Arcade Station (Indonesian Version) Episode 6
Episode 06: Location Test… In Another City?! -Brain Power-
Brainpower, Let the bass kick,
O-oooooooooo AAAAE-A-A-I-A-U-
JO-oooooooooooo AAE-O-A-A-U-U-A-
E-eee-ee-eee AAAAE-A-E-I-E-A-
JO-ooo-oo-oo-oo EEEEO-A-AAA-AAAA
Sudah resmi, Hans bukan hanya mengumumkan bahwa Arcade
Station akan mengadakan location test untuk
Sound Voltex IV Heavenly Haven dan Museca 1+1/2 di kota sebelah (nama kota
sengaja disensor), tetapi juga membagikan salah satu lagu terpopuler dalam
sejarah BEMANI yang hanya bisa dimainkan dalam dua lagu itu, Brain Power oleh Noma.
Sejak Hans membagikan lagu itu di grup LINE, semuanya mulai
membuat lagu itu menjadi instant hit dalam
komunitas itu. Tanpa perlu malu, semuanya membagikan lirik sekaligus link lagu itu. Mereka bahkan dengan
percaya diri menyanyikan lagu itu di Arcade Station sambil menunggu giliran
bermain game favorit mereka.
Hans, Ian, Don, Ed, Norcross, dan beberapa anggota Movement
Rhythm Community menyanyikan lagu tersebut di depan mesin Maimai. Xephyr, Amy, dan Ward sangat tidak senang mendengarnya
ketika tiba saat reff lagu itu terdengar.
O-oooooooooo
AAAAE-A-A-I-A-U-
JO-oooooooooooo
AAE-O-A-A-U-U-A-
E-eee-ee-eee
AAAAE-A-E-I-E-A-
JO-ooo-oo-oo-oo
EEEEO-A-AAA-AAAA
O-oooooooooo
AAAAE-A-A-I-A-U-
JO-oooooooooooo
AAE-O-A-A-U-U-A-
E-eee-ee-eee
AAAAE-A-E-I-E-A-
JO-ooo-oo-oo-oo
EEEEO-A-AAA-AAAA-
O--------------------
“Ugh! Bisa tidak kalian berhenti menyanyikan lagu itu?”
Xephyr sangat tidak suka.
“Sialan, ini benar-benar lagu BEMANI?” tanya Ward.
Ian dengan sarkasme menjawab, “Ya! Ya! Ini lagu BEMANI
terbaik sepanjang masa!!”
“Sayang sekali hanya ada di SDVX (Sound Voltex) dan Museca,” tambah Don.
“Ya, sayang sekali, aku sangat berharap lagu ini masuk Maimai. Benar-benar cocok!”
Ward protes. “Sialan, bisa tidak kalian berhenti berbicara
lagu itu?! Kenapa lagu itu sangat berkaitan dengan SDVX menurut kalian?! Ada lagu-lagu yang lain juga, kebanyakan
Vocaloid dan Touhou. Ya, aku suka
lagu Touhou akhir-akhir ini.”
“Jangan bilang kamu juga akan ke location test juga?” tanya Amy.
“Ya, Hans mengirim pesan kalau location test-nya sukses, ada kemungkinan game BEMANI lainnya juga akan hadir di negara ini, termasuk DDR.” Ward lalu berteriak senang. “Oh, thank God! DDR kemungkinan akan kembali lagi!”
Ed berkata, “Oke, Brain
Power itu seperti bread and butter dari
SDVX. Aku percaya lagu itu!”
“Uh …,” Amy mengeluh.
Xephyr bertanya, “Jadi kalian semua akan pergi ke location test-nya?”
Ward, Hans, Ian, Don, Ed, dan beberapa anggota Movement
Rhythm Community lainnya menjawab dengan mengangkat tangan kanan, sementara
Amy, Norcross, dan lainnya tidak, berarti mereka tidak akan pergi ke location test-nya.
“Bagus, aku juga akan pergi!” kata Xephyr.
“Tahukah kalian, benar-benar tidak keren, Bung. BEMANI itu
kumpulan rhythm game yang sangat
mengasyikkan sekaligus dapat menghilangkan halangan generasi dan menginspirasi
beberapa rhythm game tiruan secara
kreatif di seluruh dunia. Tapi, aku hampir kehabisan uang gara-gara aku membeli
terlalu banyak saldo. Ayolah, kenapa sekarang? Waktunya tidak tepat, sudah
akhir bulan!” keluh Norcross.
“Apa-apaan orang ini?” Dave tiba ketika dia menatap
ponselnya dengan emosi. “Ini kometar terbodoh yang pernah kudapat! Orang ini
benar-benar tidak membaca?! Aku sudah menjelaskannya dalam satu paragraf!!
Sialan! Ward, biar kucoba!”
“Dave, ada apa? Kamu marah?” tanya Ward.
“Ward, baca chapter pertama
dari ceritaku di Wattpad! Ini!” Dave meminjamkan ponselnya pada Ward.
Ward menatap judul web novel Dave di Wattpad. “The Secret Wizards: Elements. Whoa,
keren. Aku benar-benar ingin membacanya, tapi aku tidak punya akunnya.”
“Baca dan beri komentar bagaimana menurutmu.”
“Oke. Baiklah. Ini dia.” Ward mulai membaca chapter pertama dari web novel Dave di
Wattpad.
Ed berkomentar, “Um …, itulah kenapa aku tidak membaca buku
terlalu banyak, terutama novel. Terlalu banyak tema yang sama persis, romance, romance, romance.”
Xephyr berkata, “Temanku juga bilang kalau nerd girl bad boy dan dirty CEO juga menjadi tren di Wattpad.
Sangat membosankan, mana keberagaman temanya, kenapa semuanya suka dengan
cerita yang sama persis?
“Aku tahu bagaimana biar kalian senang lagi. Brain Power!!’ sahut Ian ceria.
“Jangan! Jangan Brain
Power!!” jerit Amy dan Xephyr.
***
“Whoa …, lagu ini benar-benar keren, man!” Toshi mendengar Brain
Power pada ponselnya menggunakan earphone.
“Itulah mengapa semuanya membicarakan lagu ini.”
Aishiro tertawa tepat setelah dia selesai bermain Danz Base, “Tidakkah kamu berpikir itu
terlalu berlebnihan? Mereka sering sekali share
liriknya di grup chat. Liriknya
cukup lucu, tapi musiknya … kalau dengarnya terlalu banyak, kamu akan
terganggu. Serius.”
“Oh, jadi ini bagian saat semuanya menjerit. Let the bass kick, O-oooooooooo
AAAAE-A-A-I-A-U-JO-oooooooooooo AAE-O-A-A-U-U-A.”
“The hell? Kamu
tahu liriknya?”
“Sebenarnya kubaca di komentarnya.”
“Mau main bersama?” Aishiro ingin bermain Danz Base lagi.
“Nanti saja. Aku ingin main sendiri dulu. Oh! Aku akan
lihat gameplay Sound Voltex,
kelihatannya keren.”
Toshi mengetik “Sound
Voltex” pada search bar YouTube
untuk mencari video gameplay-nya. Secara
tidak mengejutkan, Bad Apple!!, lagu Touhou ter-mainstream sepanjang masa, berada di posisi puncak pada hasil
pencarian. Dia memilih video itu, sayangnya, dia memilih gameplay tingkat kesulitan EXHAUST.
Secara
mengejutkan, Toshi terkejut saat melihat gameplay
dari Sound Voltex. Bagi dirinya
…, gameplay-nya sudah keterlaluan.
Dia benar-benar kebingungan bagaimana memutar knob dan menekan tombol bersamaan.
Cara
bermain Sound Voltex sebenarnya
sangat mirip dengan Beatmania IIDX, GuitarFreaks, dan DrumMania. Faktanya, Sound
Voltex merupakan variasi dari Beatmania
IIDX dengan cara bermain yang identical. Tapi, bukan dengan tombol piano
yang familiar, kontrol game itu
terdiri dari deretan empat tombol kotak putih, dengan dua tombol “FX” yang
lebih besar tepat di bawahnya, dan juga effector
knob di dua sisi agar player bisa
memutar secara lambat sesuai dengan arah, atau dengan cepat memutarnya dengan
keras.
“Um
…, mungkin aku skip game ini. Terlalu
sulit,” kata Toshi.
“Aku
ingin lihat Brain Power.” Aishiro
duduk di kursi antara karpet Danz Base dan
Dance Evolution Arcade.
“Baiklah!”
Toshi
menyingkirkan video gameplay Sound Voltex
yang memainkan Bad Apple!! EXHAUST
sebelum mengetik “Sound Voltex Brain Power” pada search bar. Dia menyentuh video teratas untuk memainkannya, dia
memilih video gameplay Brain Power dengan tingkat kesulitan
EXHAUST.
Toshi
meminjamkan earphone kanannya pada
Aishiro yang memasangnya pada telinga kiri untuk mendengar gameplay itu. Saat mereka mendengar lagu itu, Toshi juga melihat
beberapa komentar.
“Terdengar
tidak begitu buruk.”
“Tunggu
…, RIP Brain Power?” Toshi membaca
salah satu komentar. “Apa maksudnya?”
“Mana
kutahu.”
Ward
berbicara pada Dave saat tiba, “Whoa, ceritamu keren sekali, benar-benar keren.
Tapi aku tidak mengerti mengapa orang seperti dia tega berkomentar seperti itu
pada ceritamu tanpa alasan jelas.”
“Tanpa
alasan jelas?! Tentu saja! Kamu setuju kalau orang itu telah memberi komentar
terbodoh yang pernah kudapat!”
“Biar
kulihat komentarnya.” Ward membaca komentar tersebut, “Protagonis utamanya tidak cocok dengan cerita dan setingnya, apa dia
dari luar negeri?”
“YA!!
Apa dia benar-benar bodoh sebagai pembaca?! Sudah kujelaskan di dalam cerita!
Dia British! British!! Sudah kujelaskan pada salah satu dialognya! Dia brengsek
sekali hanya karena terlalu malas! Ada lagi dari dia.”
Ward
membaca komentar selanjutnya oleh user Wattpad
yang sama persis, “Chapter pertama ini
jelek gara-gara ini, pace-nya terlalu
terburu-buru …, tunggu dulu, kupikir chapter
ini mengagumkan, tidak terburu-buru sama sekali. Chapter pertamanya berfungsi untuk pengenalan, bukan?”
Dave
berkata, “Itulah mengapa aku tidak setuju, sangat tidak setuju! Aku ingin
berkomentar seperti ini … Ini ceritaku! Mau panjang atau pendek,
suka-suka aku, bodoh!! Sial, lagi-lagi aku rant.”
“Hai,
Onii-chan,” sapa Toshi. “Whoa,
tenanglah, dude.”
Ward
membalas, “Dia marah karena ceritanya dibilang buruk tanpa alasan yang jelas.
Aku tidak setuju.”
“Sialan
…, komentar itu …,” ucap Aishiro.
“Komentar
terbodoh yang pernah kudapat,” jelas Dave. “Kenapa orang ini mempertanyakan hal
yang paling jelas pada jalan ceritanya? Jelas-jelas, sudah terjawab pada
paragraf sebelumnya!”
Ward
bertanya, “By the way, bisa aku baca
lagi? Aku ingin membaca The Secret
Magicians lagi!”
Aishiro
membalas, “Kamu bisa baca di ponselmu dan membuat akun Wattpad-mu sendiri,
Bung.”
***
“Tunggu,
aku tak mengerti.” Norcross kebingungan menatap chat log grup LINE ketika semuanya duduk di kursi depan Maimai dan Groove Coaster. “Setelah location
test-nya berakhir, game-nya akan
ditarik. Aku benar-benar tidak mengerti.”
“Serius,
dude? Tapi kenapa?” balas Ian.
Hans
menjelaskan, “Namanya juga ‘location test’,
jadi developer game itu, dalam kasus
ini, Konami; menunggu feedback dan hype dari player di negara ini, maksudku, di lokasinya. Developer-nya ingin melihat feedback
dan antusiasme player untuk
dipertimbangkan apakah mereka ingin menaruh game
mereka di negara ini.”
Don
menyimpulkan, “Begitu, Synchronica pernah
di-location test sebelumnya. Itulah
mengapa sudah ditarik, mungkin karena hype
rendah.”
Xephyr
menambah, “Begitu juga dengan Beatcraft
Cyclon, meski game itu juga
dibuat oleh mantan staff DJMAX,
sayang sekali game-nya tidak
menarik.”
“Sialan!
Neon FM akan masuk Arcade Station
secara permanen! Termasuk kota ini!” Ian membaca status ter-update dari fanpage Facebook resmi Arcade Station melalui layar ponselnya.
“Apa?!
Neon FM?!” sahut Amy.
“Sebenarnya
Museca menjiplak dari game itu, kan?” tanya Ed.
Xephyr
menjawab, “Pada dasarnya, ya, benar.”
“Mungkin
hype negara kita pada Neon FM begitu banyak. Jadi, kalau kita
ingin Arcade Station memasukkan Sound
Voltex, Museca, dan game BEMANI
lainnya seperti DDR dan IIDX (Beatmania IIDX) secara permanen, kita hanya butuh membuat hype lebih banyak saat location test untuk meyakinkan Arcade
Station dan Konami,” Hans menyimpulkan.
“Hans!!”
Toshi tiba. “Terima kasih Brain Power-nya!
Aku benar-benar ketagihan! Meski aku tidak bisa datang ke location test-nya.”
“Toshi,
kamu juga?!” tanya Xephyr.
“Kukira
kamu hanya suka K-Pop dan J-Pop! Ya, setidaknya kamu suka lagu anime juga,”
tambah Amy.
“Syukurlah!
Kamu akan di sini juga!” sahut Norcross.
“Sudah
kubilang Brain Power benar-benar
epic!” ucap Ed.
“Hell yeah!” seru Toshi sebelum memasang earphone pada telinganya lagi.
“Benar
juga! Kita butuh lebih banyak Brain Power!”
seru Ed memainkan lagu itu pada ponselnya sekali lagi.
Semuanya,
kecuali Amy dan Xephyr, menyanyikan bait pertama lagu itu, “Are you ready.”
“Ugh!
Berhenti menyanyikan lagu itu!” jerit Xephyr.
Toshi
melepas earphone-nya sebelum
memutuskan untuk bermain Groove Coaster.
Dia menggesek kartu saldo dan menge-tap NESICA
ID card-nya pada salah satu mesin.
Sambil menunggu proses login selesai,
dia melihat-lihat komentar dari video Brain
Power versi full di YouTube.
Toshi
tercengang ketika melihat salah satu komentar itu, “Hah?! Apa maksudmu dengan RIP Brain Power lagi? Ah! Oh tidak! Oh
tidak! Oh TIDAK!!” Lalu dia mulai bermain Groove
Coaster, “Aku harus menyelesaikan tiga stage
game ini sebelum bilang ke semuanya.”
***
“Ayolah!
Jangan ada Brain Power lagi!” ucap
Ward ketika melihat layar ponsel sambil duduk di depan salah satu meja food court.
“Hah?
Notifikasi Wattpad?” Dave, yang sedang duduk menghadap Ward, menyentuk
notifikasi pada layar ponselnya. “Ugh! READING REQUEST?! DILARANG ADA READING
REQUEST DI WALL-KU!!”
“Ah!”
Aishiro kaget. “Tenanglah, Dave. Tenanglah. Mungkin, mereka ingin kamu membaca
ceritanya dan berkomentar “
“Tapi
ini dari user yang sama, yang telah
memberi komentar terbodoh yang pernah kudapat!” Dave menunjukkan layar ponsel
pada Aishiro yang duduk di sampingnya.
“Sialan!
User itu lagi?”
Ward
dengan cepat mengganti topik, “Oke, tenanglah. Jadi, kalian juga akan pergi ke location test-nya? Sound Voltex dan Museca.
Hans bilang kita butuh membuat lebih banyak hype
jika kita semua ingin game-game BEMANI hadir di Arcade Station
secepat mungkin.”
Aishiro
membalas, “Nah, aku tidak bisa. Sebenarnya ingin, tapi …, urusan keluarga.”
“Kenapa
orang ini tidak tahu malu mempromosikan ceritanya sementara dia juga mengirim
komentar terbodoh yang pernah kulihat?!” keluh Dave.
Ward
akhirnya berkata, “Dave, aku takkan bohong, dikritik itu menyakitkan dan tidak
nyaman, setidaknya berterimakasihlah pada … orang yang dibilang hater atau satu orang pun yang telah
membaca ceritamu. Sisi positifnya, kamu dapat editor gratis. Kecuali plot
ceritanya, yang tidak bisa sembarangan di-request
oleh pembaca, alur ceritanya tergantung penulisnya sendiri.”
Aishiro
menambah, “Orang itu gagal mengerti dirimu sebagai pengarang mungkin, semua
orang punya pendapat masing-masing, ada yang suka atau tidak suka pada sebuah
karya, termasuk buku, baik itu buku fisik atau di web.”
“Aku
sudah selesai membuat akun Wattpad!” seru Ward. “Aku akan menambah The Secret Magicians di library-ku.”
“Whoa,
aku baru tahu kamu juga suka baca, Ward.”
“Yup, aku juga baru beli *judul buku
disensor* dan judul buku disensor*, salah satunya dari Wattpad yang telah
dibaca total jutaan kali! Kuharap ceritamu juga terbit dalam bentuk fisik
nanti, Dave!”
Dave
dengan senang berseru, “Terima kasih, Ward! Terima kasih! Pastikan kamu baca
semua episode The Secret Magicians:
Elements! Omong-omong, season keduanya
akan segera direvisi!” Dia juga mengungkapkan, “Omong-omong, aku masih mencoba move on dari komentar itu.”
***
Toshi
melihat hasil stage ketiga-nya di Groove Coaster, memainkan サドマミホリック (Sad Mami Holic) HARD
level 9. Dia menggelengkan kepala ketika dia gagal dalam stage itu dengan rank B.
“Sial, masih susah.” Toshi menekan
salah satu dari dua tombol booster pada
mesin Groove Coaster. Dia menyadari
bahwa dia telah melupakan sesuatu saat bermain Groove Coaster. “Tunggu, aku harus bilang apa?”
Toshi dengan cepat melihat layar
ponselnya untuk menatap komentar pada video versi full dari Brain Power di
YouTube. Salah satu komentarnya mengingatkan apa yang dia akan beritahu pada
semua anggota Movement Rhythm Community.
“Toshi! Kamu juga main Groove Coaster?” sapa Xephyr sebelum
Toshi sempat membuka LINE.
“Kukira kamu hanya main Danz Base dan Pump It Up, aku baru tahu kamu juga main Groove Coaster,” tambah Amy. “Jujur, sudah cukup dengan Brain Power.”
“Um, sudah dengar kabar tentang Brain Power di internet?” tanya Toshi.
“Ada apa?” tanya Amy dan Xephyr
bersamaan.
“Sudah dihapus dari Sound Voltex dan Museca!” Toshi mengungkapkan. “Jujur, Brain Power terlalu overrated
dan … mereka … terlalu banyak memainkannya.”
***
Brainpower,
Let the bass kick,
O-oooooooooo
AAAAE-A-A-I-A-U-
JO-oooooooooooo
AAE-O-A-A-U-U-A-
E-eee-ee-eee
AAAAE-A-E-I-E-A-
JO-ooo-oo-oo-oo
EEEEO-A-AAA-AAAA
Hans, Ian, Norcross, Don, dan Ed
masih ketagihan dengan Brain Power dan
tanpa tahu malu menyanyikan di depan semua pengunjung Arcade Station.
Kebanyakan pengunjung yang menatap mereka bernyanyi lagu itu segera pergi dari game center itu, terganggu dengan suara
keras mereka.
Melihat kesempatan seperti itu,
Xephyr akhirnya memutuskan saatnya untuk mengungkapkan kabar Brain Power di Sound Voltex dan Museca
sekaligus terganggu dengan nyanyian mereka, sama seperti Amy.
“Yang benar saja, guys! Kalian menganggu pengunjung,
berkat Brain Power kalian …,” bilang
Xephyr.
Ian berkata, “Catchy sekali karena epic!”
“Kalian ingin tahu apa yang terjadi
dengan lagu bodoh itu sekarang?” Xephyr akhirnya mengungkapkan ke semua orang.
“Pertama, Brain Power sudah dihapus
dari Sound Voltex dan Museca. Dan juga, alasan dibalik
dihapusnya lagu itu adalah keputusan NOMA sendiri agar tidak memberi lisensi
pada Konami lagi!”
“AH!!” semuanya menjerit kecewa.
Ian menyahut, “Buktikan!”
“Sudah.” Toshi telah mengirim bukti
berupa screenshot di grup LINE.
“Lihat di grup LINE.”
Semuanya dengan cepat mengambil ponsel
masing-masing dan membuka LINE. Mereka menatap grup LINE Movement Rhythm
Community untuk melihat screenshot yang
Toshi telah kirim. Semuanya sangat kecewa dan sedih setelah mengetahui bahwa Brain Power sudah dihapus dari Sound Voltex dan Museca.
“Tidak! Tidak! TIDAAAAK!!” jerit
Ian.
“Brain Power dihaus …,” Don berkata dengan antara shock dan datar.
Hans menambah, “Ya, aku juga baru
dapat kabarnya dari temanku, tepat sebelum Toshi mengirim screenshot-nya. Brain Power sudah
dihapus dari Sound Voltex dan Museca.”
“Kenapa tidak bilang dari tadi?”
tanya Norcross.
“Sialan, Sound Voltex! Katakan tidak pada Sound Voltex IV,” kata Ed.
Xephyr berkata, “Ayolah, sisi
baiknya, kalian masih bisa main lagu Touhou
di Sound Voltex dan Museca, kan?”
Ian setuju, “Xephyr benar! Mari
kita mainkan lagu Touhou saja!”
“Tidak,” Ed tidak setuju. “Mereka
mengambil jiwa dari game itu.”
“Seperti menghapus Scatman dari Maimai. Kalian juga menghapus meem
(meme)-nya,” tambah Norcross.
“Toshi, apa ini benar?” tanya Dave
yang kembali memasuki Arcade Station. “Brain
Power sudah dihapus dari Sound Voltex?”
“Sudah kujawab lewat screenshot-nya, Onii-chan,” jawab Toshi.
“Fine, setidaknya kita punya lagu Touhou!”
“Setuju,” tambah Don.
“Brain Power itu lagu terbaik sepanjang masa di osu!!” balas Ed.
Saat mendengar osu! – sebuah judul rhythm
game gratis yang sebenarnya meniru gameplay
rhythm game lainnya seperti Beatmania
IIDX, Elite Beat Agents, and Taiko no Tatsujin – salah satu anggota
Movement Rhythm Community mulai berapi-api, sangat terhina. Hal ini dapat
terjadi jika membandingkan rhythm game asli
dan osu, menyebabkan kemarahan
seorang hardcore rhythm gamer.
“Whoa, ya, juga ada di osu!, kan?” Ian mencoba untuk mengubah
suasana.
“Apapun yang terjadi pada Brain Power, kita masih harus ke location test-nya! Untuk membantu
menyebarkan hype BEMANI kepada Arcade
Station. Itu satu-satunya yang bisa kita lakukan jika memang ingin salah satu game-nya seperti Sound Voltex dan Museca hadir
secara permanen,” Hans juga menyemangati semuanya.
“DDR juga kemungkinan akan datang ke Arcade Station jika location test-nya juga sukses, kan?!”
Ward dengan semangat bertanya.
“Tentu!”
“Kita harus memasukkan DDR kembali di Arcade Station! Wajib!”
seru Ian.
***
MOVEMENT
RHYTHM COMMUNITY (95)
Aishiro
Daichi
Jadi, Brain Power sudah dihapus? (7:35 PM)
Norcross
Adamson
Benar (7:37 PM)
Another memetic song gone (7:38 PM)
Hans
Taggart
Siapa yang akan ke location test-nya besok? (7:40 PM)
Ed yang menyetir (7:41 PM)
Ian
Hunter
Me! (7:41 PM)
Don
Parrish
Aku (7:41 PM)
Xephyr
Aku (7:42 PM)
Tapi kendaraan sendiri 😊 (7:42 PM)
Dave
Scott
Me (7:42 PM)
(7:42 PM) Aku ikut! 😃
Toshiyuki
Ryuzaki
Tak bisa pergi T_T (7:43 PM)
Amy
Kavanagh
Aku juga :’( (7:43 PM)
Norcross
Adamson
Sayang sekali tidak bisa pergi ☹ (7:44 PM)
Hans
Taggart
Ada lagi? (7:45 PM)
Kita kumpul jam 7 pagi (7:49 PM)
***
“Semuanya sudah siap!” Ed memutar
kunci mobil pada mesin Honda CRV silver-nya
setelah semuanya duduk di dalam mobil.
Hans yang duduk di samping Ed
berkata, “Tujuan kita, *nama kota disensor*, untuk location test!”
Ian berseru dengan ceria, “Oke,
ayo!”
“Ini dia!” Ed mulai menyetir
mobilnya meninggalkan titik kumpul tepat pada jam tujuh pagi.
“Hei, kita butuh musik!” Ian
memasang kabel aux pada ponselnya.
Ed meminta, “Jangan Brain Power lagi, harus benar-benar move on dari lagu itu.”
Ward sangat senang. “Ah!
Syukurlah!”
“Aku tahu yang bisa menggantikan Brain Power, I’m a SCATMAN!” seru Ian sebelum memainkan lagu yang berjudul Scatman di ponselnya.
Ponsel Ian terkoneksi oleh kabel
aux pada stereo mobil itu, lagu itu
mulai terdengar dari setiap speaker.
Ward benar-benar tidak senang mendengar lagu itu keras-keras, terutama saat Ian
menyanyikan lagu itu.
I'm
the Scatman
Ski-Bi
dibby dib yo da dub dub
Yo
dab dub dub
Ski-Bi
dibby dib yo da dub dub
Yo
dab dub dub
B-B-B-Be
Bop a Bodda Bop
Bop
a Bodda Bop
Be
Bop a Bodda Bop
Bop
a Bodda Boop
“Dave, ayolah. Aku ingin pakai earphone-ku!” Ward menatap Dave sedang
bermain Cytus di tabletnya.
“Tunggu, aku harus move on dari apa yang kulihat di Wattpad
kemarin.” Dave sedang bermain Otome yang
dibawakan Suzumetune di Cytus dengan
tingkat kesulitan HARD.
“Sialan …,” Ward sangat kecewa
setelah terpaksa mendengar salah satu lagu yang dia benci selain Brain Power.
“Hei, ini lebih baik daripada Brain Power!” seru Ed.
“Ayo, kita nyanyi bersama!” ajak
Ian.
I'm
the Scatman.
B-B-B-Be
Bop a Bodda Bop
Bop
a Bodda Bop
Be
Bop a Bodda Bop
Bop
a Bodda Boop
B-B-B-Be
Bop a Bodda Bop
Bop
a Bodda Boop
Be
Bop a Bodda Bop
Bop
a Bodda Bop
Comments
Post a Comment