Alpinloch: Another World Episode 2
Arriving in Another World II
“Anna, kamu baik-baik saja?” Mark menatap Anna
ketika mereka telah lolos dari kejaran tentara kerajaan untuk sementara waktu.
“Aku
tidak apa-apa,” jawab Anna.
Mark
menegakkan kepala untuk melihat sekeliling hutan. Sebuah pohon bekas tebangan
menjadi tempat singgah sementara bagi mereka berdua untuk mengumpulkan napas
sehabis berlari.
“Apa yang harus kita lakukan sekarang?” tanya
Anna.
“Tidak
tahu. Yang jelas, kita cari kota terdekat dari sini,” jawab Mark. “Seingatku,
di sekitar sini ada kota yang bernama Springmaple.”
“Kamu
tahu darimana?”
Mark
tentu saja akan berbohong lagi untuk menjawab pertanyaan Anna, karena dia
begitu ingat setiap nama kota di Alpinloch
Kingdom berdasarkan deskripsi tempatnya. Mark mulai bernapas untuk menjawab
pertanyaan itu.
“Putri
Anna!” sahut seorang pria dari belakang yang memotong jawaban Mark.
Anna
berbalik bahagia ketika menatap seorang pria berjenggot coklat dengan seragam
zirah sama dengan ksatria kerajaan. Mark berbalik menatap pria itu sambil
menunjukkan pedangnya.
“Tidak
apa.” Anna mengangkat tangannya pada Mark. “Dia Ashmore, pengawal setiaku.
Ashmore, tidak apa, dia menyelamatkanku.”
Entah
mengapa, Mark berpikir dirinya secara spontan bersiap untuk menyerang Ashmore
yang juga merupakan salah satu ksatria kerajaan. Dia teringat kembali bahwa
Ashmore adalah pengawal paling setia bagi Anna dan kedua orangtuanya di
kerajaan Alpinloch.
“Begitu.
Anna, kamu baik-baik saja?” Ashmore melangkah menemui Anna.
“Ya.
Aku tidak apa-apa,” jawab Anna.
Mark
mengangkat tangan untuk bertanya seakan-akan tidak tahu apa yang telah terjadi.
“Anna, sebenarnya apa yang telah terjadi di kerajaan? Apa yang menyebabkan
ayahmu tewas?”
“Anu
…,” Anna mencoba untuk menjawab.
Ashmore
mengambil alih untuk menjawab pertanyaan Mark. “Sebenarnya, ayah dari Anna,
raja Thais, tewas sehabis memakan makan malamnya yang telah diracuni, tepat di
depan seluruh anggota kerajaan. Ibunya Anna, Ratu Madalena, merasa hal buruk
akan terjadi ketika adik dari raja Thais, Lucius, menggantikannya.
“Ternyata
firasat sang ratu benar-benar menjadi kenyataan, Raja Lucius ingin mengambil
alih setiap kota dan mengubahnya agar setiap rakyat tunduk padanya. Tentu saja
ratu tidak ingin hal itu terjadi, beliau dipenjara sebelum menyuruh kami untuk
melarikan diri dari kerajaan.
“Selain
itu, Anna bukan hanya sekadar putri dari kerajaan Alpinloch, dia juga … sangat
spesial.”
Mark
mengulang, “Sangat spesial?”
“Benar.
Makanya Raja Lucius benar-benar menginginkannya. Raja Lucius ingin mengandalkan
kekuatan Anna agar beliau bisa memperluas kekuasaannya dengan lancar.”
“Jadi,
apa yang akan kalian lakukan sekarang?”
“Kalau
kami kembali ke kerajaan, tentu saja sudah terlambat. Kami hanya bisa berlari
dan menunggu agar pasukan kerajaan berhenti mengejar kami.”
Mendadak,
Mark teringat ketika dia mulai membaca bab-bab terakhir dari Alpinloch Kingdom, yaitu ketika Raja
Thais terbunuh sehabis memakan hidangan yang telah diracuni hingga Ratu
Madalena berasumsi bahwa Raja Lucius adalah dalangnya. Konflik-konflik dalam
bab terakhir itulah yang menyebabkan akhir menggantung dan tidak memuaskan,
yaitu ketika Anna dan Ashmore melarikan diri dari kerajaan setelah raja Lucius
mengambil alihnya.
Mark
menguatkan genggaman pada pedangnya. “Kalau pasukan kerajaan tidak mau berhenti
juga, apa boleh buat, lebih baik kita kembali dan lawan raja Lucius.”
“Tunggu!
Kamu tidak bisa ikut campur dengan urusan kami begitu saja, kan?” Ashmore
dengan ragu berkata.
“Ashmore!
Aku akan ikut kalau memang ingin menyelesaikan masalah kalian. Inti masalah
kalian ada di Raja Lucius itu sendiri. Dia memang yang bertanggung jawab atas
kematian Raja Thais. Aku juga yakin berdasarkan hal yang kamu katakan kalau
Ratu Madalena juga dalam bahaya, beliau masih di dalam penjara.”
Ashmore
menatap Anna yang kini melihat dengan penuh harap tergambar pada kedua matanya.
Dia menundukkan kepala sebentar untuk membuang napas setelah mendapat usul dari
Mark.
“Ashmore?”
ujar Anna.
Ashmore
mengangguk. “Baiklah. Siapa namamu, anak muda?”
“Mark.”
Mark menunjuk dirinya menggunakan jempol.
“Mark,
ini akan menjadi sangat berbahaya, jadi aku mau kamu mengikuti perintahku, itu
saja.”
“Baiklah!”
Anna
memberi usul, “Mark bilang, lebih baik kita ke kota terdekat untuk cari aman.”
“Kota
yang terdekat dari sini Springmaple. Sudah mau larut, nanti setelah istirahat
di sana, kita langsung pergi. Bisa jadi pasukan kerajaan menyusup ke kota itu
saat kita di sana nanti. Terlalu berbahaya kalau kita di sana terlalu lama,”
jawab Ashmore.
“Begitu,
pantas aku ke sini sudah sore,” Mark bergumam sendiri, mengingat waktu dirinya mengirim
email aneh pada larut malam sebelum
ke dunia itu.
“Sebaiknya
kita bergegas!” Ashmore mulai melangkah.
***
“Omong-omong,
Ashmore. Entah ini menganggu atau tidak, bisa ceritakan bagaimana Anda dan Anna
melarikan diri dari kerajaan?” tanya Mark ketika langit di atas hutan mulai
berubah warna menjadi gelap.
“Sudah
semakin gelap saja. Hutan ini cukup luas. Untunglah tidak ada pengawal yang
mengawasi di sekitar sini,” ucap Anna melihat sekeliling jalan penuh pepohonan
lebat dan rerumputan.
Ashmore
menjawab cerita Mark, “Sebenarnya ceritanya cukup panjang.”
“Ayolah,
Anda bisa mempersingkatnya saja,” usul Mark.
Mark
kembali ke dalam benaknya dan memutar kembali setiap halaman terakhir novel
yang telah dia baca. Alpinloch Kingdom memang
berakhir menggantung ketika sang antagonis, raja Lucius, telah diangkat menjadi
sang raja dan menikahi sang ratu.
Mark
juga berpikir setelah jalan cerita novel itu berakhir, Anna akhirnya melarikan
diri bersama Ashmore, pengawal setianya. Hal itu sama sekali tidak dijelaskan
pada bab terakhir atau epilog dari novel itu. Mark benar-benar butuh penjelasan
dari Ashmore bagaimana Anna bisa melarikan diri dari kerajaan.
Ashmore
menjelaskan, “Aku tidak bisa menjelaskan sangat detail. Kami melarikan diri
dengan diam-diam saat sang ratu rela mengorbankan dirinya untuk masuk penjara.
Kami mencuri balon udara kerajaan untuk terbang melarikan diri. Saat kami dalam
perjalanan, kami menyadari bahwa pasukan kerajaan mengejar kami.
“Kami
diserang bertubi-tubi dengan serangan udara. Kami sama sekali tidak mampu untuk
membalasnya. Hal yang bisa kami lakukan hanyalah mendaratkan balon udara dengan
cara tidak aman. Ketika aku sudah sadar, Anna sudah tidak ada, kami terpisah.
Pada akhirnya, kamu menemukan Anna, aku bisa bernapas lega.”
Mark
menggelengkan kepala. “Rumit juga.”
“Sepertinya
kita sudah dekat!” seru Ashmore.
“Baiklah!”
Mark kembali berlari dengan bersemangat tidak peduli dengan apapun kecuali
hanya untuk mengantarkan Anna dengan selamat menuju tempat aman.
Ashmore
menyadari beberapa anak panah meluncur menuju tepat pada mereka. Dia berlari
memperingatkan Mark, “Tunggu!”
Ashmore
dengan cepat menyusul Mark yang menghentikan langkah ketika menyadari beberapa
anak panah bermunculan dari tempat persembunyian pepohonan di samping depan
mereka. Ashmore menggenggam pedangnya dan menyabet beberapa anak panah itu
sekaligus.
Anna
juga menghentikan langkahnya ketika dirinya berdiri di belakang Mark. Dia
menutup mulut dengan kedua tangan, terkejut dengan beberapa pasukan kerajaan
yang telah bersembunyi di sekitar pepohonan depan mereka.
“Sial!”
umpat Mark.
“Fu
fu fu ….” Suara tawa terdengar ketika seorang pria rambut panjang dan berjubah
biru melangkah keluar dari pohon persembunyiannya.
“Ah!”
umpat Anna kaget.
“Oberon!”
Ashmore mengenali pria itu ketika beberapa pasukan pemanah ikut keluar dari
tempat persembunyian.
“Ashmore.
Ternyata kamu cepat menyadari juga.” Oberon menghentikan langkah ketika dia
berhenti bergeser di depan mereka. “Ternyata kamu ingin mengantar Anna menuju
kota terdekat, Springmaple. Sayang sekali, kamu rela berkhianat atas nama ratu Madalena
untuk membawa putri Anna melarikan diri bersamamu.
“Atas
nama Raja Lucius, kami akan menghajar kalian semua! Semuanya, tembak!” seru Oberon.
Seluruh
pasukan pemanah mulai memanfaatkan kekuatan jarak jauh mereka dengan menembak
beberapa anak panah menuju Ashmore. Ashmore kembali mengayunkan pedangnya untuk
menangkis setiap anak panah yang meluncur menuju dirinya.
“Mark,
cepat bawa Anna lari!” perintah Ashmore.
“Ashmore!”
jerit Anna menggeleng.
“Ah!”
Ashmore terselip ketika salah satu anak panah meraih kaki kanannya.
Mark
terdiam. “Ashmore!”
“Mark,
cepat lari!” seru Ashmore. “Jangan khawatir tentang diriku!”
“Tapi,
bagaimana denganmu?”
“Aku
akan menahan mereka untuk sementara waktu! Kalian lari duluan ke Springmaple!
Aku mungkin takkan ikut kalian!”
“Ashmore!!”
jerit Anna.
“Apa
boleh buat! Anna, ayo!” Mark berbalik menarik tangan kiri Anna dan mulai
berlari.
Anna
menjerit panik menatap ke belakangnya, “Ashmore! Ashmore!!”
“Lewat
sini!” Mark berbelok kiri sambil mengenggam tangan kiri Anna. “Apa?”
“Ah!”
jerit Anna.
Lima
orang ksatria kerajaan akhirnya berdiri menunggu di hadapan mereka dan
menggenggam pedang. Langkah Mark dan Anna terhenti ketika menatap kelima ksatria
kerajaan itu mulai menunjukkan pedang tajam pada mereka.
“Gawat!”
jerit Anna.
“Masih
ada lagi?” teriak Mark. “Anna, tetaplah di situ. Aku akan menghajar mereka.”
“Mark,
jangan!”
Mark
berlari mengayunkan pedangnya menghadapi kelima ksatria kerajaan yang mulai
berlari menghadapinya. Dia menjerit menebas baju zirah setiap pasukan dengan
keras. Tiga orang ksatria itu terhempas terjatuh akibat serangan Mark.
Mark
menatap sebelah kanan tidak menyadari salah satu dari mereka mengayunkan pedang
menuju tepat pada perutnya. Dia berbalik menahan serangan itu dengan pedangnya
dan menebas ksatria itu tepat pada perutnya. Dia juga menghantam satu ksatria
kerajaan yang berlari mengayunkan pedangnya.
Meski
sempat lengah, Mark mampu melumpuhkan ksatria kerajaan terakhir di depannya
dengan berputar dan menebas baju zirah dengan keras. Ksatria itu akhirnya
terjatuh bersama dengan keempat rekannya.
Mark
menarik napas ketika menyaksikan seluruh ksatria yang telah dia hadapi
tergeletak di tanah depannya. Di saat yang sama, tubuhnya mendadak mulai goyah
ketika berbalik menatap Anna.
“Mark!”
Anna memperhatikan tubuh Mark yang goyah.
Mark
menahan diri agar tidak terjatuh dengan menggelengkan kepala dan tubuhnya. Dia
tahu kondisinya saat itu ketika perut berbunyi tanpa perlu peduli. “Anna, ayo!”
Dia tetap mengulurkan tangan pada Anna.
“Mark
….” Anna tetap menggelengkan kepala sambil menggenggam tangan Mark untuk
kembali melarikan diri.
Lama
kelamaan, Mark yang memimpin berlari mulai melambat akibat tubuhnya benar-benar
goyah, seakan-akan kehabisan tenaga sehabis berlari dan melawan para ksatria
kerajaan. Pandangannya mulai berputar-putar seiring seluruh tubuhnya mulai
melemaskan diri.
Pada
akhirnya, Mark tidak mampu menahan kondisinya lebih lama lagi. Dia terjatuh ke
samping dan menutup mata tidak sadarkan diri. Anna yang berhenti berlari
berlutut menemui Mark yang telah jatuh pingsan.
“Mark?
Mark?? MARK!!” jerit Anna mencoba untuk menggerakan tubuh Mark untuk
membangunkannya.
Comments
Post a Comment