Alpinloch: Another World Episode 4
Arriving in Another World IV
Ini bukan
duniamu ….
Kalimat
yang pria bertopi jerami katakan pada Mark tadi benar-benar membekas di
benaknya, seakan-akan menghantui dirinya. Kalimat itu menjadi peringatan
baginya bahwa Mark seharusnya tidak berada di dunia novel fantasi favoritnya
itu.
Tetapi,
Mark sudah telanjur mendarat di dunia novel fantasi favoritnya karena
mengirimkan sebuah email mengungkapkan
ketidakpuasan saat membaca akhir ceritanya. Mau tidak mau, dia mempunyai tujuan
untuk menyelesaikan cerita yang berakhir menggantung dan tidak memuaskan itu.
Di saat yang sama, dia juga ingin membuat akhir cerita yang jelas dan memuaskan
bagi dirinya,
Mark
berjalan dengan pelan menuju meja makan, tidak tahan dengan kebingungan mengapa
ada orang yang tahu bahwa dirinya bukan berasal dari dunia novel fantasi itu.
Padahal, dia sama sekali tidak memberitahu Anna dan Jason mengenai
identitasnya, apalagi kepada orang asing sekalipun.
Kedua
tangannya kini menyentuh meja makan yang mulai lapuk itu. Kecemasan mulai
menghantui Mark ketika peluh semakin bercucuran di tubuhnya, masih memikirkan
perkataan pria bertopi jerami itu.
“Mark?”
sahut Jason sambil membuka pintu untuk masuk. “Mark?”
Mark
berbalik dengan respon cepat, ketakutan hingga harus menarik napas mengira
Jason adalah pria bertopi jerami yang sengaja menyusup ke rumah itu. Mark
akhirnya bisa bernapas lega bahwa orang yang memasuki rumah itu benar-benar
Jason.
Jason
menutup pintu sambil bertanya, “Kamu baik-baik saja?”
“Kamu
mengagetkanku,” jawab Mark sambil menggelengkan kepala.
“Kamu
tidak bisa tidur?”
Mark
mengabaikan pertanyaan itu. “Jason, ada roti lagi tidak? Anna bilang dia juga
belum makan. Kalau tidak, apakah ada sesuatu yang bisa dimakan?”
“Oh,
itu secuil roti terakhir. Sepertinya aku juga masih punya sesuatu yang bisa
dimakan.”
Jason
berjalan menuju lemari dapur dekat tungku api dan membukanya. Begitu terbuka,
lemari itu hampir kosong, hanya ada sepotong keju berbentuk segitiga. Jason
mengambilnya dengan hanya satu genggaman.
“Setidaknya
kita masih punya keju. Semoga cukup buat Anna,” ucap Mark.
“Sebaiknya
setelah ini, kita tidur. Ini akan menjadi perjalanan yang cukup panjang bagi
kalian juga,” ucap Jason. “Oh ya, kita juga harus memberimu baju baru, kurasa
kamu akan terlalu menonjol dengan pakaian seperti itu. Lagipula, aku bahkan
tidak tahu kalau pakaian itu akan membuatmu benar-benar nyaman saat bertarung
nanti.”
Perkataan
Jason tadi membuat Mark kembali menatap pakaian yang dia kenakan. Dia sama
sekali tidak berganti pakaian sejak menerima email misterius yang mengirimnya
ke dunia fantasi novel favoritnya.
Mark
benar-benar tidak menyangka bahwa Jason akan memperhatikan pakaiannya yang
benar-benar akan membuat dirinya menonjol saat berpetualang nanti. Kini, dia
masih memakai kaos hitam dan celana training
biru yang semula dia pakai ketika masih berada di apartemennya.
“Mark,
dengar tidak?” Jason membuyarkan pikiran Mark.
“Oh.
Kenapa?” tanya Mark pura-pura tidak memperhatikan.
“Mark,
pakaianmu sepertinya tidak pernah kulihat sebelumnya, begitu juga dengan beberapa
warga kota ini. Nanti kamu malah mencolok dan mungkin membahayakan kita semua.
Besok, aku ambilkan baju yang harus kamu pakai, pokoknya harus!”
Mark
tertawa kecil sebelum berkata, “Ayolah, apa itu benar-benar perlu?”
***
Begitu
sinar mentari mulai menghiasi seluruh kota dengan terangnya, Jason dan Anna
memandang penampilan baru Mark yang sebenarnya hanya diberi tambahan. Mark
masih mengenakan pakaian yang sama persis, bedanya, kedua lengannya kini juga
terhiasi oleh pauldron baja.
Mark
dapat melihat kedua pauldron yang dia
kenakan pada kedua lengannya telah terdominasi oleh karat kecoklatan. Dia juga
memutar kedua lengannya dengan cepat meski telah terbebani oleh pauldron itu.
“Bagaimana
menurutmu? Karena kamu memaksa ingin tetap berpakaian seperti itu, jadi kamu
hanya tinggal memakai kedua pauldron itu
agar kamu tidak terlalu menonjol seperti tadi. Hanya saja, penampilanmu masih
sedikit menonjol,” Jason menilai penampilan Mark.
“Apa
itu perlu dikatakan dua kali?” tanya Mark.
Mark
menatap wajah Anna benar-benar tertegun ketika menatap penampilan barunya.
Dapat terlihat kedua pipi Anna benar-benar memerah seakan-akan tidak tahan
ingin melihat pakaian yang Mark kenakan saat itu.
“Anna,
bagaimana penampilanku?” Mark memutuskan untuk meminta pendapat Anna.
“Anu
…. Kamu memang …. Benar kata Jason tadi, kurang lebih sama. Hanya saja … dengan
pauldron di kedua lenganmu itu … kamu
terlihat lebih gagah seperti pengawal pribadiku.”
Begitu
Anna mengatakan pengawal pribadi, entah
mengapa Ashmore terpampang pada pikiran Mark. Dia mengingat saat terakhir kali
dirinya dan Anna harus meninggalkan Ashmore yang rela berkorban untuk kembali
ke kerajaan Alpinloch.
“Mark?”
Anna memasang wajah masamnya. “Apa … aku … terlalu … berlebihan?”
Mark
kembali buyar begitu mendengar pertanyaan Anna. “Eh? Tidak. Kalimat yang kamu
katakan benar-benar membuatku semangat!”
Kedua
pipi Anna kembali memerah ketika Mark tersenyum padanya. Pikirannya kini penuh
dengan ketegangan karena tidak tahu harus membalas dengan kalimat apa terhadap
Mark. Tubuhnya gemetar karena rasa malu telah menyelimuti pikirannya.
Jason
berusaha untuk mengalihkan perhatian ketika Anna semakin tidak tahu harus
berkata apa. “Oh ya, beruntung kamu tidak mengenakan gaun, Anna. Takkan
merepotkan kalau kamu memakai baju seperti itu.”
“Benarkah?”
ucap Anna teralihkan.
“Omong-omong,
bagaimana kita pergi menuju kerajaan Haven?” tanya Mark.
“Sebenarnya
bisa langsung melewati hutan di sebelah utara Springmaple, tetapi kudengar
baru-baru ini pengawal dari kerajaan Alpinloch memblokir jalan utamanya. Jadi,
kita akan ke barat, kita akan melewati sungai menuju kota Sedona. Mungkin kita
bisa singgah di sana sebelum berangkat menuju kerajaan Haven,” Jason berbicara
sambil berbalik mengambil tas berisi beberapa anak panah dan busurnya di dekat
perapian.
Mark
memperhatikan tas dan busur yang Jason ambil. “Wow, kamu juga pemanah ternyata.”
“Memang,
hehe. Kamu tidak melihatnya semalam ya?” Jason membalas.
Mark
berbalik mengambil pedangnya di samping meja makan. “Sebaiknya kita bergegas
menuju kerajaan Haven! Semoga pengawal kerajaan Alpinloch tidak menemukan kita.
Ayo!”
Mark,
Anna, dan Jason dengan cepat melangkah keluar dari rumah itu setelah bergegas
mempersiapkan diri. Jason menutup pintu dengan rapat begitu mereka telah melihat
keramaian kota dengan penduduk.
Salah
satu dari mereka, yaitu wanita rambut merah, menemui Jason untuk menyapa.
“Jason, kudengar kamu akan berpetualang menuju kerajaan Haven. Oh, ada Putri
Anna juga?”
Jason
menjawab, “Aku ingin melihat seluruh dunia seperti apa. Mereka juga punya
tujuan utama untuk berpetualang. Tentu saja aku harus ikut.”
“Jason,
terimalah.”
Wanita
itu menyerahkan sebuah tas ransel merah yang dia genggam kepada Jason. Mark
menatap tas ransel itu hampir mirip dengan tas ransel yang ada di dunia nyata.
Mark heran mengapa penulis novel Alpinloch
Kingdom sebisa mungkin membuat hampir segala hal semirip di dunia nyata.
“Eh?
Padahal aku tidak akan membawa begitu banyak barang yang akan merepotkan nanti,”
jawab Jason heran.
“Tidak
apa-apa. Lagipula, kamu akan menemukan barang-barang yang kamu perlukan,
terutama permata yang kamu butuhkan untuk membeli sesuatu.”
Permata
umumnya di dunia novel Alpinloch Kingdom sudah
dijadikan mata uang untuk transaksi jual beli di manapun. Semakin mahal barang
yang benar-benar diinginkan, semakin banyak permata yang dibutuhkan. Mata uang
permata sama sekali tidak memandang jenis dan warnanya.
“Tidak
usah repot-repot, Bu,” ucap Jason malu.
“Sudah,
ambil saja. Terima seratus permata untuk berjaga-jaga.”
Wanita
itu tetap memberikan seratus permata yang telah terbungkus kain dan tali pada
Jason yang harus menahan malu karena tidak begitu enak merepotkan tetangga.
Satu per satu, beberapa penduduk Springmaple mulai berdatangan setelah
menghentikan aktivitas masing-masing.
Mark
berkomentar pada Jason, “Apa mereka tidak terlalu berlebihan tentang ini?”
“Temanku
juga sebelumnya pergi meninggalkan kota ini beberapa hari yang lalu. Sama
persis seperti situasi ini,” jawab Jason lugas.
Pria
rambut coklat berkemeja putih dan rompi coklat juga ikut berpesan pada Jason,
“Kamu juga ingin mengikuti temanmu, memulai petualangan untuk melihat dunia.
Pergilah. Lihat lebih banyak apa yang dunia sampaikan padamu.”
Jason
mengangguk. “Ya!”
“Hati-hati.”
“Hati-hati,
semuanya! Aku berangkat dulu!”
Mark
dan Anna pamit mengangguk dan mengangkat kedua tangan mereka sambil mulai
berjalan melewati beberapa bangunan kota menuju jalan keluar yang terletak di
sebelah utara. Jason juga menatap seluruh masyarakat Springmaple melambaikan
tangan seraya pamit pada mereka bertiga.
Begitu
mereka mulai meninggalkan daerah kota, semak-semak dan pepohonan mulai
menyambut awal perjalanan. Begitu pula dengan beberapa rusa dan kelinci yang
berlarian di rerumputan.
“Memang
jalan keluar menuju Sedona dan kerajaan Haven hanya ini dari Springmaple?”
tanya Mark.
Jason
mengangguk ketika menyerahkan tas ransel dan sebungkus seratus permata pada
Anna. “Hanya ini satu-satunya jalan keluar sebelah utara.”
“Le-lepaskan
aku!”
Mereka
bertiga menghentikan langkah ketika menyaksikan seorang gadis rambut pink
panjang yang mengenakan baret hitam dan gaun pink dengan rok pendek sedang
terhadang oleh dua orang lelaki perlente.
Dua
lelaki perlente itu tergoda dengan lekuk tubuh gadis rambut pink akibat dari
pakaiannya yang begitu terbuka. Memang tidak ada alasan lagi mengapa kedua pria
itu ingin menghadang gadis itu, alasannya cukup jelas.
“Lepaskan!”
Salah
satu lelaki perlente itu merespon, “Ayolah, kami hanya ingin mengajakmu untuk
bersenang di pagi yang cerah ini. Jarang sekali ada gadis yang berpakaian
seperti––“
“Ledakan
tak terduga!!” Gadis itu membuat ledakan seperti bom tepat pada wajah kedua
lelaki perlente itu untuk meloloskan diri.
“Sialan!”
jerit salah satu lelaki perlente itu sebelum mengejar sang gadis rambut pink.
“Berhenti! Kamu akan bertanggung jawab dengan mukaku!”
“Sudah
kubilang aku tidak mau!!” jerit gadis rambut pink yang berlari tepat mendekati
Mark, Jason, dan Anna.
Sekali
lagi, Mark berbicara dengan pikirannya sendiri. Gadis rambut pink itu juga
tidak ada di dalam jalan cerita novel Alpinloch
Kingdom sama sekali. Benar-benar tak disangka bahwa gadis rambut pink itu
juga seorang penyihir tanpa harus menilai dari pakaiannya yang benar-benar
terbuka.
Gadis
rambut pink itu mulai bersembunyi tepat di belakang Mark demi menghindari
lelaki perlente itu. Gadis itu dengan erat menggenggam lengan kanan Mark sambil
menyandarkan dada di punggungnya.
“Eh?”
Mark tertegun ketika dada gadis itu bersentuhan dengan punggungnya.
“Kalian
harus tolong aku! Ada orang jahat yang mengejarku!” gadis rambut pink itu
meminta tolong.
“Eh?
Kenapa harus kami?” ucap Jason juga tidak dapat menahan kaget.
“Pokoknya
tolong aku! Mereka orang jahat!”
Mark,
Anna, dan Jason terdiam kebingungan ketika dua lelaki perlente yang gadis
rambut pink itu sebutkan sebagai orang jahat menghentikan langkah dengan napas
terengah-engah. Baru saja memulai petualangan dari Springmaple, mereka sudah
terlanda sebuah masalah, masalah yang tidak kecil.
“Minggir!
Siapa kalian?” sahut salah satu lelaki perlente itu.
Jason
menjawab, “Anu … kami baru saja memulai petualangan kami.”
“Petualangan
katanya? Memang omong kosong sekali ya?”
“Apa
kamu bilang?” Jason mulai mengerutkan wajahnya.
“Ah
…. Maksudku serahkan gadis rambut pink itu kalau tidak mau––“
“Bukan,
bukan itu,” Jason menegaskan. “Tadi kalian bilang memulai petualangan itu omong
kosong sekali, bukan? Ada yang kalian ingin bicarakan tentang itu?”
Lelaki
perlente itu tanpa ragu menjawab, “Benar. Kalian ini dari Springmaple ya?
Katanya mayoritas dari masyarakat Springmaple tetap di kota untuk membangun
kota dan keluarga mereka, kan? Pantas saja, jarang sekali ada orang Springmaple
seperti kalian yang ingin keluar kota demi kebahagiaan keluarga mereka.
“Lagipula,
jarang sekali orang seperti kalian yang benar-benar ingin melindungi gadis
berpakaian terbuka seperti dia, mungkin kalian berdua sebagai laki-laki memang
mesum? Kalian ingin menambah wanita lagi selain gadis yang kalian bawa? Kalian
memang penggoda wanita ya?”
Jason
mulai merasakan api di dalam tubuhnya ketka salah satu lelaki perlente rela
mengejeknya sebagai warga Springmaple. Tanpa ragu lagi, dia menambil busur dan
salah satu anak panah ketika api amarah menguasai tubuhnya.
“Keterlaluan!
Kalian memang kele––“
Perkataan
Jason dan upayanya untuk memberi kedua lelaki perlente di hadapan mereka
pelajaran terhenti ketika Mark dengan cepat mengayunkan pedangnya. Mark
mengarahkan ujung pedang yang tajam tepat pada leher lelaki perlente yang
mengejek mereka.
Jason,
Anna, dan gadis rambut pink tercengang ketika Mark dengan cepat bereaksi dengan
menempatkan bagian tajam pedangnya mengarah pada leher salah satu lelaki
perlente. Tekanan pada kedua lelaki perlente di hadapan mereka telah melebihi
reaksi Jason, Anna, dan gadis rambut pink.
“Hi
… Hiiii!!” jerit kedua lelaki perlente itu.
“Kalian
… berani sekali menghina temanku yang berasal dari Springmaple! Kalian takkan
tahu apa tujuan dari petualangan kami untuk selain melihat dunia,” Mark mulai
mengancam.
“Mark!”
Jason menegur.
“Larilah.
Larilah sampai kalian tidak pernah melihat kami lagi. Kalau kalian masih saja
menganggu kami, apalagi sang gadis rambut pink, akan kucincang tubuh kalian!”
Ketika
Mark menurunkan pedangnya, kedua lelaki perlente itu benar-benar tertekan.
Keringat dan ketegangan terpampang jelas pada wajah mereka. Kedua lelaki itu
berjalan mundur hingga harus berbalik berlari meninggalkan mereka berempat.
“Hiiii!!
Lebih baik kita kabur saja!!” Itulah kata-kata terakhir lelaki perlente yang
akhirnya jauh meninggalkan mereka.
“Wow,
kalian hebat,” puji gadis rambut pink itu. “Terima kasih banyak! Entah kenapa
orang jahat seperti mereka rela mengejarku.”
Mark
dengan malu menerima pujian itu. “Hehe, tadi itu hanya pura-pura. Kami hanya
kebetulan lewat. Entah kenapa aku … hanya merespon seperti itu. Aku tidak bermaksud
seperti itu.”
“Kalian
… memang ingin berpetualang ya?”
Jason
menjawab, “Iya. Tentu saja!”
“Kalau
begitu bolehkah aku juga ikut dengan kalian?” tanya gadis rambut pink
bersemangat.
Tentu
saja Mark sudah tahu apa yang akan terjadi jika gadis rambut pink itu ikut
dengan mereka. Dia akhirnya menjawab, “Uh, kamu tidak usah repot-repot ikut
dengan kami hanya ….”
Ketika
Mark belum sempat menyelesaikan jawabannya, Anna memotong, “Mark, kurasa kamu
membuatnya menangis!”
Kedua
gadis rambut pink itu benar-benar berkaca-kaca ketika mendengar jawaban Mark.
Gadis itu juga akhirnya memasamkan wajahnya hingga harus benar-benar memelas.
“Ja-jadi,
kalian tidak ingin aku ikut? Padahal aku butuh teman untuk berpetualang
mengelilingi dunia!”
Jason
memperingatkan, “Jangan menangis!! Kamu ikut kami! Titik!”
“Hah?
Apa katamu?” ucap Mark tercengang.
“Sudahlah,
Mark. Gadis ini bisa ikut sebagai balas budi karena kita telah menolongnya.
Kurasa gadis ini juga butuh berpetualang. Jadi, mau bagaimana lagi.”
“Benar!”
Gadis rambut pink itu mengubah mood-nya.
“Aku tidak sabar ingin memulai petualangan dengan kalian bertiga!!”
“Memang,
gadis ini punya semangat tinggi.”
“Oh
ya!” Gadis itu akhirnya memperkenalkan diri. “Aku lupa memperkenalkan diri.
Namaku Justice, salam kenal. Aku berasal dari Oakwood.”
“Oakwood,
kota di sebelah timur laut kerajaan Haven bukan?” ulang Jason. “Kota yang
banyak penyihirnya?”
“Benar!
Makanya aku ingin berpetualang mengelilingi dunia, aku bosan tetap di Oakwood
saja. Oh ya, apa tujuan kalian berpetualang?”
Mark
menjawab, “Oh ya, sebaiknya kita bergegas. Kita ceritakan sambil jalan saja.
Ayo.”
“Begitu
dong! Aku suka semangat orang sepertimu.” Justice mulai menggenggam tangan
kanan Mark dan menariknya berjalan.
“Tu-tunggu
dulu!!” seru Mark.
Anna
tersenyum menatap Jason. “Jadi, petualangan kita baru saja dimulai.”
“Tentu
saja.” Jason membalas senyuman Anna. “Tuan Putri.”
“Eh?
Aku bukan lagi Tuan Putri setelah
melarikan diri dari kerajaan Alpinloch!” ucap Anna ketika Jason mulai berjalan
menyusul Mark dan Justice.
Comments
Post a Comment