Arcade Station (Indonesian Version) Episode 10
Episode 10: Let’s Go to the Anime Convention!
-Dadadadadadadadadada-
MOVEMENT
RHYTHM COMMUNITY (90)
(5:35
PM) Ada licensed songs di IIDX tidak?
(5:35
PM) Katanya tidak ada lagu J-Pop
Hans Taggart
Tidak (5:36 PM)
Kebanyakan lagu original di IIDX
(5:36 PM)
Tidak ada gimmick vocaloid sama
touhou sama sekali (5:37 PM)
Toshiyuki Ryuzaki
Pantas lagu-lagu di IIDX kurang
begitu menarik (5:38 PM)
Ed
Kebanyakan lagu IIDX bagus! (5:39
PM)
Hans Taggart
^
(5:40 PM)
IIDX paling utama lagu
originalnya (5:40 PM)
Kebanyakan dari composer BEMANI
dan commissioned (5:41 PM)
Don Parrish
Ada yang ke AnimeCon besok? (5:42
PM)
Norcross Adamson
Aku! (5:43 PM)
Akhirnya bisa coba SDVX! (5:43
PM)
Aishiro Daichi
Aku juga (5:44 PM)
Toshiyuki Ryuzaki
Aku! (5:44 PM)
Ingin ke AnimeCon! (5:45 PM)
Aku nanti coba SDVX (5:45 PM)
Amy Kavanagh
Aku ingin melihat para cosplayer!
(5:45 PM)
Dave Scott
Bisa main SDVX sepuasnya (5:46
PM)
Don Parrish
Tidak semudah itu (5:46 PM)
Dave Scott
Kamu benar (5:46 PM)
Hans Taggart
Pasti banyak orang yang bakal
coba SDVX (5:47 PM)
Antreannya pasti pannjang (5:47
PM)
(5:47
PM) Damn, aku ingin menonton konsernya…
(5:47
PM) Aku tak menang tiket gratisnya sama sekali
(5:48
PM) T_T
***
“Pagi,
guys!” sapa Amy yang baru saja
membayar untuk sarapannya pada kasir sebuah toko kelontong.
Ed
memarkirkan mobilnya di dekat toko kelontong, sementara kebanyakan penumpang
yang akan pergi ke AnimeCon juga memasuki toko itu untuk membeli makanan untuk
perjalanan. Ward, Dave, Aishiro, dan Toshi melihat-lihat beberapa snack terpampang di setiap lemari.
Sementara
Hans, Don, Ian, dan Norcross masing-masing mengambil segelas minuman slushy untuk dalam perjalanan menuju
AnimeCon. Minuman slushy yang mereka
tuangkan berasal dari mesin dispenser menuju
gelas masing-masing.
“Pagi!”
sapa Ward sambil mengambil keripik kentang bermerek favoritnya. “Hans, masih
pagi, kalian ingin minuman dingin?”
“Sudah
panas di luar,” balas Ian.
“Aku
ingin kopi hangat,” ucap Toshi. “Onii-chan,
please.”
“Tidak,”
Dave dengan cepat menolak.
Hans
berkomentar selagi dia menutup segelas slushy-nya,
“Kurang lebih sekitar dua bulan sejak location
test Sound Voltex. Sudah musim panas!”
“Libur
sekolah, libur kuliah, semuanya liburan!” tambah Dave ketika dia mengambil dua
gelas kopi hangat.
“Semoga
kita dapat Sound Voltex dan IIDX di akhir musim panas, dan Museca juga.”
“Tentu
saja orang-orang, terutama yang suka anime dan budaya Jepang akan pergi ke
AnimeCon di kota sebelah,” kata Don.
“Aku
tidak yakin apakah kita akan tiba tepat waktu biar bisa main lebih awal,” ucap
Ian.
Amy
melanjutkan, “IIDX juga.”
“Skip IIDX saja aku,” jawab Aishiro.
***
“Kita
sudah sampai!” seru Toshi.
“Sebenarnya,
kita masih di luar,” balas Ian.
Mereka
berdiri beberapa meter dari gedung konvensi yang menjadi lokasi AnimeCon.
Mereka melihat beberapa pengunjung satu per satu berjalan memasuki gedung
setelah mengantre untuk menunjukkan gelang tiket masuk pada petugas keamanan.
“Jadi
berapa harganya?” tanya Ward.
“*harga
disensor*,” jawab Hans. “Sebaiknya kita cepat-cepat! Satu, dua, tiga, empat,
lima, enam, delapan, sebelas.”
“Ada
yang pernah ke AnimeCon sebelumnya?” tanya Ward penasaran.
“Bukan
aku,” jawab Ian dan Norcross bersamaan.
“Aku.”
Xephyr mengangkat tangan kanannya.
“Kamu
pernah?” tanya Aishiro heran.
“Biar
kutebak, aku datang ke konsernya juga?” tanya Ward lagi.
Xephyr
tertawa. “Ha ha, tentu saja tidak. Tiket konsernya terlalu mahal. Tahun lalu di
AnimeCon, tidak begitu banyak, hanya beberapa booth yang menjual merchandise
anime. Tahun lalu aku juga beli album terbaru LiSA.”
“Pasti
mahal sekali,” respon Amy.
“Tidak
ada makanan?” tanya Toshi.
“Ada
maid café di AnimeCon, jangan tanya
berapa harganya.”
“Demi
apa!” sahut Aishiro. “Apa juga ada stand makanan?”
“Guys! Ini dia!” Hans tiba membawa
sebelas gelang tiket masuk. “Ini dia, pakai seperti pakai gelang.”
“Keren!”
Dave mengenakan gelang tiketnya.
“Sekali
pakai, kalau mau dilepas, harus digunting,” ucap Ed.
“Tetap
pakai gelangnya di dalam. Sebelum keluar, petugas keamanan akan mengecek sekali
lagi gelang tiketnya,” tambah Xephyr.
Toshi
memandang semuanya memakai gelang tiket berwarna oranye itu pada pergelangan
tangan kiri. “Kita harus selfie!”
“Ingat,
bayar dulu,” pinta Hans.
“Onii-chan,”
Dave
langsung menolak permintaan Toshi, “Tidak!”
***
Ketika
mereka memasuki pintu masuk gedung konvensi setelah melewati petugas keamanan,
terlihat beberapa pengunjung yang berjalan-jalan dan mengambil gambar di
sekitar AnimeCon.
Ada
juga cosplayers yang berkostum persis
seperti beberapa karakter anime dan berjalan-jalan memamerkan hasil kerja keras
mereka. Mereka bahkan juga menjadi incaran pengunjung untuk mengambil foto
bersama.
Xephyr,
yang sebelumnya mengunjungi AnimeCon tahun lalu, tertegun ketika menyadari
pengunjung yang berdatangan lebih banyak, benar-benar di luar perkiraan.
Mereka
berjalan dengan pelan terkadang hampir menghentikan langkah karena lalu lintas
antar booth. Hans melihat peta
AnimeCon untuk mencari booth milik
Arcade Station. Dia menunjuk pada peta bahwa booth Arcade Station terletak di antara lokasi sesi tanda tangan
dan mini-stage.
Melewati
beberapa pengunjung yang berdiri untuk menonton beberapa acara di mini-stage, mereka akhirnya tiba di booth Arcade Station, di mana pengunjung
yang ingin bermain Sound Voltex dan Beatmania IIDX sudah mengantre untuk
menunggu giliran.
“Oh
sial …,” ucap Aishiro.
“Benar-benar
ramai!’ sahut Ian.
“Guys, kalian antre di barisan depan game yang kalian ingin mainkan. Aku main
IIDX,” ucap Hans.
“Aku
coba IIDX juga!” seru Ed berjalan
mengikuti Hans.
“Yang
mau coba Museca siapa saja?” tanya
Xephyr.
Aishiro,
Amy, Ian, dan Norcross menjawab dengan mengangkat tangan kanan sebelum mulai
berbaris menunggu giliran bermain Museca bersama
Xephyr. Barisan di depan mesin Museca tidak
terlalu panjang, tetapi setiap player dapat
menyelesaikan tiga stage dari game itu selama beberapa menit selagi
beberapa player di belakang menunggu.
Ward
menatap Dave, Don, dan Toshi sebelum ikut berbaris di depan mesin Sound Voltex, yang berisi lima player menunggu giliran. Di depan mesin Beatmania IIDX bahkan memiliki jumlah player menunggu di barisan.
“Mau
coba, Toshi?” tanya Don.
“Tentu
saja. Aku baru-baru ini sering lihat video Sound
Voltex.”
Ward
mengambil foto barisan di depan mesin Sound
Voltex sebelum dia kirim pada grup LINE. “Benar-benar ramai di luar
dugaan!”
“Tentu
saja banyak orang yang akan datang ke sini besok!” sahut Dave.
“Oh,
sudah ada balasan lagi! Banyak!”
***
MOVEMENT
RHYTHM COMMUNITY (90)
(12:32
PM) Ramai sekali!
Zeke
Besok ke sana (12:33 PM)
Damn… (12:34 PM)
Besok pasti lebih ramai daripada
ini (12:34 PM)
Raven
Memang banyak yang ingin main
game ini (12:34 PM)
Ken Williams
Namanya juga AnimeCon (12:35 PM)
Jangan harap bakal tak seramai
ini besok (12:36 PM)
Neal Harrow
Lebih baik menunggu rilis
officialnya (12:37 PM)
Xephyr
Museca cukup sepi! (12:38 PM)
Gavin Booth
Mungkin aku skip booth Arcade
Station di AnimeCon besok (12:39 PM)
Ray Anderson
Ke Jepang lagi minggu depan
(12:40 PM)
Toshiyuki Ryuzaki
Apa? Mau main Chunithm dan Sound Voltex di sana lagi? (12:41 PM)
Neal Harrow
Kalau ada teman kita di grup mau
ke Jepang (12:42 PM)
Tentunya bakal ke arcade (12:43
PM)
Aishiro Daichi
Tentu saja (12:43 PM)
***
Welcome to Museca 1+½!
Setelah
menunggu kurang lebih empat puluh menit, Ian akhirnya mendapat giliran bermain Museca di AnimeCon, dengan Amy, Aishiro,
Xephyr, dan Norcross menyaksikan di belakang. Ian dengan cepat melihat daftar
lagu game itu.
Setelah
melihat-lihat beberapa lagu, Ian memutuskan untuk bermain lagu Night of Knights dengan tingkat
kesulitan ORANGE untuk stage pertama.
Sebagai penggemar setia Touhou Project,
tentu saja memilih lagu Touhou Project untuk
mulai bermain sudah jelas.
Ketika
lagu mulai dimainkan, Ian mulai fokus pada layar mesin game dan menekan spinner dan
pedal sesuai dengan terpampang pada layar, menunjukkan bahwa Ian dengan cepat
menguasai game itu. Aishiro menatap
layar mesin Museca begitu tertegun,
kebingungan dengan note-note yang berjatuhan begitu cepat ke
bawah layar.
“Oh
man …,” ucacp Aishiro. “Aku tidak
tahu lagi apakah harus benar-benar main ….”
“Coba
yang gampang dulu, misalnya level 1 sampai 3?” tawar Xephyr.
Norcross
memandang barisan di depan Beatmania IIDX
dan Sound Voltex. “IIDX banyak yang ingin main. Ward bentar
lagi main.”
Ward
berbicara pada Dave, Don, dan Toshi ketika mendengar lagu yang dimainkan pada Sound Voltex, “Wow, masuk playlist
YouTube-ku kalau begitu.”
“Enak
sekali lagunya!” seru Dave.
Don
membaca judul lagu yang player di
depan Ward sedang mainkan selagi stage terakhir.
“Preserved Valkyria.”
“Mau
main lagu apa, Ward?” tanya Toshi.
“Aku?
Belum tahu. Kurasa aku bisa level 11 setelah clear lagu level 10,”
jawab Ward. “Atau mungkin level 12.”
“Apa?
Ultimate Chain?” sahut Dave menunjuk layar menunjukkan player itu mendapatkan all
combo.
“Wow.
Benar-benar tak terduga,” jawab Don.
“Aku
akan coba level 12 di stage pertama,”
ungkap Ward.
“Benar?”
tanya Dave.
“Dave,
ingat kan saat kamu suka Hoshi no Utsuwa setelah
main level 9 ADVANCED. Kamu belum main lagu level 8 waktu itu.”
“Ward,
giliranmu,” ucap Don ketika player sebelumnya
mempersilakan Ward.
Ward
dengan cepat menyentuhkan eAmuse ID card dan memasukkan PIN saat seorang
pegawai Arcade Station memberikan sebanyak enam kredit seperti yang dia minta.
Ward memilih Standard Mode sebelum memilih appeal
card untuk memulai game.
Dia
membuka folder Touhou Project untuk
memilih lagu. Terlihat bahwa dia sudah berhasil memainkan lagu Silent Story EXHAUST level 11 dengan rank A+. Dia juga berhasil menyelesaikan
lagu Runway Drive EXHAUST level 11
dengan rank A.
Dia
melihat-lihat lagu level 12 dengan tingkat kesulitan EXHAUST di dalam folder Touhou Project. Lagu-lagu yang
terpampang di layar di antaranya Bad
Apple!!, Hail Storm, Starlight Vision, Iro Wa Nioedo Chirinuru wo, dan Blue
Fire.
Dia
akhirnya memutuskan untuk bermain lagu Iro
wa Nioedo Chirinuru wo dengan tingkat kesulitan EXHAUST level 12. Dia juga
mengatur speed sebanyak 4.7x sebelum
lagu dimulai..
“Apa
tidak terlalu cepat?” tanya player sebelumnya
yang menonton Ward memainkan game itu.
Ward
memulai stage pertama sesuai
harapannya, dia menekan setiap tombol dan memutar knob sesuai pada layar tepat waktu, meski pun dia harus miss beberapa. Pada akhirnya, dia harus
kesulitan saat bagian memutar knob selama
reff.
Lebih
buruk lagi, dia terkejut ketika harus menekan dua tombol effector dan memutar knob kanan
secara bersamaan pada akhir lagi. Dia panik saat kesulitan hingga effective rate-nya kembali mencapai 0%.
Jelas, dia tidak mencapai effective rate 70%
yang berarti dia gagal dalam lagu itu.
TRACK CRASH
“Ah!!”
sahut Ward.
“Sial!”
ucap Toshi.
“Track crash pertamaku!”
“Wow,”
Dave tidak bisa berkata-kata.
***
“Akhirnya!”
Hans akhirnya mendapat giliran bermain Beatmania
IIDX.
Beatmania IIDX sebenarnya adalah
spin-off dari Beatmania, rhythm game pertama Konami yang
merevolusioner dunia game selamanya.
Mesin Beatmania dan Beatmania IIDX menyerupai meja DJ
lengkap dengan turntable. Bedanya, Beatmania memiliki lima tombol, Beatmania IIDX memiliki 7 tombol,
keduanya menyerupai tombol piano dan berwarna hitam putih sama persis.
Hans
berdiri menghadap layar sebelum menyentuhkan eAmuse ID card dan memasukkan PIN.
Setelah itu, dia ditawari dua mode,
Single Play dan Double Play. Dia memilih Single Play ketika dia hanya ingin
menggunakan bagian sisi kiri mesin.
Sekali
lagi, dia ditawari tiga mode, Step
Up, Standard, dan Class. Step Up bisa terpakai oleh player pemula sesuai daftar lagu rekomendasi, Standard untuk player yang ingin bermain IIDX seperti biasa, dan Class untuk
mengukur skill dengan bermain course empat lagu tanpa gagal. Hans
memutuskan untuk memilih Standard mode.
Setelah
itu, dia harus memilih lagu untuk stage pertama.
Terdapat lebih dari 900 lagu di IIDX,
kebanyakan lagu original. Khusus untuk memilih lagu, turntable berfungsi untuk menge-scroll
lagu. Tombol-tombol putih untuk memulai stage
dan membuka folder, tombol-tombol
hitam untuk menutup folder.
Hans
memilih lagu Dadadadadadadadadada dengan
tingkat kesulitan NORMAL level 5 untuk stage
pertama. Ketika menatap Hans memutuskan untuk memilih lagu itu, Ed sama
sekali tidak menyangka bahwa lagu memetic
akan terpilih untuk stage pertama.
Ada
delapan kolom di layar Beatmania IIDX selama
stage berlangsung, menunjukkan
masing-masing tombol dan turntable. Sebuah
bar horizontal akan turun pada
masing-masing kolom, dan player harus
menekan tombol yang benar (atau memutar turntable)
ketika bar menyentuh bagian bawah
kolom tepat waktu. Timing yang benar
untuk setiap note akan mengikuti
irama musik, jadi player harus
benar-benar jeli.
Setiap
kali tombol yang tertekan atau turntable terputar,
sebuah nada dari alat musik akan terdengar sesuai dengan irama. Untuk mendengar
lagu yang dimainkan dengan benar, player harus
berusaha untuk mendapat timing yang
benar. Ditambah, terdapat judgement (flashing
GREAT, GREAT, GOOD, BAD or POOR) berdasarkan ketepatan waktu player menekan tombol atau memutar turntable sesuai dengan bar yang berjatuhan di bagian bawah
kolom. Jika gauge mencapai 80%, player akan lolos dalam stage itu.
Aishiro
teralihkan ketika mendengar lagu yang dimainkan Hans selama stage pertama gilirannya bermain Beatmania IIDX. Dia tercengang mendengar
bagian Dadadadadadadadadada di awal
lagu. Dia dan Ed fokus mendengar lirik lagu itu.
hirari, harari to midare mai
koyoi sakimasu ichirin no hana
kiite kudasai
dadadadadadadadadada
tobikau shisen ROCK shite henbou
ayashii emi de uchinuite shoudou
sono kan, wazuka reitenni~sanbyou
hamukau sube wa nai masani senkou
isso
hana ni natte chou ni natte yoru ni natte
odore
hana ni natte chou ni natte yoru ni natte
odore
hana ni natte chou ni natte yoru ni natte
odore
hana ni natte chou ni natte yoru ni natte
daitai, nandakanda kuru zecchou
hadome wa kikazu koufun to nekkyou
buttobu yatsu kakete yo DJ
me no mae kyuu ni jigoku no DANCEHALL
hirari, hirari, kokoro ga hirari
yoru no BEAT ni mi wo makase
harari, harari, midarete harari
kurueru RHYTHM saa, ute!
dadadadadadadadadada
dadadadadadadadadada
dadadadadadadadadada
dadadadadadadadadada
dadadadadadadadadada
dadadadadadadadadada
dadadadadadadadadada
dadadadadadadadadada
kokoro ni karada ni kizamu kimi no BEAT
hana ni natte chou ni natte
ashita wa docchi dadada
“Wow!”
Hans telah berhasil menyelesaikan stage pertama.
“Keren
sekali!” seru Ed.
“Aishiro,
giliran kamu!” seru Amy.
“Oh!
Okay,” balas Aishiro.
***
“Tadi
benar-benar menyenangkan!” sahut Ian setelah keluar dari lokasi AnimeCon
bersama yang lain.
“Kalian
tadi datang salah satu booth tidak?”
tanya Amy.
“Tadi,
aku, Dave, sama Aishiro melihat booth
Aniplex, Sony Music, dan Banpresto. Banpresto ternyata punya Gunpla (Gundam
Plastic) yang keren sekali!” jawab Toshi.
“Kami
sempat motret di booth foto,” tambah
Aishiro.
“Aku
baru saja beli ini!” Norcross menunjukkan CD album Beatmania IIDX Original Soundtrack Vol. 1.
“Demi
apa! Sudah beli lagi!”
“Dari
booth EXIT TUNES, di depan booth Arcade Station. Di sana kalian
juga bisa beli CD album Vocaloid,” tambah Hans.
“YES! YES!” sahut Ward.
“Ward?”
Aishiro penasaran.
“Gavin
akan ke sini besok! Dia juga akan beri aku tiket konsernya! Gavin sebenarnya
beli dua, tapi sejak temannya tidak bisa datang, dia menawarkan tiket konsernya
padaku.”
“Kita
akan menginap di hotel malam ini, kan? Kita juga ke AnimeCon besok,” tanya
Xephyr.
“Banyak
orang yang akan datang besok, harus sampai sini jam tujuh,” saran Hans ketika
mereka meninggalkan gedung konvensi.
Comments
Post a Comment