Seminar... Launching...
Seminar...
Launching...
Aku sedang berada di aula PSBJ (Pusat Studi
Bahasa Jepang) Universitas Padjadjaran, sebenarnya sebagai bagian dari tugas
mata kuliah Penulisan Cerpen. Aku bahkan sebelumnya tidak tahu acara apa yang aku
datangi.
Kejadian ini dimulai saat aku bangun kesiangan
lagi, aku tengah berbaring bertelanjang dada hanya mengenakan celana training abu-abu masih menutup kedua
mata di atas tempat tidurku. Aku tahu bahwa pada hari itu hanya ada kelas siang
pukul 14:20. Maka aku sangat bahagia bisa bangun siang pada hari itu, bahkan
aku puas bisa tidur lagi.
Pintu kamar kosanku tidak tertutup menamparkan
pintu kamar kosan sebelah yang dihuni oleh sahabatku. Meski udara terasa sejuk
dari luar, aku tetap saja ingin tidur lagi menikmatinya.
Tak lama kemudian, temanku, Adam, memasuki
kamarku setelah ia melepas sepatunya, ia memanggil “Dimas? Dimas, bangun,” Ia
meraba-raba tubuhku untuk membangunkanku.
Aku membuka mataku menatap lelaki yang mirip
orang Korea itu dengan rambut pendek berponi, aku menyapa “Adam?”
“Mas, cepetan bangun,”
“Dam, aku bangun tengah malam untuk menunduh
episode serial TV favoritku, jadi biarkan aku tidur sampai siang.”
Namun, Adam tak tinggal diam, dia benar-benar
memaksaku bangun dengan menyalakan musik dari ponselnya sangat keras “Bangun, Mas,
hari ini kita ke kampus sekarang.”
“Sekarang?” Aku heran “Kita cuma ada kelas
siang, ‘kan?”
“Sekarang kita disuruh dosen untuk datang ke
PSBJ, ada seminar lho sekarang. Kita wajib datang lho.”
Perkataan tersebut membuatku kaget, aku pun
bangkit “Oke, aku bangun, Bro.” Aku
bertanya saat aku duduk di atas kasur saat Adam duduk di depanku “Kira-kira
seminarnya tentang apa?”
“Aku tidak tahu, pokoknya datang aja.”
***
Aku dan Adam akhirnya tiba di depan aula PSBJ
yang dipenuhi oleh beberapa stand sponsor
seminar tersebut. Aku pun melihat teman-teman sejurusanku yang datang, sebagian
besar adalah perempuan.
Aku yang sudah berpakaian jaket biru, kaus
hijau, dan celana jeans pun melihat baligho yang menandakan bahwa seminar yang
kita hadiri merupakan launching buku
terbaru Remy Sylado. Maka aku bertanya pada Adam saat kami berjalan mendekati
pintu aula itu “Jadi ini launching buku
Remy Sylado ya?”
“Ya, aku juga kurang tahu sih, Mas, dan
ternyata aku baru tahu kalo ini seminarnya.”
Aku berkata saat aku berhenti di depan panitia
yang memintaku mengisi daftar hadir sebelum aku menuliskan nama dan
tandatanganku “Jadi kita harus bagaimana setelah ini??”
“Kita harus menulis sebuah cerpen berdasarkan
seminar ini, Mas.” kata Adam saat ia menuliskan nama dan tandatangannya pada
daftar hadir “Intinya, kita harus menuliskan apa pengalaman kita selama seminar
berlangsung.”
Kami berdua memasuki aula PSBJ sebelum duduk di
kursi paling belakang sebelah kiri. Kami pun menunggu seiring satu per satu
peserta, termasuk teman sejurusan, memasuki aula untuk menempati tempat duduk
masing-masing.
Sambil menunggu acara dimulai, aku melihat Adam
tengah menggoda gadis-gadis yang sejurusan dengan kami duduk di depan,
sementara aku tengah memikirkan bagaimana launching
novel mayor perdanaku.
Aku seakan-akan tengah berada di PSBJ, namun
hanya dalam dunia khayalanku. Aku tengah berjalan bersama seorang pria lulusan
Sastra Indonesia Unpad yang bekerja pada agen literasi di mana aku mengirim
naskah novelku. Aku hanya memandang hanya sedikit peserta yang datang.
“Maaf, hanya sedikit yang datang ke acara ini, kami
kira...” pria itu berkata.
Aku membalas “Tidak apa-apa,”
“Yang penting, bersiaplah, sebentar lagi kamu
akan tampil.” pria tersebut meninggalkanku saat seorang pembawa acara kembali
ke panggung untuk mengumumkan acara selanjutnya.
Aku melihat gadis berjilbab hijau tengah
membaca bukuku, The Secret Wizards: 4
Elements, aku mendekati gadis tersebut saat ia berkata “Wow, aku baru saja
memenangkan buku ini lewat kuis, pada akhirnya aku tidak bisa berhenti membaca
buku ini. Dimas Pettigrew pasti penulis yang hebat.”
Aku menjawab “Ya, dia memang penulis yang
sangat hebat.”
“Aku benar-benar tidak percaya, dia memang
berani menulis cerita fantasi sehebat ini ya.” Gadis itu tersenyum “Oh, kau
harus nonton acara ini, bakal seru lho.”
“Oke, aku akan tonton.” Aku tersenyum meskipun
aku tidak kenal gadis tersebut sebelum aku pergi meninggalkannya untuk menemui
pria yang tadi.
“Sebentar lagi kamu tampil.”
“Ya,” Aku pun berjalan menuju pintu belakang
panggung sambil menarik napas dalam-dalam “Oke, bismillah.”
Aku berjalan menuju atas panggung saat pembawa
acara memanggilku “Untuk mengefektifkan waktu, kita langsung saja sambut
penulis novel The Secret Wizards: 4
Elements, Dimas Pettigrew.”
Aku berjalan sambil tersenyum memandangi
penonton yang masih bisa dibilang relatif sedikit. Aku bisa melihat
sahabat-sahabat terdekatku dari jurusan sastra Inggris dan juga teman-teman
sejurusan yang telah hadir memberikanku tepuk tangan, begitu juga dengan
beberapa penonton yang tak kukenal, termasuk gadis berjilbab hijau yang baru
saja kutemui.
Gadis berjilbab hijau itu terkejut senang
sebelum mengecek halaman belakang bukuku, aku pun tersenyum balik padanya.
Aku memperkenalkan diri saat seorang stage crew memberikan bukuku “Halo,” Aku
sangat tegang untuk membawakan acara sebagai tamu utama “Saya Dimas Pettigrew,
saya penulis The Secret Wizards: 4
Elements. Sebelum saya menjelaskan apa yang menyebabkan saya menulis novel
ini, saya akan membacakan dua bab pertama pada buku ini.” Aku membuka bab
pertama buku tersebut, aku mulai membaca “Bab satu, Water. Jam 2:00
dini hari, ada dua bersaudara yang sedang keluar malam-malam dan melanggar jam
malam mereka, yang menyetir adalah lelaki yang barusia 16 tahun yang memiliki
rambut hitam dan berpenampilan ganteng yang bernama Nick Blake, sedangkan di
sampingnya ada adiknya yang berusia 15 tahun yang memiliki rambut coklat
kehitaman yang bernama Damian Blake,”
***
“Mas? Mas?” Adam memanggilku.
Aku berhenti membayangkan launching bukuku saat Adam memanggilku “Oh, Dam, ada apa?”
“Nanti jam 11 kita langsung ke kosan kamu ya.”
“Tapi...”
“Yang penting kita hadir, Mas.”
Aku pun tersenyum kepada Adam sambil
menjelaskan “Aku tadi kepikiran launching
novelku sendiri lho.”
Comments
Post a Comment