghapal dan mengerjakan
setiap rumus yang sama sekali tidak kumengerti, apalagi matematika dan fisika.
Semoga materi yang dia jelaskan bisa menjadi apel segar ke dalam otak.
Comments
Post a Comment