Your Voice, My Voice Episode 7
#07: Test
“Jadi
intinya ini enggak ada yang bagus di pelajaran matematika sama fisika?” tanya
Dika.
“Lo
sendiri yang tahu lah,” jawab Kenny. “Udah deh, mending gue kurangin jadwal
latihan band deh, lo mending pada belajar, latihan bandnya jadi sekali seminggu
aja buat sementara ini.”
Kevin
menolak dengan memelas, “Ogah! Gue enggak bisa belajar kalau kita enggak
latihan band sama sekali. Kemarin gue coba buat belajar, terus hasilnya, gue
malah ngebuka hp.”
“Aku
juga kebingungan mau belajar yang mana dulu,” ucap Melody.
“Tenanglah.
Yang penting kita belajar biar UTS kita di atas standar dulu kek. Terus, kita
bisa latihan dengan tenang, ya, kan?” Dika menambah.
Bel
intercom berbunyi dari setiap speaker sekolah, hal yang tentu saja
tidak diinginkan beberapa siswa sekolah itu. Dibunyikannya bel intercom pada setiap speaker sekolah tentu saja menjadi
pertanda buruk.
Suara
loudspeaker mengumumkan, “Bagi siswa
kelas 10 yang merasa nilai ulangan matematika dan fisikanya kurang, diwajibkan
untuk mengikuti pelajaran tambahan sepulang sekolah. Nama siswa-siswa yang
diwajibkan untuk mengikuti pelajaran tambahan telah terpampang pada mading
masing-masing kelas. Terima kasih.”
“Eh?!”
ucap Melody dan Shania heran.
“Pelajaran
tambahan coba?!” ulang Kevin, Kenny, dan Dika bersamaan.
Kenny
mengepalkan tangan kanannya. “Fix,
ini kita harus benar-benar serius buat belajar demi UTS.”
“Ya
udah, apa boleh buat, kita fix ikutan
pelajaran tambahan sepulang sekolah,” ucap Dika. sebelum bel pertanda istirahat
selesai telah berbunyi. “Kita balik ke kelas aja dulu.”
“Oke
deh.” Kevin berjalan meninggalkan kantin dengan kepala menunduk.
“Sialan!”
ucap Dika. “Gue baru ingat lagi!”
“Kenapa?”
tanya Melody.
“Gue
juga hari Rabu ada pembukaan turnamen sepak bola antar sekolah! Sorean lah
jadwalnya. Berarti, gue juga harus ngelewatin latihan buat besok cuma buat
pelajaran tambahan,” jawab Dika.
“Untung
aja jadwal turnamen basket belum diumumin,” ucap Kenny.
“Oh
ya, gue duluan.” Shania berdiri sebelum berjalan meninggalkan kantin. “Gue
dapat guru killer habis ini.”
Dika
mengambil ponsel dari saku celana untuk membuka notifikasi pesan masuk di LINE.
Dia melihat salah satu teman sekelas telah mengirimkan daftar siswa yang wajib
mengikuti pelajaran tambahan kepada grup kelas.
“Sial,
sudah gue duga.”
***
“Kenapa
kita harus dapat pelajaran tambahan coba? Selama seminggu penuh habis pulang
sekolah.” Kevin menundukkan kepala menghadap bangkunya. “Terus jadwal kita
latihan seminggu ini banyak dibatalin.”
“Enggak
cuma itu, Kevin, hari Rabu itu pembukaan turnamen antar sekolah, terus sore
nanti gue ada pertandingan lah. Gue kayaknya enggak bakal sempat latihan hingga
hari Rabu nanti.” Dika berdiri memperhatikan Kevin.
Pak
Indra melangkah memasuki ruangan kelas membuat seluruh siswa yang wajib
mengikuti pelajaran tambahan kembali mennempati bangku masing-masing. Dia
menyambut seluruh siswa di kelas, “Semuanya sudah di kelas? Kalau begitu,
kalian kerjakan evaluasi bab pertama. Meski sebagian dari kalian sudah
mengerjakannya, kalian boleh bantu yang belum. Nanti kita bahas.”
“Fisika
evaluasi bab 1 nih,” ulang Dika.
“Fisika
lagi ….” Kevin begitu malas membuka buku yang telah berada di mejanya. “Kenapa
harus ada UTS kalau emang kita diundang ke festival kurang lebih sebulan lagi.”
“Kan
masih ada dua minggu lagi ntar sebelum festival di Taman Musik. Udah deh,
mending lo ngerjain dulu deh.”
“Kevin,
Dika,” panggil Melody berjalan menemui menawarkan diri untuk membantu, “Aku
sudah ngerjain beberapa soal. Kalian mau ngerjain bareng enggak? Sekalian juga
aku bantu dikit.”
“Melody,
kamu penyelamat banget!” seru Kevin.
Dika
memperingatkan, “Ingat, lo mending enggak copas
jawaban dari penggunaan rumus, asal lo ngerjain sendiri, lo bakal ngerti
deh.”
“Iya,
deh, gue kan mau nanya rumus apa yang mau dipakai buat tiap soal.”
“Oke,
kalian mau ngerjain soal yang mana dulu?” tanya Melody.
“Soal
pertama deh,” tunjuk Kevin setelah membuka halaman evaluasi bab pertama.
Melody
masih gagap ketika berbicara untuk membantu Kevin dan Dika mengerjakan soal
pertama pada evaluasi bab pertama. Dia menunjukkan rumus yang harus digunakan
pada setiap soal. Kevin dan Dika memperhatikan setiap langkah dan bantuan
Melody untuk mengerjakan soal itu.
Dika
dengan mudah menulis cara dan rumus untuk mengerjakan soal itu, sedangkan Kevin
mengerjakan soal itu dengan memperumit caranya. Dika menggeleng dan membantu
Kevin untuk mengerjakan soal itu. Kevin menggeleng saat dia mendapat jawaban
akhir dari soal pertama.
“Pusing
banget ini soal,” ucap Kevin.
“Pak,”
Kenny mengetuk pintu sambil menggenggam buku matematika dan fisika. “Saya boleh
ikut pelajaran tambahan di sini, tidak? Ya, soalnya guru fisika di kelas saya keluar
terus dari tadi.”
Pak
Indra mengangguk. “Silakan.”
“Terima
kasih, Pak.” Kenny melangkah masuk dan melangkah menemui Kevin dan Dika. Dia
menunjuk bangku di belakang Kevin yang kosong. “Di sini kosong, kan?”
“Kosong
kok, dia udah balik,” jawab Kevin.
“Pada
ngerjain evaluasi bab 1 juga, kan?” Kenny menempatkan dirinya di bangku itu dan
meletakkan buku pada meja.
“Iya,”
jawab Dika. “Lo udah ngerjain yang mana aja?”
“Baru
ngerjain nomor satu, tapi enggak dapat jawaban. Gue mau nanya ke gurunya, malah
dicuekin sama dianya keluar melulu. Boleh lihat rumus yang harus digunain
enggak?”
“Ingat,
jangan copas, lo juga harus paham
gimana cara ngerjainnya,”
“Pusing
banget!” keluh Kevin. “Gue mending bikin lagu daripada ngerjain soal ginian.”
“Lo
sih, pikirannya dari tadi band melulu,”
Kenny tertawa.
“Masih
enakan lo, Kev, lo enggak ikutan ekskul apapun. Coba lihat gue sama Kenny, gue
ikutan tim sepak bola, Kenny ikutan tim basket, lo enggak ikut kan.”
“Iya
juga sih,” balas Kevin.
“Whoa!
Jawabannya Melody bisa dimengerti nih.” Kenny mulai membaca jawaban soal
pertama dari Melody.
“Eh?
Ini bukan apa-apa. Aku juga enggak gitu mengerti,” jawab Melody.
“Seenggaknya
ini enak dibaca lah, jawaban dari teman-teman sekelas bikin pusing lah.
Gambarnya juga bagus kok.”
“Kenny,
lo juga nilai fisika sama matematika jelek ya?”
Kenny
menjawab, “Udah gue bilang sih tadi, fisika gue hancur, terus nilai matematika
gue jeblok gara-gara kerjaan sekretaris OSIS banyak banget, jadi enggak sempat
belajar. Waktu itu pas latihan soal sih gue bisa, cuma harus banyak latihan
soal sih, mungkin gara-gara itu.”
“Terus
kenapa Kenny mau jadi manager band Voice?” tanya Melody.
“Gue
pengen ngebantu dua teman gue nih, Kevin sama Dika. Gue emang enggak bisa main
alat musik, ya, gue juga sebenarnya mau jadi entrepreneur dari sekarang biar bisa me-manage ke depannya. Dimulai dari nge-manage lo semua nih.”
“UTS
tinggal seminggu lagi, terus kurang dari tiga minggu atau sebulan, kita tampil
di festival di Taman Musik. Ya, tentunya gue juga jengkel gara-gara kita harus
hadapin UTS, belajar, belajar, dan belajar, nyita waktu buat latihan,” kata
Kevin.
Kenny
menyampaikan, “Woi, kita juga butuh ngerjain kewajiban sebagai pelajar, salah
satunya UTS, apalagi UAS, terus kita hadapi ujian akhir buat lulus sekolah.
Terus kita ujian lagi buat masuk kampus tujuan kita. Makanya, pentingin
kewajiban lo dulu deh.”
“Tapi,
lo juga sekretaris OSIS, kan? Terus lo juga pemain tim basket sekolah, terus lo
jadi manager kita.”
“Udah
deh, enggak usah dipikirin! Emang repot, tapi gue usahain buat ngurusin
kewajiban gue sebagai pelajar, tetap belajar lah. Lo mending ngerjain soal-soal
yang lain gih, Kevin.”
“Oh
ya, gue lupa!” Kevin kembali melihat buku catatan Melody. “Jadi kita harus
ngegunain rumus ini?”
“Eh?
Iya, benar, pakai rumus yang ini. Aku juga enggak gitu ngerti, paling ini
dibantuin temanku,” jawab Melody.
“Oke,
kita bahas sekarang!” seru Pak Indra.
“Udah
lagi?!” seru Kevin.
***
“Pelajaran
tambahan kita cukup sampai di sini, nanti hari Rabu kita ketemu lagi, jangan
lupa kerjakan evaluasi bab 3 yang akan dibahas nanti.” Pak Indra mengakhiri sesi
pelajaran tambahan di ruangan kelas.
“Selesai
juga ….” Kevin kembali menyandarkan wajah pada meja.
“Sampai
sore juga. Enggak tahu bakal ikut latihan bola besok atau kagak,” Dika berkata
sambil berdiri mengambil tasnya.
“Untung
gue latihan basket tiap Jumat, ya, Senin depan UTS, kelar deh UTS, terus Senin
depannya lagi pengumuman ranking dipasang di mading,” tutur Kenny. “Terus kita
bakal tahu yang diremed yang mana aja,” ujar Kenny. “Jumat gue kayaknya bakal
bolos latihan basket.”
“Eh?!
Kenapa?” tanya Kevin.
“Gue
enggak bisa ninggalin teman-teman yang gue manage
lah, gue juga pengen ngelihat gimana perkembangan lo.”
“Tapi
lo kan juga anggota tim basket, Kenny,” Dika mengingatkan. “Lo juga harus
latihan bareng lah.”
“Gampang,
gue juga sering latihan di rumah teman setim kok.” Kenny tertawa.
“Oh
ya, kapan-kapan kita bisa belajar bareng pas istirahat nanti?” tanya Dika.
“Serius
lo?!” Kevin ragu.
“Kan
biar kita enggak diremed lah.”
“Oke
deh, ntar malam gue belajar dikit. Terus lanjutin nulis lagu baru buat festival
musik nanti.”
“Anu,
aku pulang duluan ya.” Melody pamit begitu dia mengambil tasnya.
“Oh
iya, hati-hati,” balas Kevin ketika Melody berjalan keluar dari kelas.
“Lo
balik duluan aja, gue bentar lagi ada rapat OSIS nih.” Kenny berdiri. “Oh ya,
yang penting jangan lupa belajar.”
“Iya,
Ken!” seru Kevin.
“Dia
serius, Kevin, lo harus belajar!” Dika menepuk belakang kepala Kevin.
“Aduh!
Lo ini!” Kevin tertawa. “Slow aja, Bro.”
***
Senin
seminggu setelah UTS selesai, saat bel istirahat berbunyi, seluruh siswa di
sekolah berbondong-bondong menuju majalah dinding di selasar untuk mengetahui
nasib mereka. Beberapa siswa sampai berdesak-desakan hanya untuk melihat papan
pengumuman peringkat setiap tingkat kelas dan nilai-nilai UTS yang telah mereka
capai.
Beberapa
siswa saling mendorong saat selasar telah terisi penuh dengan lautan pelajar,
tidak sabar untuk melihat hasil UTS dan peringkat mereka dalam kelas. Reaksi
mereka ketika menyaksikan hasil ujian beragam.
“Yes!
Gue dapat pas di matematika!”
“Ya,
kimia gue dikit lagi nyampai KKM!”
“Sialan!
Malah diremed Bahasa Indonesia gue!”
“Hebat,
lo dapat nilai tinggi di fisika!”
Kevin,
Dika, Melody, Shania, dan Kenny yang berada di kerumunan pelajar ikut melihat
nasib mereka begitu menyaksikan hasil nilai ujian mereka. Ternyata, mereka
masing-masing mendapat nilai jelek dalam matematika dan fisika.
Ditambah,
Kenny juga mendapat nilai jelek dalam ekonomi dan biologi, Melody dan Shania
juga harus rela mengulang biologi dan PKN, Dika juga mendapat nilai di bawah
standar dalam bahasa Inggris, kimia, dan geografi. Yang paling mengejutkannya, Kevin
juga harus mengulang kembali ekonomi, Kevin mendapat nilai pas-pasan dalam
pelajaran lain, kecuali matematika dan fisika yang harus diulanginya, serta
hanya bahasa Inggris, bahasa Indonesia, sejarah, dan seni rupa yang melebih
standar kelulusan.
“Ya,
ternyata kita semua dapat remed,” Kevin menundukan kepala. “Enggak bisa latihan
dengan tenang lah.”
“Lo
sih, banyak dapat nilai pas-pasan gitu, Kevin,” ucap Dika.
Shania
bercerita, “Itu banget, pas biologi, gue baru nyadar salah ngelingkarin jawaban
di setiap soal, terus, kampret, waktunya habis lah!”
“Itu
banget lah!” seru Dika.
“Reid?
Dia nomor dua seangkatan?” Kevin melihat lembar 25 besar nilai tertinggi
seangkata.
“Mana?”
ucap Dika.
“Iya
sih, Reid, gue sempat ngelihat nilai ulangannya, dia tinggi banget lah, fisika
sama matematika aja bisa dapat nilai setinggi itu. Kenapa waktu itu kita enggak
coba tanya dia aja lah?! Tapi dia juga sibuk klub drama sih,” Kenny bercerita.
“Enggak
dari tadi nanyanya.”
“Anu
…, kita jadi latihan kan hari ini?” tanya Melody.
Kevin
bersemangat. “Jadi kok! Tetap jadi sepulang sekolah.”
“Woi,
Kev, sedih dikit kek, lo banyak yang pas-pasan lah, terus ekonomi lo juga
remed, sama matematika sama fisika juga,” tegur Dika.
“Nanti
jadwal remednya diumumin pas pelajaran masing-masing. Semoga aja enggak bentrok
sama festival di Taman Musik,” Kenny berharap.
Shania
melihat layar ponselnya dan menunjukkan sebuah poster. “Teman-teman, ini,
jadwalnya udah diumumin!”
Kevin
menatap layar ponsel Shania yang menunjukkan poster itu. “Berarti tinggal
dua-tiga minggu lagi lah! Lho?! Connecting Rock juga tampil?!”
“Band
favorit lo?” tanya Kenny. “Oh, yang lagunya jadi nomor dua di Spotify ya setelah
Your Voice, My Voice-nya Key? Gue
pernah dengar.”
“Iya
lah! Mereka enggak kalah populer sama Key!”
“Lo
jadi makin excited banget,” gumam
Dika.
Kevin
bersemangat mengepalkan tangan kanannya ke atas. “Ngelihat Connecting Rock juga
tampil, kita juga harus makin semangat buat tampil di panggung yang sama! Kita
akan tampil dan menyampaikan musik kita pada penonton di Taman Musik nanti!”
Comments
Post a Comment