Your Voice, My Voice Episode 3
#03:
Recruit
“Masuk.”
ucap Pak Ray, guru BP yang bertugas pada hari itu, ketika mendengar suara
ketukan pintu.
Pintu
terbuka ketika guru berparas bule itu kembali duduk di depan meja penuh dengan
beberapa dokumen. Terlihat Kevin, Dika, dan Melody melangkah memasuki ruangan
BP dan mengucapkan salam sambil merunduk.
“Kalian
bertiga dari kelas X-4, Kevin, Dika, sama Melody, ya? Bapak kemarin dapat
laporan dari seorang guru kalau kalian menggunakan auditorium tanpa izin.” Pak
Ray memulai berbicara.
“Kami
benar-benar minta maaf, Pak.” ucap Kevin.
“Padahal
kalian sudah melihat tanda Dilarang masuk
tanpa izin, kan?”
“Kami
tahu itu, Pak.” ucap Dika dan Melody bersamaan.
“Lagipula,
Bapak ingin tahu apa alasan kalian menggunakan auditorium tanpa izin.” ucap Pak
Ray.
Kevin
menjawab. “Kami ingin membuat band. Jadi kami berlatih di sana. Kami kira kami
dapat menggunakan auditorium…”
“Tidak
apa-apa.” ucap Pak Ray. “Kalian membuat band, cukup bagus. Tapi kalau kalian
ingin membuat band kalian sebagai klub resmi sekolah, kalian harus memiliki
setidaknya lima orang anggota.”
“Iya,
Pak. Kami mengerti.” ucap Kevin.
Pak
Ray mengubah nada bicaranya “Sudah, jangan merasa bersalah begitu. Bapak senang
kalian ingin membuat band sendiri. Kalian setidaknya punya kegiatan di luar jam
pelajaran, kan?”
Kevin
membalas dengan semangat “Iya, Pak. Kami akan bekerja keras demi membuat band
kami besar seperti Key.”
“Eh?”
ucap Melody heran.
“Key?
Band yang terkenal dengan Your Voice, My
Voice itu, kan? Kebetulan Bapak juga sering mendengar lagu itu.”
“Eh?
Bapak juga suka?” ucap Kevin.
Dika
menjawab pertanyaan Kevin. “Lagian lagu itu masih nomor satu di chart lagu Indonesia lah.”
“Terus,
kita butuh dua anggota lagi ya?” ucap Kevin.
Pak
Ray memberi usul “Kalau begitu kenapa kalian tidak mengadakan semacam open recruitment sepulang sekolah
nanti?”
“Itu
dia! Terima kasih, Pak!” Kevin dengan semangat berkata.
“Yang
lebih penting lagi, kalian kemarin menggunakan auditorium tanpa izin.”
“Eh?”
***
“Udah
baik-baik, ternyata Pak Ray masih aja kasih hukuman.” ucap Kevin membersihkan
salah satu wastafel kamar mandi pria dengan sebuah sikat.
“Habisnya
sih, lo bersikukuh pengen ngedengar nyanyian Melody di auditorium.” Dika tengah
membersihkan salah satu toilet dengan sebuah sikat.
“Lagian,
kita butuh dua orang anggota lagi kalau mau band kita jadi klub resmi sekolah.
Gue gitaris, lo drummer, sama Melody vokalisnya. Tinggal dua orang lagi nih
yang harus gabung. Gue juga dari tadi kepikiran bikin oprec (open recruitment)
sepulang sekolah nanti.”
“Kalau
mau hari ini, pakai apa dong? Emang mau pakai suara lo doang?” tanya Dika.
“Oh
iya, aku lupa kalau kita harus mempersiapkan sesuatu buat oprec nanti.” Kevin tertawa.
“Gue
aja deh yang nyiapin selembarannya.” ucap Dika “Gue bisa desain dikit. Terus
kita bisa siapin buat besok. Palingan jam istirahat di kantin banyak yang
ngumpul, kita bisa sekaligus promosiin band kita.”
“Emang
mau promosi atau ngadain oprec?” ucap
Kevin kebingungan.
“Sekalian
lah!” seru Dika saat selesai membersihkan salah satu toilet di kamar mandi
pria.
Kevin
tertawa saat menatap Dika menemuinya. “Udah deh, sepulang sekolah, mending kita
latihan di rumah gue aja. Terus kita bisa tahu di mana yang masih kurang.”
“Sekalian
mikirin konsep buat selembaran oprec-nya
deh.”
Suara
bel berdering menandakan waktu istirahat telah berakhir. Kevin tersenyum
meletakkan sikat di bawah salah satu wastafel, waktu hukuman mereka telah
berakhir. Dia dengan semangat berjalan meninggalkan kamar mandi pria.
“Ayo!
Kita balik ke kelas!” ucap Kevin. “Lalu kita ke rumahku habis ini! Gue entar
bilang Melody.”
***
“Beruntung
Kakak belum pulang.” ucap Kevin begitu membukakan pintu kamarnya.
“Emang
Kakakmu sering nganggap tamu seperti kami ngerepotin?” tanya Melody dengan
ragu.
“Bukan,
bukan begitu.” ucap Kevin tersenyum. “Kakak ngerepotin aja kalau ada di rumah.
Dia bahkan ngebuka kunci kamar tanpa ngetuk lagi. Oke, kita siapin buat
latihan.”
“Gue
pakai meja lo buat latihan drum.” ucap Dika sebelum duduk di depan meja belajar
Kevin.
“Oke.”
Kevin mengambil ponsel dari saku celananya dan membuka lemari pakaiannya.
Diambilnya sebuah tripod dan meletakkannya di depan pintu kamar yang tertutup.
“Kevin,
kamu mau ngerekam?” ucap Melody malu.
“Iya.
Kita mau ngelihat progress kita
sampai mana, sekalian cari kekurangan kita di sebelah mana.”
Begitu
Kevin memasang ponselnya pada tripod, Melody dengan malu melihat dinding pada
kamar Kevin, terlihat poster band favoritnya, Key, tempampang di dekat tempat
tidur. Poster film favorit Kevin juga ikut mendampingi poster band Key di
setiap dinding.
“Melody.”
ucap Kevin mengambil gitarnya.
“Eh?”
pikiran Melody buyar.
“Kamu
bisa mencet tombol record, kan? Pas
udah mulai rekam, kita mulai perform kayak
kemarin di auditorium.”
“I…
iya…”
“Oke,
kita mulai sekarang?” tanya Dika.
“Yup!
Saat Melody udah tekan tombol record.”
jawab Kevin.
Melody
berjalan mendekati tripod dan menekan tombol record pada ponsel Kevin. Begitu Melody kembali ke posisi semula,
Dika menepuk meja belajar Kevin dengan tangan kosongnya menandakan irama untuk
pemanasan.
Kevin
memulai bermain jari terhadap senar gitar, memunculkan suara gitar akustik yang
begitu bertenaga. Diiringi oleh permainan drum Dika yang mengikuti irama.
Melody menutup matanya menunggu giliran untuk bernyanyi.
Begitu
memasuki bagian bait pertama, Melody merespons cepat dengan mulai bernyanyi
“Perdengarkanlah sebuah nyanyian pada sebuah puisi, puisi yang penuh dengan
kata-kata indah, kata-kata indah yang dapat membuatmu jatuh hati, hati yang
ingin bersenandung pada sebuah lagu, lagu yang ingin kita nyanyikan bersama.
Tak peduli bagaimana rasanya suaramu, tak peduli bagaimana rasanya suaraku
juga, kuingin kita sampaikan perasaan pada lagu ini, ku ingin, ku ingin,
benar-benar sampaikan… Benar-benar sampaikan… Bagaimana jiwa yang terkandung pada
kumpulan irama dan nada ini.”
***
Kevin,
Dika, dan Melody melihat hasil rekaman video mereka dalam ponsel Kevin dengan
fokus tinggi. Begitu mereka mendengar lirik terakhir yang Melody nyanyikan
serta outro Kevin dan Dika, Kevin menekan tanda pause pada layar ponselnya.
“Bagaimana?
Apakah aku…” ucap Melody ragu.
Kevin
mengangguk. “Mendingan daripada pas kemarin.”
“Tapi,
menurut gue, gue kurang begitu bertenaga pas main drum di bagian reffnya, terus
Kevin, lo juga kurang pas bagian bridge-nya.”
Dika menyimpulkan.
“Masa
sih?” Kevin memainkan kembali bagian saat mereka memainkan bagian bridge dari lagu itu.
Terdengar
vocal Melody dengan merdu bernyanyi dalam video itu “Sebuah lagu kan terjaga,
penuh dengan jiwa ketika kita bernyanyi, rasakan jiwanya, ikuti iramanya, suara
kita benar-benar menghayati jiwa pada lagu ini.”
“Sial,
lo benar, Dika! Gue kurang nendang!” Kevin menyadari kesalahannya dalam bermain
gitar dalam video itu.
“Iya,
lo rada telat sih nadanya.” Balas Dika.
“Telat?!”
ucap Kevin menyentuh kepalanya “Sialan!!”
“Omong-omong,
Melody udah bagus nyanyinya. Cuma, kalau lebih percaya diri lagi, lo pasti
bakal bagus.”
“Eh?!
Berarti aku kurang bagus ya?” tanya Melody.
Dika
buru-buru membantah “Enggak kok, enggak gitu. Lo udah bagus banget lah, udah
bagus. Seandainya lo lebih percaya diri lagi, pasti bakal lebih mantap lah.”
“Kita
juga masih punya banyak kekurangan, bukan cuma anggota, tapi diri kita juga
sih.” Kevin menyimpulkan “Oke! Kita latihan lagi deh! Kita mulai dari awal!”
***
Bel
sekolah berbunyi saat matahari hampir mencapai puncak langit, lebih cepat dari
biasanya karena hari itu adalah hari Jumat. Wajar, jam belajar mengajar
berakhir karena siswa laki-laki harus ikut Jumatan di masjid sekolah sebelum
pulang.
Beberapa
siswa pergi ke kantin untuk makan siang sebelum pulang atau mengikuti
ekstrakurikuler yang diadakan pada hari itu. Beberapa pula yang tetap berada di
kelas, menunggu waktu untuk pulang.
Tepat
setelah seorang guru meninggalkan ruangan kelas X-4, Kevin tetap menyandarkan
kepalanya pada meja, tidak bisa menahan kebosanan yang menumpuk pada otaknya
sehabis melahap seluruh pelajaran pada hari itu.
“Kevin,
ada yang cari lo!”
Kalimat
itu mampu membuat Kevin membangkitkan kepalanya dari meja. Dia berdiri dan
berjalan meninggalkan bangkunya sambil menguap mengeluarkan seluruh kantuknya.
Begitu dia berjalan melewati pintu, dia menatap seorang siswa berwajah oriental
memakai jersey Oklahoma City (tim basket NBA) warna biru.
“Lo
Kevin, kan?” tanya siswa itu.
“Iya.”
Kevin mengangguk heran.
“Gue
Kenny, sekretaris OSIS.”
Kevin
membalas dengan berjabat tangan dengan Kenny. Dia heran mengapa sekretaris OSIS
seperti Kenny mengenal dirinya. Kevin menggeleng kebingungan tidak tahu apa
yang sedang terjadi.
“Gue
udah dengar dari Dika kalau lo berdua pengen ngebentuk band sekolah, bukan?”
“Iya.
Lo tahu darimana?”
Kenny
tertawa kecil “Dika udah cerita ke gue. Ya kebetulan Dika satu kelompok sama
gue pas ospek.”
Kevin
tercengang “Lo… lo masih kelas 10? Udah jadi sekretaris OSIS lagi?”
Kenny
tertawa lagi “Begitulah. Mungkin karena gue terlalu aktif pas ospek.”
Kenny
menyerahkan beberapa lembar kertas yang dipegangnya pada Kevin. Kevin mengecek
lembar-lembar kertas itu merupakan pamphlet khusus open recruitment untuk bergabung dalam band Voice.
“Dika
udah bilang ke gue tadi malam, gue ngebantu dia ngedesain pamphlet buat oprec band lo. Voice, kan?”
Kevin
tersenyum “Iya.” Kevin mendadak teringat, secara spontan dia bertanya. “Kenny,
lo bisa main alat musik, kan?”
Kenny
menjawab sambil tertawa kecil. “Um, enggak, kok. Gue enggak bisa main musik,
apalagi nyanyi. Kevin, gue sebenarnya pengen ngebantu lo buat promoin oprec, tapi gue bentar lagi ada rapat
OSIS, sama habis jumatan ada latihan tim basket.”
“Jadi
begitu ya…” Kevin mengungkapkan kekecewaannya.
Kenny
menepuk bahu kiri Kevin. “Lo pasti dapat anggota baru kok. Pasti bisa.”
“Kenny,”
ucap Dika keluar dari kelas menemui mereka “Wow, gue ketinggalan apaan?”
Kevin
tersenyum sambil memamerkan selembar pamphlet open recruitment band Voice “Ini! Pamphlet desain lo sama Kenny!”
“Wow.
Udah jadi lagi.” Dika kagum melihat pamphlet desainnya sendiri. “Thanks, Ken. Lo benar-benar mau bantu.”
“Sama-sama.”
balas Kenny “Gue duluan, mau rapat OSIS.”
“Oke!!”
balas Kevin.
Melody
berjalan menemui mereka berdua begitu Kenny telah meninggalkan selasar kelas
untuk mengikuti rapat OSIS. Melody memandang selembar pamphlet yang dipegang
oleh Dika.
“Anu…
kita memang harus membagikan ini pada teman-teman kita.” tanya Melody.
“Iya.
Sekarang, mumpung kebanyakan lagi pada di kantin.” jawab Dika.
Kevin
mengepalkan tangannya penuh antusias “Ayo! Kita ke kantin untuk sebarkan!”
Kevin
berjalan penuh dengan semangat membawa beberapa lembar pamphlet melewati
selasar lantai dua menuju tangga pada lantai dasar. Dika dan Melody mengikutinya
menuju kantin. Dia dengan cepat berjalan menuju kantin, di mana mayoritas siswa
menunggu waktu Jumatan di sana.
Ketika
mereka bertiga tiba di kantin, terlihat setiap tempat duduk begitu penuh dengan
beberapa siswa yang menyantap makanan mereka sambil berbicara dengan berbagai
topik. Terlihat pula beberapa siswa yang berjalan keluar masuk kantin, ingin
membuang rasa penat dari setiap pelajaran.
Kevin
secara langsung menemui dua orang siswi di dekat beberapa vending machine yang menghadap salah satu meja “Permisi, band Voice
lagi ngadain oprec lho!”
Dua
siswi itu mengabaikan Kevin dan berjalan meninggalkannya. Kevin memandang dua
orang siswi itu berlalu meninggalkan kantin. Begitu menyaksikan hal itu, Melody
mulai gemetar tidak tahan dengan ketegangan.
“Ternyata
sulit juga.” ucap Melody.
“Slow aja, Melody. Enggak usah tegang
gitu.” Dika mengingatkan.
“Ah…
Kayaknya gue langsung banget ya?” ucap Kevin berbalik menemui mereka berdua.
“Emang.”
ucap Dika mengambil beberapa lembar pamphlet dari Kevin. Dika langsung bereaksi
begitu dia melihat tiga orang siswa yang berjalan memasuki kantin. Dia
menyambut mereka bertiga dengan menyerahkan salah satu lembar pamphlet “Voice
lagi oprec nih! Kalau bisa main alat
musik sama mau gabung ke band, silakan hubungi kontaknya!”
Salah
satu siswa itu mengambil selembar pamphlet itu dari Dika dan berlalu sambil
berbicara membahas siapa diantara mereka yang bisa bermain musik. Dika
tersenyum begitu strateginya berjalan mulus.
“Terima
kasih.” ucap Dika menghadap ketiga siswa yang sudah membelakanginya itu.
“Hebat.”
ucap Melody.
“Oke.
Giliran kamu juga, Melody!” ucap Kevin menyerahkan sebagian dari beberapa
lembar pamphlet yang dipegangnya.
“Eh?!
Aku?” ucap Melody.
“Tentu
saja, kita ‘kan cuma bertiga. Ayo!”
Kevin
dan Dika berjalan menemui setiap siswa yang duduk menyantap makanan mereka di
meja dengan antusias, demi mempromosikan open
recruitment band mereka sekaligus mendapat anggota baru.
Melody
hanya bisa menatap Kevin dan Dika dengan semangat memberikan setiap lembar
pamphlet pada setiap siswa. Melody melihat selembaran pamphlet yang
dipegangnya, tidak memiliki gagasan apa yang dia ingin sampaikan ketika
mempromosikan oprec band mereka.
Dia
berjalan mundur sejenak untuk menenangkan diri dari segala ketegangan yang
membanjiri tubuhnya. Otaknya bagaikan kesemutan, mencari ide bagaimana dia
harus membuat sesama siswa-siswi di sekolahnya terkesan dan berminat bergabung
dengan band Voice.
Dia
menghentikan langkahnya begitu bagian tubuhnya menabrak seseorang. Dia segera
berbalik dan mulai tertekan begitu dia menatap seorang siswa rambut gaya pomadic menghadap ke depan.
“Ma…
maafkan aku!” ucap Melody panik. Dia mendadak teringat dan memperlihatkan
pamphlet open recruitment band Voice
“Ba… Band kami sedang mengadakan oprec.
Mohon diambil.”
Siswa
itu membalas. “Lo Melody? Murid baru di kelas X-4 itu, bukan?”
“Eh?”
“Gue
dapat kabar dari teman kalau wajahmu emang cocok buat jadi seorang aktris
drama. Lo kelihat alami cantiknya.” puji siswa itu.
Melody
tersipu malu. “Be… benarkah?”
“Barangkali
lo emang berminat gabung sama klub drama bareng gue, gue bakal ajak lo
berkeliling sekitar auditorium.” Siswa itu menggapai lengan Melody.
“Tu…
tunggu!” ucap Melody.
“Melody?”
panggil Kevin yang berjalan menemui mereka.
“Reid?”
Dika menatap siswa yang mengajak Melody.
“Oh,
lo, Kevin sama Dika, bukan? Lo yang ngegunain auditorium tanpa izin, bukan?”
ucap Reid. “Lo ngapain aja pas ngegunain auditorium tanpa seizin sekolah?”
Kevin
menjawab. “Kami bertiga membuat band sendiri, jadi kami mencoba untuk berlatih
di sana. Tentu saja, kami akan membuat musik dengan sepenuh hati seperti Key.”
“Begitu.
Melody sudah tergabung dalam bandmu ya?” ucap Reid. “Coba pikirkan ulang
keputusanmu.”
“Maksud
lo?” ucap Kevin heran.
“Benar,
sebaiknya pikirkan ulang kalau mau membuat band kalian sendiri dengan tujuan
seperti itu.” jelas Reid. “Gue tanya sekali lagi, tujuan lo ngebuat band ini
apa? Lo mau ngapain selanjutnya?”
Kevin
dengan nada formal menjawab. “Kami akan terus bermain musik!”
“Kevin,”
ucap Dika terkesan.
“Gue
rasa lo emang nganggap remeh sama ke depannya.” balas Reid.
“Gue
sama Dika emang pengen bikin band! Gue bisa menikmatinya setiap bermain musik!”
Dika
menambah begitu melihat wajah Melody yang begitu masam. “Melody juga
menikmatinya sebagai vokalis kami, gue sama Kevin udah bisa ngelihat gimana
perasaan Melody nyanyi. Dia menikmatinya!”
Kevin
berbicara lagi. “Meskipun kami baru bisa ngebawain Your Voice, My Voice dari Key buat sekarang, gue bakal tulis lagu
buat band ini, Voice. Gue yakin kalau gue, Dika, sama Melody bakal kerja keras
biar lagu yang gue tulis bakal tersampaikan kepada semua orang. Kami ingin
berbagi, berbagi perasaan kami saat bermain musik pada penonton!”
Reid
berbalik melangkah sejenak “Begitu. Sebaiknya kalian berpiir ulang sebelum bertindak.
Karena bikin band emang enggak bakal gampang kayak yang lo bayangin.”
Kevin
terdiam begitu menyaksikan Reid pergi begitu saja meninggalkan mereka.
Perkataan Reid tentu menusuk hati Kevin, meski telah menyatakan pembelaan
keputusannya. Dia mengepalkan tangannya, di saat yang sama, dia yakin bisa
membuktikan band mereka, Voice, pasti bisa menyampaikan musik mereka pada semua
orang.
Hi, there!
Thank you so much for reading Your Voice, My Voice, which currently consists of 3 episodes as of February 17, 2017.
Your Voice, My Voice will move to a new time slot, every Wednesday at midnight starting February 22, 2017 on Dimas Pettigrew's Stories. Don't forget, new episode Your Voice, My Voice also premieres every Wednesday on Wattpad and Storial!
Hi, there!
Thank you so much for reading Your Voice, My Voice, which currently consists of 3 episodes as of February 17, 2017.
Your Voice, My Voice will move to a new time slot, every Wednesday at midnight starting February 22, 2017 on Dimas Pettigrew's Stories. Don't forget, new episode Your Voice, My Voice also premieres every Wednesday on Wattpad and Storial!
Comments
Post a Comment