Alpinloch: Another World Episode 8
The Desert
Town Monster IV
Ini bukan duniamu.
Kalimat
itu telah Mark dengar dua kali ketika terjebak di dunia novel Alpinloch Kingdom, dua kali. Dia
menggelengkan kepala ketika seluruh tubuh gemetar tanpa alasan selain
menyaksikan mayat wanita yang dia temui secara ajaib berkata kalimat itu,
kalimat yang tidak ingin dia dengar.
Mark
memang ingin meneruskan jalan cerita Alpinloch
Kingdom hingga akhirnya mendapat akhir yang bahagia dan memuaskan ketika
harus rela masuk ke dunia itu. Tetapi, jika dia tidak berhak untuk berada di
dunia novel Alpinloch Kingdom, dia
bahkan tidak tahu bagaimana cara untuk kembali ke dunia nyata.
“Mark!”
panggil Jason tegas. “Mark!”
Mark
terbuyarkan ketika Jason memanggilnya. Dia memiliki urusan lain yang harus dia
selesaikan sekarang juga, bukan hanya masalah penyerangan monster yang telah
menghancurkan seluruh Sedona, tetapi juga penyerangan para pemberontak yang
haus dengan kekayaan tambang emas dan juga ikut memperparah keadaan.
Mark
kembali bangkit ketika menyaksikan sebagian rakyat Sedona yang masih bertahan
hidup tengah memperjuangkan demi melindungi kota dari serangan para
pemberontak. Jeritan dan tebasan pedang begitu nyaring dari kejauhan hingga
meluncur ke dalam telinga.
“Anna!”
Itulah ucapan yang terlontar dari mulut Mark ketika bereaksi menyaksikan kembali
peperangan di depan mata bagaikan sebuah adegan perang.
Meski
tahu bahwa dia dan Jason sama sekali tidak bersenjata, Mark mulai berlari tanpa
berpikir apakah para pemberontak akan menyerangnya ketika menemui tatap muka.
Baginya, yang paling terpenting adalah untuk menyelamatkan Anna dan membuat
akhir cerita yang bahagia serta memuaskan.
“Mark!
Tunggu!!” jerit Jason mengejar Mark.
“Anna!
Justice! Mereka dalam bahaya!” jerit Mark.
Suara
langkah lari Mark dan Jason ikut terdengar oleh para pemberontak yang tengah
menyerang rakyat Sedona. Salah satu dari mereka memberi perintah untuk mengejar
dan menyerang Mark dan Jason karena jumlah mereka cukup banyak. Empat orang
pemberontak itu meninggalkan pusat medan perang dan memberi sinyak berupa
penunjuk jari.
“Kalian,
bunuh kedua wanita itu!” salah satu dari mereka menunjuk Anna dan Justice.
“Kamu, ikut aku!”
Mark
seakan-akan tidak lagi peduli dengan serangan para pemberontak yang masih
memanas. Tenda-tenda yang roboh dan robek serta mayat-mayat manusia dan darah
di pasir juga sama sekali tidak dia pedulikan.
Mark
teralihkan ketika dia melihat dua orang pemberontak itu tengah berlari tepat
menuju Anna dan Justice. Dia menjerit panik, “Anna!!”
“Mark!”
jerit Jason terjatuh ketika terdorong oleh dua orang pemberontak yang
menghampiri mereka.
Langkah
Mark terhenti ketika dia menoleh ke belakang. Dia tertegun ketika salah satu
pemberontak yang menghampiri mereka telah menjatuhkan Jason ke pasir, salah
satu dari pemberontak telah menggulingkan dan menindih Jason.
“Jason!”
jerit Mark.
“Jangan
bergerak!” jerit salah satu pemberontak yang berdiri di hadapannya sambil
mengeluarkan pedang.
Mark
terhenti ketika menatap pemberontak yang berdiri di hadapannya telah
mengayunkan pedang dan mengarahkannya pada Jason. Dia menggelengkan kepala
kebingungan bagaimana menghadapi situasi terburuk ketika Sedona diserang,
apalagi dia tidak membawa pedang sama sekali.
“Sekali
bergerak, dia akan mati! Begitu juga denganmu!”
“Mark!”
jerit Jason.
“Diam!”
jerit pemberontak yang menindih Jason memukul tepat pada wajahnya.
Mark
menatap dari kejauhan di dekat tenda di mana dia meletakkan pedangnya. Anna
masih terdiam tidak mampu bergerak kecuali hanya menangis menatap Justice yang
terluka di bagian dekat leher. Lebih buruknya, dua orang pemberontak kini
berlari mengejar mereka.
Keringat
Mark bercucuran ketika memutar kembali kepalanya, situasi terburuk sedang dia
hadapi. Napasnya terengah-engah ketika memikirkan keputusan yang harus dia
pilih, siapakah yang akan dia selamatkan terlebih dahulu, Anna dan Justice atau
Jason.
Napas
Jason terengah-engah ketika punggungnya tertindih oleh salah satu pemberontak,
lebih buruk lagi, pedang pemberontak yang berdiri di hadapan Mark mengarah
tepat padanya. Beruntung, Jason menyadari bahwa lengan kanannya bebas dari
tindihan.
Mark
kini membalas, “Kami memang bukan orang sini, tetapi perbuatan kalian seperti
ini tidak dapat termaafkan!”
“Berani
juga berbicara seperti itu, bocah! Kamu tahu, kalian semua sama seperti rakyat
Sedona kebanyakan, kalian tidak berhak berada di sini sejak apa yang walikota
dan raja Thais dari Alpinloch perbuat pada kami semua! Begitu juga dengan bocah
bajingan sepertimu!” jerit pemberontak berpedang itu.
Mark
membalas sambil memandang Jason menggerakkan siku kanannya demi membebaskan
diri, “Kamu benar. Ini bukan kotaku. Ini juga bukan—"
Jason
membenturkan siku kanannya dengan keras pada pinggang pemberontak yang
menindihnya berkali-kali. Pemberontak yang menindihnya itu menjerit kesakitan
tidak mampu menahan lebih lama. Jason pun bangkit berbalik memukul pemberontak
itu hingga terjatuh ke pasir.
Pemberontak
berpedang itu kini berbalik mengarahkan pedang pada Jason, ketika dia akan
mengayunkan pedangnya, Mark berlari menyikut punggung pemberontak itu dengan
keras hingga menjatuhkan pedangnya.
Jason
yang telah bangkit ikut memukul dan menendang perut pemberontak itu
berkali-kali. Kedua pemberontak itu tumbang akibat serangan Jason yang
benar-benar tak terduga. Mark tertegun menyaksikan Jason mampu menyerang kedua
pemberontak itu tanpa menggunakan panah dan busur.
Napas
Jason terengah-engah ketika menatap kedua pemberontak yang dia serang sudah
tidak lagi berkutik dan menjerit menahan rasa sakit. Mark masih saja terdiam
menatap Jason yang berhasil melakukan perbuatan fisik dengan seluruh tenaganya.
“Anna!!”
jerit Mark ketika menyaksikan kedua pemberontak berjalan menemui Anna dan
Justice.
“Mark!!”
jerit Jason mengikuti Mark.
Anna
yang masih menatap Justice masih tidak sadarkan diri kini mengalihkan perhatian
pada kedua pemberontak itu. Dia sudah tidak mampu berbuat apapun untuk
menyerang kedua pemberontak itu. Jeritan Yael dan pemimpin pemberontak yang
bertarung di dalam tenda ikut meledak di kedua telinga.
Salah
satu pemberontak itu berkata sambil mengayunkan pedangnya, “Lihatlah, inilah si
sang putri dari kerajaan Alpinloch yang telah hancur berantakan itu.”
Langkah
Jason terhenti ketika dia melihat kayu yang terlepas dari tali tenda. Anna dan
Justice sudah di depan mata dengan kedua orang pemberontak. Langkah Mark
terhenti ketika dia menatap kedua pemberontak itu tengah akan membunuh Anna dan
Justice dengan pedang.
“Mark!”
jerit Jason bersiap untuk melempar kayu yang telah dia ambil sambil berlari
mendekati Mark.
Jason
menyipitkan mata untuk mengunci target lemparan kayu itu, seluruh tenaga dia
kerahkan pada lemparan itu. Mark menatap Jason dan mengangguk menyetujui untuk
mengalihkan perhatian kedua pemberontak itu.
“Kita
bunuh saja?” tanya salah satu pemberontak itu.
Pemberontak
berpedang tertegun ketika kayu lemparan Jason berhasil mengenai tepat pada
kepala bagian kanan, alhasil, mereka berdua mengalihkan perhatian pada Mark dan
Jason yang berdiri menatap balik.
“Hei!”
jerit Jason. “Kamu mau lawan yang adil? Kami di sini!”
“Jason
…,” ucap Mark.
“Keterlaluan!”
jerit pemberontak berpedang mengalihkan langkah tepat menuju Mark dan Jason
dengan rekannya.
“Tidak
adil kalau lawan kalian wanita yang tidak berdaya, bukan?” teriak Jason
memprovokasi.
“Kurang
ajar si bajingan ini!” jerit sang pemberontak berpedang mempercepat langkah.
“Mark,
larilah, temui Anna dan Justice!” perintah Jason.
Mark
tertegun dengan ucapan Jason yang tak bersenjata sama sekali. “Apa?”
“Mark,
lari!” jerit Jason ketika kedua pemberontak itu sudah menemui mereka.
Mark
bergeser ketika menyaksikan Jason menghindari tebasan pedang dengan cepat. Mark
menggelengkan kepala ketika Jason mencoba menyerang kedua pemberontak itu
dengan tangan kosong, Tubuhnya sekali lagi mendarat di pasir dekat salah satu
tenda penuh dengan darah.
Mark
bangkit dan mulai berlari menemui Anna. Suara tebasan pedang kembali terdengar
ketika para pemberontak semakin berjaya melawan rakyat Sedona yang kewalahan
menghadapi kekuatan mereka. Tekanan kembali meningkat ketika dia mulai
mendekati Anna dan Justice sambil menatap satu per satu korban kembali
berjatuhan.
“Anna!”
jerit Mark berlutut menemui Anna dan Justice.
Air
mata Anna tetap menetes pada Justice yang tetap menahan rasa sakit tanpa perlu
meringis menggunakan suara. Tubuhnya tetap gemetar ketakutan setelah
menyaksikan dirinya berada di tengah-tengah medan perang.
Mark
menatap luka pada Justice berupa tebasan yang mengeluarkan darah hingga
mengotori pakaian terbukanya. Beruntung, Justice masih hidup ketika dia
berusaha untuk menggerakan bibir menjadi sebuah senyuman.
Mark
secara refleks mengalihkan perhatian pada tenda yang secara tiba-tiba robek
akibat pertarungan antara Yael dan pemimpin pemberontak itu. Mereka berdua
meneruskan pertempuran sambil melangkah keluar dari tenda melalui sobekan itu
sambil menjerit.
Yael
menangkis setiap tebasan pedang dengan gerakan tombak yang mengikuti refleks.
Sang pemimpin pemberontak berambut panjang itu kewalahan ketika bertarung
melawan seorang gadis dengan kekuatan di luar dugaan.
“Yael,”
ucap Mark.
“AAAAAH!!”
jeritan Jason terdengar ketika Mark kembali mengalihkan perhatian.
“Jason!!”
jerit Mark menyaksikan Jason terjatuh terkena tebasan pedang yang mengenai
pinggang kanannya.
Mark
berlari kemasuki tenda yang telah robek akibat pertempuran Yael dan pemimpin
pemberontak ketika jantungnya kembali berdetak cepat. Secara terburu-buru, dia
mengambil pedang dari lantai tenda yang penuh dengan cipratan darah. Tanpa
perlu melihat sekitar, dia meninggalkan tenda itu demi menolong Jason.
Jason
mengigit lidah menahan rasa sakit yang dia terima ketika darah mulai menetes
dari luka perut bagian kanannya. Telapak tangan kanannya juga menyentuh seraya
menahan rasa sakit dan darah keluar dari luka itu.
Sang
pemberontak yang telah menyerang Jason menyerahkan pedang pada rekan di dekatnya.
“Dia milikmu. Serangan terakhir adalah milikmu.”
“Baiklah,”
jawab rekan pemberontak itu seraya mengenggam gagang pedang.
Mark
menjerit berlari mengayunkan pedangnya tepat pada kedua pemberontak itu. Sang
rekan pemberontak yang telah memegang pedang tidak berkutik ketika berbalik
menghadapinya. Tebasan pedang Mark sampai menjatuhkan pedang sang pemberontak
itu.
Kedua
pemberontak itu tercengang ketika Mark dengan cepat mengayunkan pedang tepat
mengarah pada tubuh mereka. Salah satu pemberontak terjatuh ketika Mark
berhasil mengenai bagian perut, darah terciprat sedikit. Sang rekan pemberontak
berjalan mundur gemetar tidak tahu bagaimana cara menghadapi seorang pemuda
yang berlagak seperti ksatria.
Api
telah tertanam pada hati Mark ketika dia mengayunkan pedang berkali-kali pada
pemberontak yang masih saja bertahan menghindari tangkisannya. Jason
menyaksikan Mark berkali-kali mengerahkan seluruh tenaga demi mengalahkan
pemberontak itu ketika masih menahan rasa sakit yang dia terima oleh luka pada
pinggang kanan.
Pemberontak
terakhir yang Mark hadapi akhirnya tumbang ketika mata pedang mengenai lengan
kiri menghasilkan luka irisan. Dia menjerit seraya menahan darah yang mengalir
keluar dari lengan kiri hingga mengotori bajunya.
Yael
tetap mengayunkan tombaknya demi menangkis serangan mata pedang sang pemimpin
pemberontak berambut panjang itu. Ketika dia menjerit mengerahkan seluruh
kekuatannya untuk menangkis pedang dengan keras, pedang sang pemimpin
pemberontak terlempar ke samping.
Sang
pemimpin pemberontak itu menajamkan mata ketika melihat pedangnya sendiri
terjatuh akibat serangan Yael. Gadis bertombak itu melangkah mendekati sang
pemimpin pemberontak yang tidak bisa berkata-kata seakan-akan dia telah
terkalahkan.
“Mau
apa lagi kamu? Membuat situasi kita semakin memburuk?” Yael menonjolkan ujung
tombaknya mendekati tubuh sang pemimpin pemberontak.
Pemimpin
pemberontak berambut panjang itu berteriak kepada semua anggotanya yang tengah
menyerang masyarakat Sedona, “MUNDUR!” Dia juga mendorong tombak Yael dengan
keras.
Pemimpin
pemberontak itu berbalik berlari seraya mengundurkan diri dari peperangan yang
terjadi di pusat kota Sedona. Beberapa anggota pemberontak juga akhirnya
meluncurkan gencatan senjata dan berlari mengikuti sang pemimpin, meninggalkan
beberapa rakyat Sedona yang tetap bertahan untuk berperang terdiam, sekaligus
beberapa korban yang berjatuhan di pasir.
Anna
menjerit sambil kembali mengeluarkan air mata. “Tolong! Tolong!”
Yael
berlari menemui Anna dan Justice. “Astaga!”
Yael
dengan cepat mengambil sebuah botol yang dia ambil dari tas pinggang, yaitu
botol kecil berisi cairan berwarna merah demi menyembuhkan luka Justice. Dia
membuka botol itu dengan keras, melepas tutup botol menyerupai gabus, sebelum
mengusap luka Justice dengan cairan tersebut.
“Kamu
akan baik-baik saja. Kamu akan baik-baik saja,” ucap Yael menghabiskan cairan
itu untuk menutupi luka Justice dengan cepat.
“Ah!!”
jerit Justice seraya menarik napas. “Ah ….”
“Jangan
banyak bergerak dulu! Nanti lukamu akan terbuka kembali, kamu butuh banyak
istirahat agar penyembuhannya sempurna, Beruntung lukamu tidak dalam.” tegur
Yael pada Justice.
“Jason!”
Mark berlutut menemui Jason yang tetap meringis menahan luka pada pinggang
kanannya. “Sialan!”
Mark
menatap darah yang keluar dari luka pinggang kanan Jason keluar begitu banyak
dan merembes pada pakaiannya. Dia menggelengkan kepala setelah memastikan luka
tebasan pedang yang Jason terima tidaklah ringan.
Satu
per satu masyarakat Sedona yang telah berperang melawan para pemberontak
berlari menemui Yael, beberapa dari mereka menemui Mark dan Jason. Kerusakan
Sedona jauh lebih parah setelah para pemberontak menyerang. Beberapa tenda
runtuh dan robek, serta korban semakin banyak berjatuhan. Darah juga mengotori
jalan pasir pada kota itu.
***
Tenda
yang tersisa akibat peperangan tidak begitu banyak untuk mampu menampung
beberapa korban terluka. Beberapa rakyat Sedona yang terluka harus rela
berbaring di luar tenda menahan hawa panas yang terpancar matahari.
Matahari
kini telah meluncur menuju bawah langit meski suhu udara tetap terik,
penderitaan tetap saja terpancar pada Sedona yang semakin menderita bukan hanya
akibat monster, tetapi juga akibat serangan mendadak para pemberontak.
Satu
per satu rakyat Sedona yang selamat tanpa luka-luka terpaksa membantu
mengangani setiap korban terluka akibat perang melawan para pemberontak, hingga
pada akhirnya persediaan ramuan dan dedaunan obat tidak mampu untuk mencukupi
kebutuhan.
Mark
yang menatap kejadian mengenaskan dan kepanikan seluruh rakyat Sedona tidak
menyangka bahwa kota padang pasir itu menjadi kota tempat penderitaan manusia.
Kota padang pasir yang sebelumnya makmur dengan kumpulan tambang emas di setiap
perbatasan kota kini menjadi kota penderitaan.
Ketika
dia berbalik, dia menatap Jason dan Justice merupakan salah satu korban yang
terbaring di tenda, berdekatan dengan beberapa korban lainnya. Setidaknya dua
orang rakyat Sedona berlutut mengangani setiap korban yang terluka.
Anna
tetap duduk terdiam menatap Jason dan Justice yang berbaring di hadapannya,
masih gemetar terhadap apa yang baru saja terjadi. Para pemberontak yang semula
telah terusir oleh raja Thais, ayahnya, telah kembali melancarkan penyerangan
ketika seluruh penjaga dari kerajaan Alpinloch melarikan diri demi kembali ke
kerajaan.
Mark
berjalan menemui Anna yang masih meneteskan air mata. “Hei.” Dia berlutut ikut
menatap Jason dan Justice yang masih terbaring. “Tidak apa-apa, kamu baik-baik
saja. Setidaknya kamu tidak terluka.”
“Aku
… aku … tidak bisa melakukan apapun. Aku … tidak berguna,” Anna hanya berkata.
“Aku hanyalah seorang … putri … dari … kerajaan Alpinloch …. Tapi, aku … tidak
bisa apa-apa.”
“Hei,
jangan bilang begitu. Kamu memegang hal yang penting, kamu akan mengatakan pada
pemerintah kerajaan Haven tentang apa yang terjadi pada kerajaan Alpinloch,
kamu memengang peran yang penting untuk menyelamatkan dunia dari raja Lucius,”
Mark menasihati. “Anna, maafkan aku. Aku tidak ada di sana waktu itu. Di saat
aku dan Jason mencari mata air, kamu dan Justice malah ikut diserang oleh para
pemberontak.”
“Aku
hanya bisa menawarkan uang, tapi … mereka tetap tidak mau. Mereka hanya ingin
membunuh semua orang di kota ini. Apakah mereka menciptakan dendam terhadap
kota ini hanya karena semua tambang emas di setiap perbatasan kota? Apakah
memang mereka menyerang selagi kota ini sedang menderita?”
Jason
membalas ketika mencoba untuk bangkit, “Uh … Anna, kita juga masih … belum tahu
… tentang hal itu. AAAH!”
“Jason,
tetaplah berbaring, lukamu masih belum sembuh,” ucap Mark.
“Yael!”
jerit suara pria yang sudah tidak asing lagi bagi Mark.
“Lepaskan!”
jeritan Yael terdengar begitu nyaring hingga Mark harus mengalihkan perhatian
ke luar.
Mark
bangkit ketika berkata pada Anna, “Aku keluar dulu. Kamu jaga Jason dan
Justice, Anna. Pasti ada sesuatu yang terjadi di luar.”
Mark
berbalik berjalan keluar dari tenda ketika menatap Yael tengah menjerit pada
beberapa rakyat Sedona yang telah bertarung melawan para pemberontak. Dia
dengan cepat melangkah ketika kedua orang yang pernah dia temui ketika
berbicara rencana penyerangan monster siang lalu.
“Kenapa
harus menunggu? Sampai kapan! Sampai kapan! Hah!” jerit Yael yang menggenggam
tombaknya dengan erat. “Setelah melihat penderitaan kita semakin parah
gara-gara pemberontak itu dan juga monster, apa kita ingin tetap menyaksikan
kota kita hancur begitu saja? Apa kita mau menunggu sampai malam demi
mengalahkan monster itu! Monster yang bersembunyi di tambang emas perbatasan
barat daya kota!”
“Yael!”
Mark berlari menemui kerumunan orang yang telah berkumpul di tengah-tengah
kekacauan kota.
“Yael,”
sahut sang walikota yang berjalan keluar dari salah satu tenda. “Apa maksudmu
dengan menunggu sampai malam? Lihatlah! Lihatlah sendiri! Gara-gara kekacauan
oleh para pemberontak, mayoritas dari rakyat Sedona sedang menderita! Mereka
sedang terluka akibat serangan pemberontak yang memperparah keadaan!”
“Paman.”
Yael mulai menunjukkan air matanya yang penuh dengan api. “Paman tahu kedua
orangtuaku telah mati di tangan monster itu. Monster itu telah menghancurkan
kehidupan di kota ini. Sekarang apa? Apa kita akan tetap menunggu? Apa kita
akan tetap menyaksikan penderitaan akibat serangan para pemberontak!”
“Yael,”
ucap sang walikota.
Mark
mengambil alih untuk berbicara. “Yael ada benarnya, yang mulia. Kita tidak bisa
lagi menunggu. Kalau kita biarkan saja, semakin banyak penderitaan yang akan
datang. Kita juga tidak akan tahu kapan monster itu akan menyerang kembali.
Maksudku, monster itu bisa saja menyerang kota ini kembali. Jadi, masalah ini
harus segera diselesaikan sebelum masalah baru kembali muncul.”
Yael
mengangguk setuju. “Paman, kumohon. Kita harus menghentikan monster itu. Kalau
tidak, masalah ini takkan pernah selesai. Kita takkan bisa menggali lebih
banyak emas kalau monster itu tetap di tambang emas sebelah barat daya
perbatasan kota.”
“Yang
mulia,” Mark mendukung keputusan Yael.
Sang
walikota menjawab setelah mempertimbangkannya, “Baiklah, kita akan menyerang
monster itu sekarang juga! Semuanya, yang secara sukarela menjadi relawan, kita
akan mengalahkan monster yang bersembunyi di tambang emas di perbatasan barat
daya kota!”
Salah
satu dari ketua pasukan relawan itu memberi perintah, “Siapkan senjata kalian! Kalian,
jaga kota dari para pemberontak! Kalian, ikut kami!”
“Ya!!”
Yael
berkata pada Mark ketika beberapa pasukan relawan berpencar sesuai perintah,
“Aku takkan berterima kasih padamu, meski sudah membantu.”
“Mengapa?
Apa kamu tetap mencurigaiku?” tanya Mark.
“Aku
…. Lupakan saja. Cepat ambil pedangmu!” perintah Yael.
Mark
berlalu meninggalkan Yael kembali memasuki tenda di mana Anna tetap menatap
Jason dan Justice yang tetap terbaring beristirahat. Anna mengalihkan perhatian
pada Mark yang mengambil pedangnya di dekat anak panah dan busur milik Jason.
“Mark?
Mau kemana?” tanya Anna penasaran.
“Aku
ikut Yael dengan yang lain. Kami akan mengalahkan monster itu,” jawab Mark.
“Mark,
bolehkah aku ikut?” tanya Anna yang menatap Mark berbalik tanpa mengenakan pauldron.
Mark
berbalik menatap Anna. “Tidak usah. Kamu jaga Jason dan Justice. Kamu
benar-benar bisa diandalkan untuk menjaga teman-teman kita. Aku akan kalahkan
monster lalu mengantarmu ke kerajaan Haven.”
“Mark.”
Anna kembali menatap senyuman Mark.
“Tidak
apa-apa. Aku akan kembali. Besok, kita akan ke kerajaan Haven untuk meminta
bantuan untuk masalahmu! Aku pergi dulu.” Mark melangkah meninggalkan tenda
itu.
***
Mark,
Yael, dan sang walikota bersama dengan tujuh orang relawan menghentikan langkah
ketika menatap sebuah pintu masuk tambang emas mengarah menuju lantai bawah
tanah. Jalan masuk tambang emas tersebut terlihat seperti menuju lantai bawah
tanah.
“Ini
adalah tambang emas terbesar yang kami punya. Kebanyakan kekayaan kami
sebelumnya berasal dari tambang emas ini,” jelas sang walikota.
Yael
melangkah memimpin pasukan relawan. “Kita masuk.”
Pasukan
relawan, Yael, dan sang walikota melangkah terlebih dahulu memasuki tambang
emas tersebut. Mark mengikuti dari belakang menyusul melangkah seperti menaiki
sebuah tangga menuju lantai bawah tanah.
Lantai
pasir seketika berubah menjadi lantai bebatuan dengan rel kereta ketika
memasuki tambang emas tersebut. Dinding jalan tambang emas tersebut juga
terbuat dari bebatuan dengan pembatas kayu.
Mereka
terhenti ketika menatap kereta kayu telah terpecah belah di tengah-tengah rel
yang mulai merapat setelah seperti menuruni bukit. Mark memperhatikan pecahan
kayu berserakan di lantai bebatuan meninggalkan area rel. Pasukan relawan juga
terhenti memperhatikan sekitar.
Yael
dan sang walikota tercengang ketika lantai bebatuan bergetar secara mendadak,
dinding juga ikut bergerak. Semuanya terhenti dan mengalihkan perhatian pada
seluruh bagian ruangan.
“Whoa!”
ucap Mark tertegun.
“Apa
yang terjadi?” ucap salah satu dari pasukan relawan.
Tanpa
perlu peringatan, lantai bebatuan dan rel kereta di hadapan mereka mendadak
terpecah belah. Lantai bebatuan itu terjatuh menuju bawah tanah. Yael dan sang
walikota memundurkan langkah ketika tercengang menatap kejadian itu.
“Apakah
ini?” ucap sang walikota.
Mendadak,
sebuah tangan kanan muncul mendarat di retakan lantai bebatuan tepat di hadapan
mereka. Seluruh pasukan relawan mengeluarkan senjata untuk bersiap situasi
terburuk yang akan mereka hadapi. Mark ikut mengeluarkan pedang bersiap dengan
kemunculan monster itu di depan mata.
“Monster
itu … di hadapan kita? Sekarang?” ucap Mark.
Comments
Post a Comment