Arcade Station (Indonesian Version) Episode 6



Episode 06: Location Test… In Another City?! -Brain Power-

Brainpower, Let the bass kick,

O-oooooooooo AAAAE-A-A-I-A-U-
JO-oooooooooooo AAE-O-A-A-U-U-A-
E-eee-ee-eee AAAAE-A-E-I-E-A-
JO-ooo-oo-oo-oo EEEEO-A-AAA-AAAA

Sudah resmi, Hans bukan hanya mengumumkan bahwa Arcade Station akan mengadakan location test untuk Sound Voltex IV Heavenly Haven dan Museca 1+1/2 di kota sebelah (nama kota sengaja disensor), tetapi juga membagikan salah satu lagu terpopuler dalam sejarah BEMANI yang hanya bisa dimainkan dalam dua lagu itu, Brain Power oleh Noma.
Sejak Hans membagikan lagu itu di grup LINE, semuanya mulai membuat lagu itu menjadi instant hit dalam komunitas itu. Tanpa perlu malu, semuanya membagikan lirik sekaligus link lagu itu. Mereka bahkan dengan percaya diri menyanyikan lagu itu di Arcade Station sambil menunggu giliran bermain game favorit mereka.
Hans, Ian, Don, Ed, Norcross, dan beberapa anggota Movement Rhythm Community menyanyikan lagu tersebut di depan mesin Maimai. Xephyr, Amy, dan Ward sangat tidak senang mendengarnya ketika tiba saat reff lagu itu terdengar.

O-oooooooooo AAAAE-A-A-I-A-U-
JO-oooooooooooo AAE-O-A-A-U-U-A-
E-eee-ee-eee AAAAE-A-E-I-E-A-
JO-ooo-oo-oo-oo EEEEO-A-AAA-AAAA

O-oooooooooo AAAAE-A-A-I-A-U-
JO-oooooooooooo AAE-O-A-A-U-U-A-
E-eee-ee-eee AAAAE-A-E-I-E-A-
JO-ooo-oo-oo-oo EEEEO-A-AAA-AAAA-

O--------------------

“Ugh! Bisa tidak kalian berhenti menyanyikan lagu itu?” Xephyr sangat tidak suka.
“Sialan, ini benar-benar lagu BEMANI?” tanya Ward.
Ian dengan sarkasme menjawab, “Ya! Ya! Ini lagu BEMANI terbaik sepanjang masa!!”
“Sayang sekali hanya ada di SDVX (Sound Voltex) dan Museca,” tambah Don.
“Ya, sayang sekali, aku sangat berharap lagu ini masuk Maimai. Benar-benar cocok!”
Ward protes. “Sialan, bisa tidak kalian berhenti berbicara lagu itu?! Kenapa lagu itu sangat berkaitan dengan SDVX menurut kalian?! Ada lagu-lagu yang lain juga, kebanyakan Vocaloid dan Touhou. Ya, aku suka lagu Touhou akhir-akhir ini.”
“Jangan bilang kamu juga akan ke location test juga?” tanya Amy.
“Ya, Hans mengirim pesan kalau location test-nya sukses, ada kemungkinan game BEMANI lainnya juga akan hadir di negara ini, termasuk DDR.” Ward lalu berteriak senang. “Oh, thank God! DDR kemungkinan akan kembali lagi!”
Ed berkata, “Oke, Brain Power itu seperti bread and butter dari SDVX. Aku percaya lagu itu!”
“Uh …,” Amy mengeluh.
Xephyr bertanya, “Jadi kalian semua akan pergi ke location test-nya?”
Ward, Hans, Ian, Don, Ed, dan beberapa anggota Movement Rhythm Community lainnya menjawab dengan mengangkat tangan kanan, sementara Amy, Norcross, dan lainnya tidak, berarti mereka tidak akan pergi ke location test-nya.
“Bagus, aku juga akan pergi!” kata Xephyr.
“Tahukah kalian, benar-benar tidak keren, Bung. BEMANI itu kumpulan rhythm game yang sangat mengasyikkan sekaligus dapat menghilangkan halangan generasi dan menginspirasi beberapa rhythm game tiruan secara kreatif di seluruh dunia. Tapi, aku hampir kehabisan uang gara-gara aku membeli terlalu banyak saldo. Ayolah, kenapa sekarang? Waktunya tidak tepat, sudah akhir bulan!” keluh Norcross.
“Apa-apaan orang ini?” Dave tiba ketika dia menatap ponselnya dengan emosi. “Ini kometar terbodoh yang pernah kudapat! Orang ini benar-benar tidak membaca?! Aku sudah menjelaskannya dalam satu paragraf!! Sialan! Ward, biar kucoba!”
“Dave, ada apa? Kamu marah?” tanya Ward.
“Ward, baca chapter pertama dari ceritaku di Wattpad! Ini!” Dave meminjamkan ponselnya pada Ward.
Ward menatap judul web novel Dave di Wattpad. “The Secret Wizards: Elements. Whoa, keren. Aku benar-benar ingin membacanya, tapi aku tidak punya akunnya.”
“Baca dan beri komentar bagaimana menurutmu.”
“Oke. Baiklah. Ini dia.” Ward mulai membaca chapter pertama dari web novel Dave di Wattpad.
Ed berkomentar, “Um …, itulah kenapa aku tidak membaca buku terlalu banyak, terutama novel. Terlalu banyak tema yang sama persis, romance, romance, romance.”
Xephyr berkata, “Temanku juga bilang kalau nerd girl bad boy dan dirty CEO juga menjadi tren di Wattpad. Sangat membosankan, mana keberagaman temanya, kenapa semuanya suka dengan cerita yang sama persis?
“Aku tahu bagaimana biar kalian senang lagi. Brain Power!!’ sahut Ian ceria.
“Jangan! Jangan Brain Power!!” jerit Amy dan Xephyr.
***
“Whoa …, lagu ini benar-benar keren, man!” Toshi mendengar Brain Power pada ponselnya menggunakan earphone. “Itulah mengapa semuanya membicarakan lagu ini.”
Aishiro tertawa tepat setelah dia selesai bermain Danz Base, “Tidakkah kamu berpikir itu terlalu berlebnihan? Mereka sering sekali share liriknya di grup chat. Liriknya cukup lucu, tapi musiknya … kalau dengarnya terlalu banyak, kamu akan terganggu. Serius.”
“Oh, jadi ini bagian saat semuanya menjerit. Let the bass kick, O-oooooooooo AAAAE-A-A-I-A-U-JO-oooooooooooo AAE-O-A-A-U-U-A.”
The hell? Kamu tahu liriknya?”
“Sebenarnya kubaca di komentarnya.”
“Mau main bersama?” Aishiro ingin bermain Danz Base lagi.
“Nanti saja. Aku ingin main sendiri dulu. Oh! Aku akan lihat gameplay Sound Voltex, kelihatannya keren.”
Toshi mengetik “Sound Voltex” pada search bar YouTube untuk mencari video gameplay-nya. Secara tidak mengejutkan, Bad Apple!!, lagu Touhou ter-mainstream sepanjang masa, berada di posisi puncak pada hasil pencarian. Dia memilih video itu, sayangnya, dia memilih gameplay tingkat kesulitan EXHAUST.
Secara mengejutkan, Toshi terkejut saat melihat gameplay dari Sound Voltex. Bagi dirinya …, gameplay-nya sudah keterlaluan. Dia benar-benar kebingungan bagaimana memutar knob dan menekan tombol bersamaan.
Cara bermain Sound Voltex sebenarnya sangat mirip dengan Beatmania IIDX, GuitarFreaks, dan DrumMania. Faktanya, Sound Voltex merupakan variasi dari Beatmania IIDX dengan cara bermain yang identical. Tapi, bukan dengan tombol piano yang familiar, kontrol game itu terdiri dari deretan empat tombol kotak putih, dengan dua tombol “FX” yang lebih besar tepat di bawahnya, dan juga effector knob di dua sisi agar player bisa memutar secara lambat sesuai dengan arah, atau dengan cepat memutarnya dengan keras.
“Um …, mungkin aku skip game ini. Terlalu sulit,” kata Toshi.
“Aku ingin lihat Brain Power.” Aishiro duduk di kursi antara karpet Danz Base dan Dance Evolution Arcade.
“Baiklah!”
Toshi menyingkirkan video gameplay Sound Voltex yang memainkan Bad Apple!! EXHAUST sebelum mengetik “Sound Voltex Brain Power” pada search bar. Dia menyentuh video teratas untuk memainkannya, dia memilih video gameplay Brain Power dengan tingkat kesulitan EXHAUST.
Toshi meminjamkan earphone kanannya pada Aishiro yang memasangnya pada telinga kiri untuk mendengar gameplay itu. Saat mereka mendengar lagu itu, Toshi juga melihat beberapa komentar.
“Terdengar tidak begitu buruk.”
“Tunggu …, RIP Brain Power?” Toshi membaca salah satu komentar. “Apa maksudnya?”
“Mana kutahu.”
Ward berbicara pada Dave saat tiba, “Whoa, ceritamu keren sekali, benar-benar keren. Tapi aku tidak mengerti mengapa orang seperti dia tega berkomentar seperti itu pada ceritamu tanpa alasan jelas.”
“Tanpa alasan jelas?! Tentu saja! Kamu setuju kalau orang itu telah memberi komentar terbodoh yang pernah kudapat!”
“Biar kulihat komentarnya.” Ward membaca komentar tersebut, “Protagonis utamanya tidak cocok dengan cerita dan setingnya, apa dia dari luar negeri?
“YA!! Apa dia benar-benar bodoh sebagai pembaca?! Sudah kujelaskan di dalam cerita! Dia British! British!! Sudah kujelaskan pada salah satu dialognya! Dia brengsek sekali hanya karena terlalu malas! Ada lagi dari dia.”
Ward membaca komentar selanjutnya oleh user Wattpad yang sama persis, “Chapter pertama ini jelek gara-gara ini, pace-nya terlalu terburu-buru …, tunggu dulu, kupikir chapter ini mengagumkan, tidak terburu-buru sama sekali. Chapter pertamanya berfungsi untuk pengenalan, bukan?”
Dave berkata, “Itulah mengapa aku tidak setuju, sangat tidak setuju! Aku ingin berkomentar seperti ini … Ini ceritaku! Mau panjang atau pendek, suka-suka aku, bodoh!! Sial, lagi-lagi aku rant.”
“Hai, Onii-chan,” sapa Toshi. “Whoa, tenanglah, dude.”
Ward membalas, “Dia marah karena ceritanya dibilang buruk tanpa alasan yang jelas. Aku tidak setuju.”
“Sialan …, komentar itu …,” ucap Aishiro.
“Komentar terbodoh yang pernah kudapat,” jelas Dave. “Kenapa orang ini mempertanyakan hal yang paling jelas pada jalan ceritanya? Jelas-jelas, sudah terjawab pada paragraf sebelumnya!”
Ward bertanya, “By the way, bisa aku baca lagi? Aku ingin membaca The Secret Magicians lagi!”
Aishiro membalas, “Kamu bisa baca di ponselmu dan membuat akun Wattpad-mu sendiri, Bung.”
***
“Tunggu, aku tak mengerti.” Norcross kebingungan menatap chat log grup LINE ketika semuanya duduk di kursi depan Maimai dan Groove Coaster. “Setelah location test-nya berakhir, game-nya akan ditarik. Aku benar-benar tidak mengerti.”
“Serius, dude? Tapi kenapa?” balas Ian.
Hans menjelaskan, “Namanya juga ‘location test’, jadi developer game itu, dalam kasus ini, Konami; menunggu feedback dan hype dari player di negara ini, maksudku, di lokasinya. Developer-nya ingin melihat feedback dan antusiasme player untuk dipertimbangkan apakah mereka ingin menaruh game mereka di negara ini.”
Don menyimpulkan, “Begitu, Synchronica pernah di-location test sebelumnya. Itulah mengapa sudah ditarik, mungkin karena hype rendah.”
Xephyr menambah, “Begitu juga dengan Beatcraft Cyclon, meski game itu juga dibuat oleh mantan staff DJMAX, sayang sekali game-nya tidak menarik.”
“Sialan! Neon FM akan masuk Arcade Station secara permanen! Termasuk kota ini!” Ian membaca status ter-update dari fanpage Facebook resmi Arcade Station melalui layar ponselnya.
“Apa?! Neon FM?!” sahut Amy.
“Sebenarnya Museca menjiplak dari game itu, kan?” tanya Ed.
Xephyr menjawab, “Pada dasarnya, ya, benar.”
“Mungkin hype negara kita pada Neon FM begitu banyak. Jadi, kalau kita ingin Arcade Station memasukkan Sound Voltex, Museca, dan game BEMANI lainnya seperti DDR dan IIDX (Beatmania IIDX) secara permanen, kita hanya butuh membuat hype lebih banyak saat location test untuk meyakinkan Arcade Station dan Konami,” Hans menyimpulkan.
“Hans!!” Toshi tiba. “Terima kasih Brain Power-nya! Aku benar-benar ketagihan! Meski aku tidak bisa datang ke location test-nya.”
“Toshi, kamu juga?!” tanya Xephyr.
“Kukira kamu hanya suka K-Pop dan J-Pop! Ya, setidaknya kamu suka lagu anime juga,” tambah Amy.
“Syukurlah! Kamu akan di sini juga!” sahut Norcross.
“Sudah kubilang Brain Power benar-benar epic!” ucap Ed.
Hell yeah!” seru Toshi sebelum memasang earphone pada telinganya lagi.
“Benar juga! Kita butuh lebih banyak Brain Power!” seru Ed memainkan lagu itu pada ponselnya sekali lagi.
Semuanya, kecuali Amy dan Xephyr, menyanyikan bait pertama lagu itu, “Are you ready.”
“Ugh! Berhenti menyanyikan lagu itu!” jerit Xephyr.
Toshi melepas earphone­-nya sebelum memutuskan untuk bermain Groove Coaster. Dia menggesek kartu saldo dan menge-tap NESICA ID card-nya pada salah satu mesin. Sambil menunggu proses login selesai, dia melihat-lihat komentar dari video Brain Power versi full di YouTube.
Toshi tercengang ketika melihat salah satu komentar itu, “Hah?! Apa maksudmu dengan RIP Brain Power lagi? Ah! Oh tidak! Oh tidak! Oh TIDAK!!” Lalu dia mulai bermain Groove Coaster, “Aku harus menyelesaikan tiga stage game ini sebelum bilang ke semuanya.”
***
“Ayolah! Jangan ada Brain Power lagi!” ucap Ward ketika melihat layar ponsel sambil duduk di depan salah satu meja food court.
“Hah? Notifikasi Wattpad?” Dave, yang sedang duduk menghadap Ward, menyentuk notifikasi pada layar ponselnya. “Ugh! READING REQUEST?! DILARANG ADA READING REQUEST DI WALL-KU!!”
“Ah!” Aishiro kaget. “Tenanglah, Dave. Tenanglah. Mungkin, mereka ingin kamu membaca ceritanya dan berkomentar “
“Tapi ini dari user yang sama, yang telah memberi komentar terbodoh yang pernah kudapat!” Dave menunjukkan layar ponsel pada Aishiro yang duduk di sampingnya.
“Sialan! User itu lagi?”
Ward dengan cepat mengganti topik, “Oke, tenanglah. Jadi, kalian juga akan pergi ke location test-nya? Sound Voltex dan Museca. Hans bilang kita butuh membuat lebih banyak hype jika kita semua ingin game-game BEMANI hadir di Arcade Station secepat mungkin.”
Aishiro membalas, “Nah, aku tidak bisa. Sebenarnya ingin, tapi …, urusan keluarga.”
“Kenapa orang ini tidak tahu malu mempromosikan ceritanya sementara dia juga mengirim komentar terbodoh yang pernah kulihat?!” keluh Dave.
Ward akhirnya berkata, “Dave, aku takkan bohong, dikritik itu menyakitkan dan tidak nyaman, setidaknya berterimakasihlah pada … orang yang dibilang hater atau satu orang pun yang telah membaca ceritamu. Sisi positifnya, kamu dapat editor gratis. Kecuali plot ceritanya, yang tidak bisa sembarangan di-request oleh pembaca, alur ceritanya tergantung penulisnya sendiri.”
Aishiro menambah, “Orang itu gagal mengerti dirimu sebagai pengarang mungkin, semua orang punya pendapat masing-masing, ada yang suka atau tidak suka pada sebuah karya, termasuk buku, baik itu buku fisik atau di web.”
“Aku sudah selesai membuat akun Wattpad!” seru Ward. “Aku akan menambah The Secret Magicians di library-ku.”
“Whoa, aku baru tahu kamu juga suka baca, Ward.”
Yup, aku juga baru beli *judul buku disensor* dan judul buku disensor*, salah satunya dari Wattpad yang telah dibaca total jutaan kali! Kuharap ceritamu juga terbit dalam bentuk fisik nanti, Dave!”
Dave dengan senang berseru, “Terima kasih, Ward! Terima kasih! Pastikan kamu baca semua episode The Secret Magicians: Elements! Omong-omong, season keduanya akan segera direvisi!” Dia juga mengungkapkan, “Omong-omong, aku masih mencoba move on dari komentar itu.”
***
Toshi melihat hasil stage ketiga-nya di Groove Coaster, memainkan サドマミホリック (Sad Mami Holic) HARD level 9. Dia menggelengkan kepala ketika dia gagal dalam stage itu dengan rank B.
“Sial, masih susah.” Toshi menekan salah satu dari dua tombol booster pada mesin Groove Coaster. Dia menyadari bahwa dia telah melupakan sesuatu saat bermain Groove Coaster. “Tunggu, aku harus bilang apa?”
Toshi dengan cepat melihat layar ponselnya untuk menatap komentar pada video versi full dari Brain Power di YouTube. Salah satu komentarnya mengingatkan apa yang dia akan beritahu pada semua anggota Movement Rhythm Community.
“Toshi! Kamu juga main Groove Coaster?” sapa Xephyr sebelum Toshi sempat membuka LINE.
“Kukira kamu hanya main Danz Base dan Pump It Up, aku baru tahu kamu juga main Groove Coaster,” tambah Amy. “Jujur, sudah cukup dengan Brain Power.”
“Um, sudah dengar kabar tentang Brain Power di internet?” tanya Toshi.
“Ada apa?” tanya Amy dan Xephyr bersamaan.
“Sudah dihapus dari Sound Voltex dan Museca!” Toshi mengungkapkan. “Jujur, Brain Power terlalu overrated dan … mereka … terlalu banyak memainkannya.”
***
Brainpower, Let the bass kick,

O-oooooooooo AAAAE-A-A-I-A-U-
JO-oooooooooooo AAE-O-A-A-U-U-A-
E-eee-ee-eee AAAAE-A-E-I-E-A-
JO-ooo-oo-oo-oo EEEEO-A-AAA-AAAA

Hans, Ian, Norcross, Don, dan Ed masih ketagihan dengan Brain Power dan tanpa tahu malu menyanyikan di depan semua pengunjung Arcade Station. Kebanyakan pengunjung yang menatap mereka bernyanyi lagu itu segera pergi dari game center itu, terganggu dengan suara keras mereka.
Melihat kesempatan seperti itu, Xephyr akhirnya memutuskan saatnya untuk mengungkapkan kabar Brain Power di Sound Voltex dan Museca sekaligus terganggu dengan nyanyian mereka, sama seperti Amy.
“Yang benar saja, guys! Kalian menganggu pengunjung, berkat Brain Power kalian …,” bilang Xephyr.
Ian berkata, “Catchy sekali karena epic!”
“Kalian ingin tahu apa yang terjadi dengan lagu bodoh itu sekarang?” Xephyr akhirnya mengungkapkan ke semua orang. “Pertama, Brain Power sudah dihapus dari Sound Voltex dan Museca. Dan juga, alasan dibalik dihapusnya lagu itu adalah keputusan NOMA sendiri agar tidak memberi lisensi pada Konami lagi!”
“AH!!” semuanya menjerit kecewa.
Ian menyahut, “Buktikan!”
“Sudah.” Toshi telah mengirim bukti berupa screenshot di grup LINE. “Lihat di grup LINE.”
Semuanya dengan cepat mengambil ponsel masing-masing dan membuka LINE. Mereka menatap grup LINE Movement Rhythm Community untuk melihat screenshot yang Toshi telah kirim. Semuanya sangat kecewa dan sedih setelah mengetahui bahwa Brain Power sudah dihapus dari Sound Voltex dan Museca.
“Tidak! Tidak! TIDAAAAK!!” jerit Ian.
Brain Power dihaus …,” Don berkata dengan antara shock dan datar.
Hans menambah, “Ya, aku juga baru dapat kabarnya dari temanku, tepat sebelum Toshi mengirim screenshot-nya. Brain Power sudah dihapus dari Sound Voltex dan Museca.”
“Kenapa tidak bilang dari tadi?” tanya Norcross.
“Sialan, Sound Voltex! Katakan tidak pada Sound Voltex IV,” kata Ed.
Xephyr berkata, “Ayolah, sisi baiknya, kalian masih bisa main lagu Touhou di Sound Voltex dan Museca, kan?”
Ian setuju, “Xephyr benar! Mari kita mainkan lagu Touhou saja!”
“Tidak,” Ed tidak setuju. “Mereka mengambil jiwa dari game itu.”
“Seperti menghapus Scatman dari Maimai. Kalian juga menghapus meem (meme)-nya,” tambah Norcross.
“Toshi, apa ini benar?” tanya Dave yang kembali memasuki Arcade Station. “Brain Power sudah dihapus dari Sound Voltex?”
“Sudah kujawab lewat screenshot-nya, Onii-chan,” jawab Toshi.
Fine, setidaknya kita punya lagu Touhou!”
“Setuju,” tambah Don.
Brain Power itu lagu terbaik sepanjang masa di osu!!” balas Ed.
Saat mendengar osu! – sebuah judul rhythm game gratis yang sebenarnya meniru gameplay rhythm game lainnya seperti Beatmania IIDX, Elite Beat Agents, and Taiko no Tatsujin – salah satu anggota Movement Rhythm Community mulai berapi-api, sangat terhina. Hal ini dapat terjadi jika membandingkan rhythm game asli dan osu, menyebabkan kemarahan seorang hardcore rhythm gamer.
“Whoa, ya, juga ada di osu!, kan?” Ian mencoba untuk mengubah suasana.
“Apapun yang terjadi pada Brain Power, kita masih harus ke location test-nya! Untuk membantu menyebarkan hype BEMANI kepada Arcade Station. Itu satu-satunya yang bisa kita lakukan jika memang ingin salah satu game-nya seperti Sound Voltex dan Museca hadir secara permanen,” Hans juga menyemangati semuanya.
DDR juga kemungkinan akan datang ke Arcade Station jika location test-nya juga sukses, kan?!” Ward dengan semangat bertanya.
“Tentu!”
“Kita harus memasukkan DDR kembali di Arcade Station! Wajib!” seru Ian.
***

MOVEMENT RHYTHM COMMUNITY (95)
Aishiro Daichi
Jadi, Brain Power sudah dihapus? (7:35 PM)

Norcross Adamson
Benar (7:37 PM)
Another memetic song gone (7:38 PM)

Hans Taggart
Siapa yang akan ke location test-nya besok? (7:40 PM)
Ed yang menyetir (7:41 PM)

Ian Hunter
Me! (7:41 PM)

Don Parrish
Aku (7:41 PM)

Xephyr
Aku (7:42 PM)
Tapi kendaraan sendiri 😊 (7:42 PM)

Dave Scott
Me (7:42 PM)

(7:42 PM) Aku ikut! 😃

Toshiyuki Ryuzaki
Tak bisa pergi T_T (7:43 PM)

Amy Kavanagh
Aku juga :’( (7:43 PM)

Norcross Adamson
Sayang sekali tidak bisa pergi (7:44 PM)

Hans Taggart
Ada lagi? (7:45 PM)
Kita kumpul jam 7 pagi (7:49 PM)

***
“Semuanya sudah siap!” Ed memutar kunci mobil pada mesin Honda CRV silver­-nya setelah semuanya duduk di dalam mobil.
Hans yang duduk di samping Ed berkata, “Tujuan kita, *nama kota disensor*, untuk location test!”
Ian berseru dengan ceria, “Oke, ayo!”
“Ini dia!” Ed mulai menyetir mobilnya meninggalkan titik kumpul tepat pada jam tujuh pagi.
“Hei, kita butuh musik!” Ian memasang kabel aux pada ponselnya.
Ed meminta, “Jangan Brain Power lagi, harus benar-benar move on dari lagu itu.”
Ward sangat senang. “Ah! Syukurlah!”
“Aku tahu yang bisa menggantikan Brain Power, I’m a SCATMAN!” seru Ian sebelum memainkan lagu yang berjudul Scatman di ponselnya.
Ponsel Ian terkoneksi oleh kabel aux pada stereo mobil itu, lagu itu mulai terdengar dari setiap speaker. Ward benar-benar tidak senang mendengar lagu itu keras-keras, terutama saat Ian menyanyikan lagu itu.

I'm the Scatman

Ski-Bi dibby dib yo da dub dub
Yo dab dub dub
Ski-Bi dibby dib yo da dub dub
Yo dab dub dub

B-B-B-Be Bop a Bodda Bop
Bop a Bodda Bop
Be Bop a Bodda Bop
Bop a Bodda Boop

“Dave, ayolah. Aku ingin pakai earphone-ku!” Ward menatap Dave sedang bermain Cytus di tabletnya.
“Tunggu, aku harus move on dari apa yang kulihat di Wattpad kemarin.” Dave sedang bermain Otome yang dibawakan Suzumetune di Cytus dengan tingkat kesulitan HARD.
“Sialan …,” Ward sangat kecewa setelah terpaksa mendengar salah satu lagu yang dia benci selain Brain Power.
“Hei, ini lebih baik daripada Brain Power!” seru Ed.
“Ayo, kita nyanyi bersama!” ajak Ian.

I'm the Scatman.

B-B-B-Be Bop a Bodda Bop
Bop a Bodda Bop
Be Bop a Bodda Bop
Bop a Bodda Boop

B-B-B-Be Bop a Bodda Bop
Bop a Bodda Boop
Be Bop a Bodda Bop
Bop a Bodda Bop


Comments

Popular Posts