Arcade Station Episode 2 (Indonesian Version)
Episode 02: First Gathering!! -Night of Knights-
Ward
tidak bisa berkata-kata begitu dia menyaksikan anggota komunitas yang telah
berkumpul di pusat dari Arcade Station membicarakan beberapa topik yang
berbeda. Mulai dari rhythm game,
anime, game lain yang berasal dari Jepang, dan spoiler film.
Ward
kembali mengambil ponselnya dan membuka aplikasi LINE, tidak memiliki ide topik
apa yang harus dia bicarakan sambil menunggu gilirannya bermain Maimai. Sayangnya, hanya beberapa yang
telah mengetik pesan chat baru-baru
ini.
“Aku
tidak tahu harus apa …,” gumam Ward.
“Hai.”
Toshi menepuk pundak Ward, mengagetkannya.
“Eh?!”
seru Ward.
“Oh
ya, kamu yang waktu itu ya? Aku Toshi,” Toshi memperkenalkan diri.
“Ward.
Salam kenal,” balas Ward.
“Untung
aku ingat saat dirimu main Maimai dengan
Onii-chan!”
“Onii-chan? Jadi Dave itu kakakmu?”
Toshi
menggeleng, “Bukan."
“Lalu,
kenapa kamu panggil dia Onii-chan?”
Toshi
menjawab, “Ya, aku ingin saja, kok. Aku juga tanya Dave apakah dia mau jadi Onii-chan-nya Toshi, akhirnya dia jawab
iya. Dari waktu itu, aku panggil dia Onii-chan.”
Dia mengalihkan pandangan terhadap mesin BlazBlue
yang tanpa pemain. “Oh ya, kamu main BlazBlue
juga, kan?”
“Iya,
memang kenapa?” tanya Ward. “Oh ya, BlazBlue
sedang kosong, kan?”
Ward
melangkah melesat mendekati salah satu mesin BlazBlue. Dia akhirnya duduk di depan salah satu mesin setelah
mengeluarkan kartu saldo dan Nesica ID Card (ID card khusus game menggunakan
server Nesica). Cabinet BlazBlue tersebut
telah terupdate menjadi versi terbaru, BlazBlue:
Central Fiction.
Begitu
game dimulai, Ward memutuskan untuk
menggunakan karakter Ragna the Bloodedge, pria rambut putih berjubah merah yang
juga tokoh utama dari BlazBlue. Dia
akhirnya memilih Act 3 untuk
menyelesaikan game itu. Lawan
pertamanya adalah Arakune.
“The Wheel of Fate is Turning! Rebel one,
ACTION!” Itulah kalimat khas sebelum memulai setiap ronde pertarungan di BlazBlue.
Ward
dengan cepat menekan setiap tombol untuk menyerang menggunakan jurus andalan
Ragna the Bloodedge. Dengan cepat lawan pertamanya, Arakune, terkalahkan. Toshi
kagum melihat Ward dapat mengalahkan Arakne dengan mudah menggunakan Ragna the
Bloodedge.
“Hebat!!”
seru Toshi.
“Eh,
ini main BlazBlue,” sapa Aishiro yang
menemui mereka.
“Iya,”
jawab Ward.
“Hebat!”
seru Aishiro menyaksikan Ward mengalahkan lawan kedua, Platinum the Trinity.
Menit
demi menit, beberapa anggota Movement Rhythm Community yang lain juga ikut
menyaksikan Ward memainkan BlazBlue:
Central Fiction. Ward dengan cepat memenangkan setiap ronde hingga tanpa
terasa telah mencapai stage kedelapan
dan terakhir.
Pada
stage kedelapan dan terakhir, dia
harus berhadapan dengan boss Act 3
yang telah dipilihnya dengan menggunakan Ragna the Bloodedge, yaitu Amane
Nishiki. Beberapa anggota Movement Rhythm Community yang berkumpul menyaksikan
Ward berhadapan dengan boss stage harap-harap
cemas bertanya apakah dia akan berhasil menamatkan Act 3 Ragna the Bloodedge.
“The Wheel of Fate is Turning! Rebel one,
ACTION!”
Ward
memulai pertarungan dengan lambat, lawannya telah memulai melukai karakternya,
Ragna the Bloodedge. Dia dengan cepat menekan setiap tombol untuk menggunakan skill khusus demi mengalahkan Amane
Nishiki.
Meski
sempat lengah, Ward dapat menerapkan “ASTRAL FINISH” ketika berhasil
mengalahkan Amane Nishiki. Semua anggota Movement Rhythm Community yang
menyaksikannya bersorak sorai.
Seorang
pemuda rambut pendek disisir rapi dan berkacamata memberitahu semua anggota,
“Harap kumpul di depan mesin Maimai! Sebentar
lagi!”
“Hebat
banget! Kamu mengalahkan setiap lawan dalam waktu singkat!” puji Toshi.
Ward
begitu malu menerima pujian itu. “Tidak juga. Biasa saja, aku hanya menerapkan skill yang sudah kupelajari selama
bermain BlazBlue. Oh ya, Dave belum
datang ya?”
“Belum.”
Aishiro menggeleng. “Kita kumpul dulu di depan mesin Maimai.”
“Ayo!”
Ward setuju setelah notifikasi data tersimpan terpampang pada layar mesin BlazBlue.
***
Semua
anggota Movement Rhythm Community yang telah hadir duduk entah di lantai putih
atau di bangku kuning menghadap mesin Maimai
sambil berbincang-bincang hal random karena
masih ada dua player yang sedang
bermain Maimai stage terakhir. Pada
stage itu, lagu yang dimainkan adalah Night
of Knights, salah satu lagu kategori “Touhou Project”.
Ward
bertanya pada Toshi, “Kamu tahu lagu ini judulnya apa? Enak didengar.”
“Night of Knights.” Toshi membaca judul
lagu yang terpampang pada layar atas kabinet Maimai. “Aku kurang begitu tahu, Onii-chan yang tahu.”
“Touhou itu anime bukan? Kenapa tiap music video dan artwork-nya selalu animasi?” Ward menyimpulkan.
“Aku
sendiri juga kurang tahu,” jawab Aishiro.
“Kamu
member baru ya? Boleh kenalan?” tanya seorang pemuda berwajah Tionghoa.
“Iya.
Ward.”
“Hans.”
Pemuda itu bertanya, “Kamu main Maimai dari
kapan?”
“Sekitar
empat bulan, setelah aku mulai bosan dengan Dance
Dance Revolution dan GuitarFreaks.
Sayang sekali, Dance Dance Revolution dan
GuitarFreaks di-drop oleh Arcade Station.”
Hans
mengangguk. “Memang ada faktor kurangnya pemain sih. Yang sering main dua game itu ingin versi terbaru, sayangnya
harus selalu online, kalau tidak, game-nya tidak bisa dimainkan.”
“Oh
ya, suka main apa saja, Hans?” tanya Ward.
“Banyak
sih, yang penting rhythm games. Kalau
di sini, lebih suka main Maimai sama Groove Coaster. DJMAX Technika 3 sudah jarang.”
Ward
menebak, “DJMAX Technika 3 server-nya
sudah di-discontinued jadi jarang?”
“Iya.
Padahal itu game favorit banget.”
“Eh?!
Jadi DJMAX Technika 3 sudah offline?” tanya Aishiro.
Ward
menjawab, “Sebenarnya DJMAX Technika 3 di
sini memakai private server.”
Faktanya,
server DJMAX Technika 3 telah ditutup
pada akhir 2013 karena masalah antar anggota developer yang menyebabkannya bubar. Karena server ditutup tanpa final
update untuk meng-unlock semua
lagu yang hanya bisa dimainkan online,
hampir semua player setia game itu kini menganggap seakan-akan DJMAX Technika 3 tidak pernah rilis.
Namun,
karena usaha Arcade Station, mereka mampu menghubungkan DJMAX Technika 3 menuju private
server untuk tetap online. Secara
perlahan, beberapa player setia masih
memainkan game itu meski hanya satu
kali.
Hampir
seluruh player yang sebelumnya
bermain DJMAX Technika 3 kini beralih
ke rhythm game lain seperti Maimai dan Groove Coaster. Tentu saja
karena konten ter-update untuk
membuat para player tetap setia,
mulai dari lagu original, J-Pop dan anime, Vocaloid, Touhou Project, hingga crossover dari game lain.
“Jadi
kalian juga main Technika 3?” tanya
Aishiro.
“Iya,
tapi aku tidak punya ID card-nya,” jawab Ward.
Toshi
juga menjawab, “ID card Technika-ku hilang.”
“Aku
juga pinjam dari teman,” jawab Hans. “Oh ya, sebenarnya, mungkin pihak Arcade
Station tidak mengerti sistem online untuk rhythm
game dari Konami, disebut juga BEMANI. Gini, sebenarnya tiap game center yang punya game dari Konami
sebenarnya tidak beli dari distributor, melainkan menyewa.”
“Eh?
Jadi sebenarnya game center yang
punya game-game dari Konami terutama DDR harus
menyewa?” ulang Ward.
“Aku
tidak mengerti.” Toshi menggeleng. “Berarti Dance
Evolution Arcade juga masuk BEMANI dong? Tapi kenapa tidak di-drop juga?”
“Itu
dia, karena banyak yang main juga sih,” jawab Hans. “Sebenarnya Dance Evolution Arcade yang rilis duluan
daripada Danz Base. Tapi karena Danz Base ada K-Pop sama lagu Barat,
para player lebih memilih Danz Base daripada Dance Evolution.”
Ward
mengangguk. “Memang akhir-akhir ini budaya Korea lebih populer daripada budaya
Jepang, terlihat dari kepopuleran PIU (Pump
it Up) dan Danz Base sih.”
“Hei,
maaf aku terlambat.” Dave tiba menemui mereka berempat.
“Dave,
dari mana saja?” tanya Aishiro.
“Setelah
mengerjakan tugas kelompok, akhirnya aku ke sini. Untung aku tidak terlalu
terlambat untuk gath.”
“Dasar
onii-chan,” Toshi tertawa.
“Semuanya
minta perhatiannya dong!” seru pemuda rambut pendek disisir rapi dan
berkacamata menghadap semua anggota yang duduk di hadapannya.
Dave
memperkenalkan, “Itu Ian, ketua Movement Rhythm Community.”
“Oh
iya, aku lihat profile picture-nya di
Facebook,” tambah Ward.
“Semuanya,
meski cuma 60 dari 101 anggota yang datang, aku juga cukup senang kalian begitu
antusias datang ke gath. Tepuk tangan
buat kalian sendiri dong!” sambut Ian.
“Dia
memang jago main Maimai?” tanya Ward.
“Bukan
cuma Maimai, tapi Groove Coaster juga,” jawab Dave.
Dalam
gathering kali ini, tidak terlalu
banyak yang dibicarakan, hanya membahas musik rhythm games favorit, update terkini
tentang rhythm games, dan paling
terpenting, uang kas. Pasti semua anggota berharap sang ketua tidak membahas
uang kas.
Hans
kemudian mengajak setelah Ian menutup gathering
pada hari itu, “Ward, nanti habis ini mau ikut makan sushi di bawah? Yang
lain sekalian ingin berkenalan denganmu.”
“Oh,
kalau begitu, ayo. Dave, Aishiro, dan Toshi juga ikut?”
“Sushi!!”
seru Toshi. “Tentu saja aku ikut!”
“Dasar
…,” ucap Aishiro.
“Omong-omong,
restoran sushi di bawah itu harganya tergolong murah lho,” tambah Dave.
“Eh?!”
seru Ward. “Benarkah?”
“Soalnya
kita hanya bayar setiap sushi yang kita inginkan.”
“Oke,”
Ward menangguk.
***
“Kelihatannya
enak!” seru Toshi dan Ward memandang setiap sushi yang tersedia pada lemari
sesuai tray nama dengan harga yang
berbeda-beda.
“Tapi
bayar sendiri ya,” ucap Hans.
“Eh?!”
Toshi kecewa. “Onii-chan, traktir,”
Dave
menolak, “Tidak.”
“Ah
…,” Toshi mengeluh.
“Hans!”
sapa seorang pemuda rambut keriting pendek berkumis tebal.
“Whoa!
Dia terlihat …,” tutur Ward.
“Eh,
jangan katakan itu!” pemuda itu memperingatkan. “Aku masih kuliah kok.”
Hans
memperkenalkan pemuda itu pada Ward, “Ward, dia Don, dia juga jago rhythm games di Arcade Station, paling
hanya Maimai dan Groove Coaster. Dia juga suka hal-hal berbau Touhou Project.:
Toshi
menambah, “Pantas saja aku sering melihat dia main lagu Touhou di Maimai sama Groove Coaster.”
“Kalian
juga makan sushi di sini?” tanya seorang pemuda rambut tipis agak gemuk tiba
menemui mereka.
“Tentu
saja,” jawab Dave telah mengambil sushi yang dia inginkan.
“Onii-chan, please, traktir adikmu ini dong,” pinta Toshi pada Dave.
“Toshi
….” Aishiro tertawa.
“Oh
iya, Hans, aku ingin bertanya sesuatu. Kamu juga membuat kampanye untuk
mendatangkan langsung game BEMANI ke Arcade Station, kan? Aku ingat kamu pernah
bilang di grup LINE tentang kampanye itu,” ucap Ward.
Hans
membalas begitu dia selesai memilih sushi, “Benar. Aku juga dibantu oleh
teman-teman komunitas penggemar rhythm
game yang lain, terutama dari penggemar game BEMANI itu sendiri. Kalau
kampanyenya sukses, kita bisa enjoy game
BEMANI di Arcade Station, terutama versi terbaru dari DDR dan GitaDora (GuitarFreaks dan DrumMania). Tapi mereka sedang mengincar Beatmania IIDX dan Sound
Voltex juga.”
“Wow,
jadi kalau kampanyenya berhasil, Arcade Station bisa datangkan game-game itu
dong, termasuk versi terbaru dari DDR,”
ulang Ward.
“Ward,
kamu hebat saat main BlazBlue,” puji
pemuda rambut tipis bertubuh agak gemuk beraksen seperti orang selatan.
“Tidak
juga kok, um ….”
“Ed.”
“Hai,
Ed, salam kenal,” sapa Ward.
“Udah
ambil sushinya, Ward?” tanya Hans.
“Oh
iya. Tinggal bayar, kan?”
“Mari
makan!” seru Toshi setelah dia, Dave, dan Aishiro meletakkan sepiring sushi
pilihan mereka di meja hadapan mereka setelah duduk menghadap salah satu outlet pakaian wanita.
“Benar-benar
murah, bayar per satu sushi,” tambah Aishiro.
Dave
tertawa, “Makanya.”
Hans
bertanya pada Ward ketika mulai duduk menghadap salah satu outlet pakaian wanita, “Oh ya, ada lomba BlazBlue Central Fiction nanti, kamu sudah daftar?”
Ward
mengangguk. “Sudah, aku daftar kalian skip
main sebelum gath.” Dia tertawa.
“Kebetulan waktu itu aku melihat pengumumannya lewat social media setelah main BlazBlue
waktu itu. Jadi aku daftar saja ke kasir.”
“Semangat
buat lombanya, Bro! Nanti kita bakal
mendukungmu!” seru Dave.
“Oke!
Thank you!” seru Ward.
***
MOVEMENT RHYTHM COMMUNITY (101)
Ian Hunter
TFT all! (7:43 PM)
Xephyr
TFT yang ke Arcade Station tadi!
(7:44 PM)
Toshiyuki Ryuzaki
Oh ya, Ward mau ikutan lomba BlazBlue Central Fiction entar. (7:45
PM)
Amy Kavanagh
Eh? Serius? (7:45 PM)
Sudah melihat tadi Ward main sih,
hehe. (7:45 PM)
Eh, hari Rabu nanti aku juga ikut
lomba dance di Balai Kota. (7:46 PM)
Toshiyuki Ryuzaki
Hebat, Amy! (7:46 PM)
Xephyr
Woo!! Good luck, Amy! (7:46 PM)
Toshiyuki Ryuzaki
Kami mendukungmu, Amy!! (7:47 PM)
Dave Scott
Aku pensiun dari Danz Base. (7:48
PM)
Updatenya semakin absurd saja.
(7:48 PM)
Aishiro Daichi
Maksud kamu, mau berhenti main
Danz Base, Dave? (7:49 PM)
Don Parrish
Untung tidak main Danz Base (7:49
PM)
Tidak ada lagu Touhou. (7:49 PM)
Dave Scott
Sudah tidak ada lagi lagu J-Pop
dan anime di Danz Base (7:50 PM)
Akan lebih fokus ke Maimai, Groove
Coaster, dan Dance Evolution. (7:50 PM)
Semoga Dance Evolution di Arcade
Station cepat online. (7:51 PM)
Comments
Post a Comment