Arcade Station (Indonesian Version) Episode 7
Episode 07: Going to Another City for Location Test!! -Night of
Fire-
MOVEMENT
RHYTHM COMMUNITY (93)
Amy Kavanagh
Guys!! (12:35 PM)
Ada orang yang mengincar barang
kita! (12:35 PM)
Hans Taggart
Apa? (12:36 PM)
Amy Kavanagh
Benaran! (12:36 PM)
Toshi, Norcross, dan aku lagi
duduk di depan Maimai (12:36 PM)
Lalu ada orang aneh yang duduk
sambil melihat Maimai (12:36 PM)
Kelihatan sekali dia mengincar
barang kita (12:37 PM)
Barang yang kita biasanya taruh
di depan Maimai (12:37 PM)
***
In the TDot in the TDot-Oh!
Windows down let the whole block know!
Been around the globe ain't no place like home!
TDot-Oh! C'mon now let's go!
In the TDot in the TDot-Oh!
Windows down let the whole block know!
Been around the globe ain't no place like home!
TDot-Oh! C'mon now let's go!
Jam 10:15 pagi,
semuanya yang berada di dalam mobil Ed, kecuali Don dan Dave, menge-rap lirik lagu In the Tdot yang dibawakan oleh Aspektz. In the Tdot juga bisa dimainkan di DJMAX Technika 3.
Hans melihat di
depan mereka ada kemacetan lalu lintas total, padahal, mereka sudah hampir tiba
di lokasi location test. Dia
menggunakan Waze di iPad sementara yang lain masih menge-rap lagu yang terdengar lewat speaker
stereo mobil.
“Padahal tinggal
sedikit lagi. Kalau tidak macet, kita bakal sampai sebentar lagi,” komentar
Hans.
Dave bertanya
ketika terdengar beberapa klakson mobil berbunyi, “Memang sering macet di
sini?”
“Sama sekali
jarang macet,” balas Hans.
“Kenapa lama
sekali?! Udah seperti sejam saja!” kata Ian.
Don mengoreksi,
“Sebenarnya kita di sini dari jam 9:50.”
“Bagaimana kalau
ganti musiknya saja,” usul Ian.
“Oke, Ian. Aku
ingin melihat playlist di ponselmu.
Mungkin ada yang bisa bikin happy
setidaknya,” kata Ward.
Ian meminjamkan
ponselnya pada Ward. “Pilih lagu sesukamu.”
Ward melihat playlist Ian. “Bad Apple!!, jangan, Zucchini
wa Ambarukmo, sering dengar.”
“Tsuki ni,” koreksi Ian.
“Ayolah, Ian! Kita
waktu itu bikin lirik misheard bareng-bareng!”
sahut Ed.
“Lagu di ponselmu
kebanyakan lagu Touhou?” tanya Ward
lagi sebelum menemukan sebuah lagu yang dapat menarik dirinya. “Night of Fire?”
“Benar-benar, aku
tidak pernah menghapus lagu itu sama sekali,” tambah Ian lagi.
“Dari Initial D?” tanya Ward. “Juga ada di Maimai dan Dance Evolution, kan?”
“Jadi?” tanya Don.
Ward menekan
tombol play pada ponsel Ian
menggunakan jempolnya untuk mulai memainkan lagu itu. Lagu Eurobeat itu mulai
terdengar dari speaker stereo mobil
“Sebaiknya kita
nyanyi bareng-bareng buat menghibur diri sambil menunggu macet, sebelum masuk
tempat parkir,” usul Hans.
“Hei! Comment baru di Wattpad!” seru Dave
menatap layar ponselnya. “Whoa! Dia memberi vote
ceritaku! Whoa, kenapa kalian menyetel Night
of Fire?”
“NIGHT
OF FIRE!! NIGHT OF FIRE!!” sahut
semuanya kecuali Dave.
“Lain kali, pas
kita pulang dari kota ini, kita bikin flashmob
lagi menggunakan lagu ini!” usul Ian.
Semuanya
menyanyikan lagu itu dengan keras, kecuali Dave yang menatap notifikasi akun
Wattpad-nya, sambil menunggu untuk tiba di tujuan.
Welcome to the broken low
Welcome to the famous disco live
Come on lady come and go
Come on lady get me once and right
Not a danger, not a blacky stranger
Rock it - rock it - knock to my door I'll open
Speak my name now, speak if it you know how
Fly to me, get ready for the
Night of fire, you've better better stay
You've better better begin the prayer to play
Night of fire, come over over me
Come over over the top you've never been here
Nyanyian
mereka terhenti ketika terdengar suara tabrakan beruntung di depan, sebenarnya,
bukan tepat di depan mereka. Mereka terkejut sampai harus menghentikan nyanyian
mereka
Seorang pria yang
berdiri di luar sebelah kanan juga menjerit, “Hei! Ada yang menge-drift! Tabrakan jadinya!”
“Oh man, apa yang baru saja terjadi?”
tanya Ward ketakutan.
“Jangan bilang …,”
ucap Don.
“Ada yang menge-drift di tengah-tengah kemacetan,” Hans
menjawab masih shock.
“Yup… menge-drift di tengah-tengah kemacetan bisa menyebabkan kecelakaan
mobil,” tambah Ed.
“Guys, kenapa semuanya keluar dari
mobil?” Ward menunjuk setiap pengemudi keluar dari mobil masing-masing.
“Dan… mereka marah
sama pelakunya,” tambah Don.
“Apa itu
benar-benar perlu?”
“Si pelakunya sudah
menge-drift, terus kecelakaan mobil,
ingat?”
“Guys, apapun yang terjadi, jangan ada
yang keluar dari mobil, setuju?” ucap Hans. Setelah beberapa detik, dia
akhirnya berubah pikiran dengan membuka pintu dan keluar. “Kita jalan kaki
saja!”
“Ke Arcade
Station!” seru Ian juga membuka pintu sebelum berjalan mengikuti Hans.
“Hei! Tunggu!”
seru Ward keluar dari mobil dengan Dave dan Don.
“Hey! Wait!”
shouted Ward exiting the car along with Dave and Don.
Ed menyahut
sebelum Don menutup pintu, “Hei, Ian, ponselmu kelupaan!” Dia melihat layar
ponsel itu bahwa Night of Fire masih
terdengar dari speaker stereo
mobilnya, jadi dia pun bernyanyi.
Night of fire, you've better better stay
You've better better begin the prayer to play
Night of fire, come over over me
Come over over the top you've never been here
Night of fire, you've better better stay
You've better better begin the prayer to play
Night of fire, come over over me
Come over over the top you'll have a night of fire
***
I have a pen,
I have pineapple.
Ugh
Pineapple pen!
Apple pen!
Pineapple pen!
Ugh!
Pen Pineapple Apple Pen!
Pen Pineapple Apple Pen!
FULL COMBO!
“Yes!” seru Toshi setelah memainkan stage ketiga Danz Base dengan lagu Pen-Pineapple-Apple-Pen.
“Full combo di MASTER!”
“Toshi, kamu
datang duluan,” sapa Norcross.
Toshi berbalik
untuk membalas, “Hei, Norcross, datang duluan juga?”
“Masih spring break, ingat?”
“Oke,” ucap Toshi
setelah menyelesaikan semua tiga stage di
Danz Base. “Tidak ikut juga?”
“Kebanyakan beli
saldo di sini, tepat sebelum pengumuman location
test-nya. Mau main Groove Coaster?”
“Tidak mungkin!
Kupikir kamu hanya main Maimai.”
“Dan Maximum Tune 5 juga Time Crisis 5. Setidaknya, akhir-akhir ini aku sering main Time Crisis 5 gara-gara kebanyakan
saldo. Omong-omong, aku masih newbie main
Groove Coaster.”
“Aku juga masih newbie.” Toshi mengambil tasnya di depan
mesin Danz Base.
“Mungkin habis spring break, aku akan sering main Groove Coaster. Aku main lagi
akhir-akhir ini.”
“Hai, guys!” sapa Amy yang baru saja tiba.
“Tidak ke kota sebelah?”
“Tidak berminat,”
jawab Toshi. “Sound Voltex … susah
sekali, benar-benar susah. Aku sudah melihat gameplay-nya saat kalian ketagihan dengan Brain Power.”
“Tidak, bukan
aku!” Amy membantah. “Bisa tidak kalian berhenti membicarakan lagu itu? Sudah
dihapus dari game itu!”
“Belum di
YouTube!” Norcross menunjukkan layar ponselnya. “Brain Power juga ada di Spotify! Mau dengar?”
“Tidak! Aku ingin
main Maimai saja.”
***
“Tidak mungkin!
Besar sekali!” Ward bereaksi setelah tiba di Arcade Station kota sebelah.
“Whoa ….” Hans
menunjuk barisan antrean di depan mesin Sound
Voltex dan Museca. “Antreannya
panjang.”
“Bukan cuma satu,
tapi dua, masing-masing Sound Voltex dan
Museca,” tunjuk Don.
“Oke, sekarang,
kita harus beli saldo, terus kita beli eAmuse card (ID card untuk
memainkan game dari Konami),” tambah
Ian.
“Aku sudah beli
eAmuse di Jepang,” balas Hans.
Dave menambah,
“Aku beli dari teman.”
“Tidak mungkin!”
seru Ward.
“Halo!” seorang
karyawan wanita berseragam kemeja hijau menyapa mereka.
“Whoa!” Dave
tercengang.
“Kalian ingin coba
Sound Voltex dan Museca juga?”
Hans membalas,
“Ya! Sebenarnya kami dari kota sebelah hanya untuk mencoba game ini.”
Ian menambah,
“Lagipula, kita akan membantu menambah hype
kedua game ini.”
“Bagus. Kalau
ingin main, tulis nama kalian di kertas antrean di dekat mesin,” karyawan
wanita itu meminta. “Saat giliran kalian, coret nama kalian. Setelah selesai
main, tulis namamu lagi dan tunggu giliranmu kalau ingin main lagi. Kalau mau
beli kartu eAmuse, bisa di kasir.”
“Oke! Ayo!” Ward
dengan cepat menulis namanya di papan antrean dekat mesin Sound Voltex.
“Ward, kita beli
…,” kata Dave.
“Tulis nama kalian
dulu jadi kita bisa santai menunggu. Terus, kita beli saldo dan eAmuse.” Ward
melihat beberapa nama di papan antrean itu. “Ada enam yang nunggu sebelum kita.
Bisa jalan-jalan dulu sambil menunggu.”
Don melihat-lihat
Arcade Station bagian dalam, “Man,
kurasa lebih luas daripada di kota kita.”
“Dan lebih banyak game. Termasuk Neon FM, dan juga, Sound
Voltex dan Museca,” tambah Ian
ketika Hans dan Dave menulis nama mereka di papan antrean dekat mesin Sound Voltex.
“Masing-masing
satu mesin.” Hans menatap mesin Sound
Voltex dan Museca yang terletak
di dekat pintu masuk, begitu juga dengan Dance
Evolution Arcade, Danz Base, Groove Coaster, Neon FM, dan Aikatsu!.
“Antreannya akan panjang nanti kalau banyak orang yang datang.”
Mereka berjalan
menuju kasir di dekat beberapa mesin Aikatsu
untuk membeli saldo yang dibutuhkan. Ward, Don, dan Ian juga membeli kartu
eAmuse dari kasir itu dengan membayar biaya tambahan.
Mereka
berjalan-jalan di dalam game center itu
untuk melihat game apa saja yang
tersedia. Ward terkejut ketika mereka memasuki bagian tengah di dekat Maimai Murasaki dan Pump It Up Prime 2, banyak sekali game fighting, shooting,
dan racing, kebanyakan tidak tersedia
di Arcade Station kota mereka. Seperti di dekat pintu masuk, bagian itu juga
cukup ramai dengan para gamer yang
bermain secara serius.
“Man, aku tidak bisa percaya ini!” sahut
Dave.
“Ini dua kali,
bukan, empat kali lebih luas daripada Arcade Station di kota kita,” tambah
Hans.
“Tidak mungkin!
Ada Guilty Gear?! Di dekat
mesin-mesin BlazBlue? Dan juga ada Gunslinger Stratos 3?!” seru Ward.
“Banyak sekali
judul di sini. Time Crisis 5, Tekken 7, Street Fighter IV, BlazBlue,
Maximum Tune 5DX.” Hans melihat-lihat
beberapa game fighting, shooting, dan racing.
“Guilty
Gear, Gunslinger Stratos, Border Break, Initial D, dan juga Dengeki
Bunko: Fighting Climax! Ini surga!” kata Ian.
“Aku akan coba Guilty Gear!” Ward menggesek kartu
saldonya pada mesin Guilty Gear.
“Neon FM, aku datang!” Ian juga ingin
mencoba Neon FM.
“Aku akan coba Taiko no Tatsujin.” Don juga menunjuk
mesin Taiko no Tatsujin yang terletak
di dekat mesin Pump It Up sebelum
menggesekkan kartu saldonya pada mesin itu.
Dave bertanya pada
Hans, “Jadi, kita tunggu giliran kita main Sound
Voltex?”
“Main Museca juga deh. Antrean di sana tidak
terlalu panjang. Ayo.”
Dave dan Hans
berjalan kembali menuju pintu masuk, di mana mesin Sound Voltex dan Museca berada.
Mereka menulis nama mereka di papan antrean dekat mesin Museca untuk menunggu giliran.
Saat beberapa nama
di atas nama mereka tercoret selama kurang lebih sejam, Dave akhirnya mulai
bermain Museca duluan. Dia
mendekatkan kartu eAmuse-nya pada card reader mesin itu. Dia juga terkejut
bahwa notifikasi login tertulis dalam
bahasa Jepang.
“Hans, ini
maksudnya apa?” tanya Dave.
Hans membantu Dave
untuk menunjukkan bagaimana cara meregistrasi kartu eAmuse-nya di mesin Museca. Dia meminta Dave untuk
memutuskan PIN-nya. Dave akhirnya mengetik PIN-nya dua kali untuk login. Saat login berhasil, dia diminta untuk memasukkan game ID-nya. Dia ditawari dua mode,
Light Start, yang membutuhkan satu kredit; dan Standard Start, yang membutuhkan
dua kredit. Dia memilih mode Light
Start,
Welcome to Museca 1 +1/2!
Pertama,
Dave memainkan tutorial untuk mengetahui bagaimana cara bermain Museca. Mesin Museca memiliki sebuah pedal kaki dan lima spinner, yang bisa ditekan atau diputar, tergantung tipe note-nya. Seperti Sound Voltex, note yang
bermunculan dari tengah layar melangkah menuju judgement line di bawah. Note-note juga ditandai dengan warna
tergantung pada tombolnya, biru untuk tiga spinner
atas, kuning untuk dua spinner bawah,
dan merah atau putih untuk pedal kaki.
Ada
enam tipe note di Museca, yaitu Hit Object (note normal berbentuk diamond yang mengharuskan player untuk menekan spinner), Charge Object (note panjang yang mengharuskan player untuk menekan spinner lebih lama), Spin Object (note berbentuk kerucut yang mengharuskan
player untuk memutar spinner), Storm Object (note yang mirip dengan Spin Object,
bedanya, spinner yang diputar dengan
keras), Kick Object, (note berbentuk
persegi panjang yang membutuhkan
player untuk menginjak pedal kaki), dan Directional Spin Object (Spin Object
yang membutuhkan player untuk memutar
spinner sesuai arah).
Setelah
menyelesaikan tutorial, Dave harus memilih lagu untuk stage pertama. Daftar lagu di Museca
kebanyakan berisi lagu original, crossover
BEMANI, lagu Vocaloid dari Exit Tunes dan Dwango, dan lagu Touhou Project.
Dave
bertanya, “Jadi lagu-lagunya sama seperti Sound
Voltex?”
“Ya,
tapi Sound Voltex punya lebih banyak.
Mau lagu apa?”
“Tidak
tahu. Lihat dulu.”
Dave
mencari lagu yang dia tahu, terutama lagu Vocaloid dan Touhou. Setelah beberapa
detik dia kebingungan sebelum waktu untuk memilih habis, dia akhirnya bermain Bad Apple!! dengan tingkat kesulitan
GREEN (tingkat kesulitan termudah di Museca).
“Oh man, ini sama persis seperti Neon FM!” Dave mulai menekan spinner sesuai yang tertunjuk pada layar
saat lagu mulai terdengar. “Oh sial, aku miss
satu.”
Ward
akhirnya menge-tap eAmuse card-nya
pada card reader mesin Sound Voltex.. Dia akhirnya meregistrasi
eAmuse card-nya dengan memutuskan PIN
untuk login mendatang dan juga game ID-nya. Setelah itu, dia ditawari
empat mode, Light Start (membutuhkan
4 kredit), Standard Start (membutuhkan 5 kredit), Generator Light Start
(membutuhkan 13 kredit), dan Generator Start (membutuhkan 15 kredit). Dia
akhirnya memilih Light Start karena dia benar-benar awam pada game itu.
Setelah
memutuskan game mode dan memasukkan
kredit, dia bermain tutorial terlebih dahulu untuk mengetahui lebih lanjut
bagaimana cara bermain Sound Voltex.
Lalu, dia harus memilih lagu untuk stage pertama.
Dia kebingungan harus memilih lagu yang mana di Sound Voltex untuk pertama kalinya. Lagu-lagu Sound Voltex terdiri dari lagu original, crossover dan remix BEMANI,
lagu Vocaloid, lagu Touhou Project, dan beberapa lagu dari BMS.
Setelah
kehabisan waktu, dia akhirnya bermain Grip
and Break Down!! -SDVX Edit- dengan tingkat kesulitan NOVICE untuk stage pertama. Saat stage pertama dimulai, dia begitu menikmatinya seakan-akan dia
seorang DJ sungguhan.
“Woo!”
seru Ward.
“Whoa!
Ward sudah main lagi!” seru Ian pada Don saat tiba.
“Akhirnya!
Lelah menunggu macet dan … mencari parkir.” Ed kecapekan ketika tiba.
***
FULL COMBO! RANK SSS CLEAR!
“YEAAAAH!!”
jerit Norcross setelah selesai memainkan stage
ketiga Maimai Murasaki dengan
lagu Starlight Vision tingkat
kesulitan MASTER.
“Apa?”
Toshi teralihkan saat berbicara dengan Amy.
“Oh my … gosh!” seru Amy melihat layar mesin itu.
Hasil
stage ketiga, Norcross hanya mendapat
100.02% achievement setelah bermain Starlight Vision dengan tingkat
kesulitan MASTER, dia tidak mendapat GOOD atau MISS, tetapi hanya satu GREAT,
sisanya PERFECT.
“YEAAAH!!
Lihat!! Lihat!!” seru Norcross.
“Garam
….” Toshi menunjukkan gestur menaburkan garam.
“Hampir
ALL PERFECT!” seru Amy menemui Norcross yang akhirnya selesai bermain Maimai Murasaki.
GAME OVER.
“Mungkin
lain kali …,” kata Norcross.
Toshi
juga melihat layar mesin Maimai yang
kini menunjukkan demonstrasi gameplay.
“Mau makan siang di food court?”
Amy
berbalik dan menggeretakkan gigi saat melihat seseorang yang duduk di bangku
menghadap mesin Maimai. Dia menyadari
bahwa orang itu tidak melihat game-nya,
melainkan semua barang yang mereka taruh di depan mesin Maimai.
Amy
dengan cepat berbisik pada Toshi dan Norcross, “Guys, kurasa orang itu tidak menunggu gilirannya.”
“Dia
tidak main sama sekali. Dia hanya menunggu …,” Toshi bilang.
“Oh
tidak!” Norcross menyadari apa yang dipandang oleh orang itu. “Kita harus
menjauh dari orang itu! Kamu benar, Amy!” Dia langsung mengambil tasnya.
Amy
juga mengambil semua barangnya yang dia letakkan di dekat mesin Maimai sebelum mengambil ponsel untuk
mengirim pesan kepada group LINE.
Toshi juga mengambil tasnya dengan panik dan khawatir dengan orang yang akan
mencuri barangnya.
Norcross
melihat orang itu mengenakan baju lengan panjang, kacamata hitam, celana
panjang, dan jepit rambut serba hitam. Dia mengingatkan Amy dan Toshi, “Oke,
kalau orang itu sudah pergi, kita balik lagi.”
Toshi
setuju, “Kita coba saja. Ke food court saja.”
Amy,
Norcross, dan Toshi dengan cepat dan berhati-hati berjalan meninggalkan Arcade
Station sebagai upaya untuk menjauh dari orang itu. Saat mereka memasuki food court, Amy menatap ke belakang.
Orang yang sama juga mengikuti mereka dari belakang.
“Guys, kita butuh rencana cadangan,” Amy
menyimpulkan.
Toshi
juga memandang orang itu. “Oh tidak! Dia masih mengikuti kita!”
“Aku
punya rencana!” Norcross mulai merencanakan sesuatu.
***
“Semakin
panjang!” kata Hans. “Yang ingin main Sound
Voltex banyak. Arcade Station di sini benar-benar hebat sudah mempromosikan
location test lebih sering.”
Don
menatap papan antrean berisi beberapa nama yang belum tercoret, berarti mereka
masih menunggu giliran. “Ada sebelas yang menunggu.”
“Museca tidak terlalu ramai,” kata Ian.
“Main
Groove Coaster atau Maimai saja, atau main yang lain,” Ed
memberi saran.
“Kenapa
main Groove Coaster dan Maimai kalau ada di kota kita?” tanya
Ian.
“Setidaknya
ada Guilty Gear!” seru Ward.
“Dan
Taiko no Tatsujin,” tambah Don.
“Di
sini,” Dave mengakhiri kalimat itu.
Hans
menatap jam pada layar ponselnya, “Teman-teman, aku tahu beberapa restoran yang
kalian ingin kunjungi, lagipula, belum buka di kota kita. Mau makan siang
dulu?”
Ward
menatap layar ponselnya. “Tidak mungkin! Ayahku kasih aku uang! Maksudku, dia
kasih cukup banyak uang, lebih banyak daripada uang saku bulananku dari Ibu.”
“Ayahmu
tahu kamu pergi ke sini?” tanya Dave.
Ed
memberi usul, “Beli saldo banyak saja.”
Ward
membalas sambil membaca SMS itu, “Ayahku bilang, jangan beli apapun kecuali makan dan baju.”
“Sialan.”
Hans membaca chat grup LINE. “Ada
orang yang mengincar barang-barang Amy, Toshi, sama Norcross di Arcade
Station.”
“Yang
benar saja!” sahut Ian.
Dave
juga melihat grup chat pada
ponselnya. “Apa? Copet?”
Ed
bilang, “Bilang saja pada satpam atau semacamnya.”
Don
membalas, “Jangan. Percuma saja. Tidak ada bukti sama sekali. Tidak ada CCTV di
Arcade Station.”
Dave
bertanya lagi, “Whoa, whoa, whoa, Arcade Station tidak punya CCTV sama sekali?”
“Aku
tidak pernah melihat kamera keamanan di Arcade Station, jadi gampang kena
pencurian,” balas Ian.
“Sial,
kuharap mereka baik-baik saja,” Ward berharap.
Comments
Post a Comment