Rumput yang Bergoyang Episode 5
Rumput yang Bergoyang is classified PG, it contains some violence and some coarse language, for general reading, but may be unsuitable for young children.
Halo,
saya Maswendo Hardwick. Tentu saja saya menulis episode kali ini. Berdasarkan
novel best seller saya, Rumput
yang Bergoyang. Tentu saja saya tidak
asing dengan novel best seller, saya
membaca semua novel best seller di
Indonesia sebanyak mungkin misalnya Laskar Pelangi untuk inspirasi dan bersantai. Banyak kejadian yang tidak mencegangkan
terjadi saat drama dibalik layar saya dengan IBS Television Studios dan The IW.
Kedua pihak itu ingin sinetron yang stereotipikal! Sangat stereotipikal! Pada
episode kelima, Fitri dan Nurhaliza berencana untuk merayakan pesta ulang tahun
mereka dengan bantuan Alan dan Farel dan juga teman-teman mereka. Serta, akan
ada adegan perkelahian yang super duper klise di sinetron Indonesia! Semoga
Anda menikmati episode kelima dari Rumput yang Bergoyang.
Episode sebelumnya
Larissa pun memandang hampir
seluruh warga berkumpul menyaksikan rumah yang sudah rusak menjadi abu itu, ia
pun bertanya kepada ibu berkerudung putih “Mba, maaf, ini rumah kenapa ya?”
Ibu tersebut menjawab “Oh, rumah
ini udah terbakar tiga hari yang lalu, Mba,”
Larissa pun berkata
“Astaghfirullah…” Ia pun bertanya “Di mana mereka sekarang? Yang tinggal di
rumah ini?” Ia terlihat membawa sebuah file “Saya ingin bicara dengan suami
saya tentang anak saya,”
Larissa berkata pada Farel “Ibu
dapat kabar dari rumah sakit di mana ibu melahirkan Fitri kalau ternyata Fitri
bukan anak biologis saya.”
Farel bertanya “Dari mana mereka
tahu? Tes DNA?”
“Mereka mengabarkannya lewat file
yang ibu pegang.” ucap Larissa.
Erlanda hanya menjawab “Ayolah, ini
Jakarta, macet banget! Macet!”
“Tapi ga macet gini-gini amat
dong!”
Aira bertanya “Kalo gitu kita makan
di tempat istirahat, ‘kan?”
Malena berkata “Kita harus
cepat-cepat ke Bandung untuk ketemu dan bawa si gadis badung itu ke rumah agar
dia makin menderita! Jika kita ketemu dia, kita kejar dia!” Malena tersenyum
jahat.
Maswendo
Hardwick’s
RUMPUT YANG BERGOYANG
©
IBS Television Studios
Episode 5: Yang Muda Yang
Bercinta
Alan, Nurhaliza, dan Erik berjalan
keluar dari apartemen tersebut seiring lagu My
Songs Know What You Did in the Dark yang dipopulerkan Fall Out Boy
terdengar. Mereka bertiga berjalan seperti melakukan catwalk di sebuah fashion
show tepat di depan para penghuni apartemen yang berjalan kesana-kemari dan
yang sedang duduk di sofa.
Erik berkata “Ngapain kita catwalk kayak ginian, ga macho ah!”
“Erik, ya gaya dikit kek, lo kan
jalannya mirip banget sama model, lagian banyak cowok yang jadi model kok.”
Alan berkata.
“Kebanyakan mereka itu penyuka
sesama jenis, hiii…” Erik merasa jijik.
Nurhaliza bertanya “Kita bakalan ke
salon mana?”
“Salon di dekat sini, kita cari
dulu yang mana salon khusus cewek cantik.” ucap Alan “Lagian, kamu butuh
perombakan yang istimewa sebelum ulang tahun kamu, jadi kamu harus terlihat
cantik banget, bukan terlihat seperti kamu yang terlihat sekarang.”
Erik bertanya “Sebenernya, apa yang
membawa kamu ke sini, Nurhaliza?”
Alan pun menolak agar Nurhaliza
tidak menjawab “Hush, lo jangan tanya yang kayak gitu dong, kasian dia.”
Nurhaliza menjawab “Ga apa-apa,
kok, udah,”
“Tapi aku ngerasa…”
“Udah, udah,” Nurhaliza berkata
saat mereka berjalan keluar melewati pintu depan.
Kebetulan sekali, mereka bertiga
melihat Farel dan Larissa yang berjalan ke arah mereka. Mereka berlima
masing-masing menghentikan langkah mereka saat Erik memandang Farel dengan
sinisnya. Erik dan Farel masing-masing berjalan berhadapan satu sama lain
seiring musik western yang dramatis
terdengar dan beberapa orang yang berdiri di sekitar mereka melarikan diri
tidak ingin melihat showdown antara
Erik dan Farel. Kini, Erik dan Farel saling berhadapan dan berdekatan,
sementara Nurhaliza, Alan, dan Larissa hanya menyaksikan showdown antara mereka.
Erik berteriak “Lo ngapain ke
sini?! Bukannya lo harusnya ada di rumah lo, mama lo ‘kan udah ngelarang lo
pergi dari rumah.”
Farel membalas “Ya elah, Erik, kata
siapa gue ga boleh keluar rumah, mama gua ga pernah bilang gitu ke gua. Lagian,
sorry ya, mama gue udah meninggal dengan tragis.”
“Gue ga ada belas kasihan sama lo,
soalnya lo tau, meski mama lo udah meninggal, tapi tetep aja lo ga boleh
deket-deket sama Fitri, itu katanya sebelum dia meninggal!”
“Erik, gue berhak cinta siapapun,
termasuk Fitri, ga ada yang boleh ngelarang siapapun untuk jatuh cinta sama
cewek yang gue suka,”
Nurhaliza berkata pada Alan “Masya
Allah, ini kenapa ya? Erik sama Farel kok musuhan sih?”
“Jelas banget, mereka suka sama
gadis yang sama, Fitri,” Alan menjawab.
Sementara Larissa malah mengambil
ponselnya setelah berdiri di antara Nurhaliza dan Alan “Jadi ini showdown demi mendapat putri saya ya?”
“Fitri emang udah cinta sejati gua
dari dulu,” Farel berkata pada Erik.
Erik membalas dengan pukulan pada
wajah Farel sebelum berkata “Lo ga pantes sama Fitri. Lo emang durhaka sama
mama lo!”
Farel pun kaget “Teganya lo manggil
gue gitu! Gue berhak dong menolak apa yang mama mau dari gua, termasuk cinta.”
Erik memukul wajah Farel lagi “Lo
emang anak durhaka ya, Rel!”
Farel memukul wajah Erik “Oh ya!
Gue bukan anak durhaka! Mama gua udah maksa gua untuk ngejauhin Fitri!”
Erik memukul wajah Farel lagi “Sama
aja lo!”
Farel memukul perut Erik dengan
keras“Kalo lo mau mukul lagi, lo harusnya jangan itu-itu aja!”
“Lo bilang itu pukulan?” tanya
Erik.
“Ya, p-u-k-u…” jawab Farel
sampai-sampai mengeja yang sebetulnya tidak perlu segala sehingga terhenti saat
Erik menendang paha kirinya “Tendang,”
“Ya, tendang, ini baru berantem
yang asli daripada cuma pukul-pukulan doang!” Erik menendang perut Farel dengan
keras.
“Kalo gitu, ayo kita berantem!” Farel
berteriak sebelum menabrakkan kepalanya pada tubuh Erik.
“Ya, sepakat!” teriak Erik sambil
memukul wajah Farel lagi.
“Buat apa? Jadi preman?!” Farel
memukul wajah Erik lagi.
Namun Erik menahan pukulan Farel
“Untuk jadi PRIA SEJATI!!”
Pertempuran epik antara Farel dan
Erik baru saja dimulai! Mereka saling memukul dan menendang tubuh masing-masing
dengan sound effect yang berlebihan
ditambah musik dramatis yang juga sangat berlebihan. Adegan kekerasan tersebut
bisa saja menyebabkan sinetron Rumput
yang Bergoyang ditegur KPI karena bisa menimbulkan penonton meniru adegan
tersebut. Erik dan Farel saling mendorong dan membanting satu sama lain
bagaikan dalam pertandingan gulat WWE.
Sementara itu, Larissa, Nurhaliza,
dan Alan bukannya berteriak untuk menghentikan pertempuran epik tersebut,
melainkan hanya menyaksikan saja bagaikan pertempuran Main Event. Larissa malah merekam pertempuran epik itu menggunakan
ponselnya sambil tersenyum.
Saat Erik memukul wajah Farel lagi,
Farel menunduk sebelum akhirnya bersiul dan melanjutkan pertempuran epik itu
lagi. Pertempuran itu lagi-lagi terjadi dengan Erik dan Farel memukul,
menendang, dan menunduk pada tubuh mereka masing-masing. Pada akhirnya, tidak
seperti pada kebanyakan sinetron, di mana sang pahlawan selalu menang tidak
peduli akan keahlian bertarungnya, Erik dan Farel sama-sama terjatuh setelah
kalah dari pertempuran epik itu.
Alan berkomentar “Wow, hasilnya
seri,”
Erik pun berdiri “Baiklah, gue mau
pergi,” Ia pun berjalan meninggalkan halaman gedung apartemen itu.
Alan berkata pada Larissa dan Farel
“Oh ya, gue dan Nurhaliza mau ke salon dulu, buat ngerombak penampilan
Nurhaliza.” Ia dan Nurhaliza berjalan pergi meninggalkan Farel dan Larissa
seiring musik dramatis terdengar kembali.
***
Sementara itu, Erlanda, Malena, dan
Aira masih terjebak macet di tengah-tengah jalan tol, sementara Aira sedang
tertdur di kursi belakang, Malena dan Erlanda masih tidak sabaran memandangi
jalan tol penuh dengan mobil yang berhenti di depan mereka.
Erlanda tiba-tiba berkata saat ia
teringat “Papa jadi ingat, gimana si gadis badung itu bisa kabur dari rumah
kita? Padahal kita sudah mengunci setiap pintu dan jendela rumah?!”
Malena membalas “Papa ceroboh
banget, Nurhaliza pasti kabur dari pintu belakang,”
“Papa teringat dengan konflik
antara saya dan pria brengsek yang bernama Prabu! Prabu yang membuat saya
dipecat dari perusahaan yang sama karena tuduhan korupsi! Akibat konflik itu,
kita sepakat buat rencana itu! Rencana untuk menukar kedua bayi, kita siksa
bayinya Prabu habis-habisan!”
“Jika Nurhaliza tau rencana kita
atau apa yang kita lakukan pada masa lalu, habislah kita.”
“Ya, aku benci Prabu Siliwangi
Yahya, si pria brengsek itu, anaknya sudah disiksa habis-habisan setelah bayi
aslinya ditukar dengan bayi asli kita.
Pokoknya Papa ga peduli mau rencana kita terbongkar kek, kita akan siksa
Nurhaliza alias Fitri, putri asli Prabu Siliwangi Yahya, habis-habisan!”
***
“Bagaimana cara memberitahukan
hasil tes DNA ini, Farel? Ibu juga bingung mau bilang kayak gimana.” ucap
Larissa.
“Itu juga, Bu, Farel juga pikir
pasti Fitri dan Pak Prabu terkejut banget habis ngedengar kabar ini.”
Fitri pun membuka pintu secara
kebetulan ingin keluar, ia melihat Farel dan Larissa berdiri di depannya
“Farel? Ibu?”
“Fitri,” Larissa segera memeluk
putrinya “Fitri, maafkan ibu udah ninggalin kamu habis ayahmu di-PHK.”
Prabu pun pergi menemui Larissa
“Sayang, kamu dari mana aja?”
Larissa memeluk Prabu “Oh, Prabu,
maafin aku, aku udah kabur sehabis kamu udah di-PHK, maafkan aku.” Lalu ia
berkata “Tapi aku ada sebuah kabar untuk kalian semua?”
Fitri bertanya sambil menirukan
nada sebuah iklan “Kabar gembira untuk kita semua?”
“Bukan, ini sebenernya…” Larissa
berkata.
Prabu sudah mengetahui dari nada
bicara istrinya berarti kabar buruk “Jangan bilang…”
Larissa menyerahkan file yang dipegangnya “Ini hasil tes DNA
dari rumah sakit,”
Musik dramatis pun terdengar sangat
kencang seiring Prabu mengambil file tersebut
dan membukanya, ia mengambil sebuah kertas dari file tersebut, Prabu membaca surat tersebut dan ia sangat shock seiring musik dramatis terdengar
kembali.
“Ayah, ayah, ada apa?” tanya Fitri,
ia pun melihat surat tersebut, ia juga sangat kaget.
Larissa mengungkapkan “Fitri, kamu
bukan anak ibu, kamu juga bukan anak ayah…”
***
Perombakan Nurhaliza pun akhirnya
dimulai di sebuah mall, tak lain adalah Bandung Indah Plaza, sebuah mall
rekreasi keluarga yang juga sering dipakai tempat hang out remaja selain Paris Van Java dan Trans Studio Mall.
Nurhaliza pun terlihat sangat senang bisa meninjakkan kakinya di sebuah mall
bersama Alan dan Erik.
“Jadi ini ya mall?” tanya
Nurhaliza.
“Ya iyalah, Nur, ini juga namanya
mall, pusat perbelanjaan dan tempat hang
out para remaja masa kini kayak kita-kita gini.” Erik menyindir.
“Orang aku belum pernah pergi ke
mall.”
Alan segera menghentikan sebelum
pertengkaran terjadi “Sudah, sudah, mending kita bawa ke salon aja, kita
bakalan ngerombak penampilan Nurhaliza, mulai tahap pertama.”
Mereka bertiga berjalan melewati
pusat mall tersebut menuju eskalator yang akan mengantar mereka ke lantai satu,
mereka naik lagi hingga tiba di lantai tiga. Lalu mereka segera berjalan
mencari sebuah salon kecantikan demi tahap pertama perombakan Nurhaliza.
Alan menunjuk sebuah salon saat
mereka berjalan belok kanan setelah melihat outlet Yopie Salon, ia berkata “Ini
salon yang bagus buat cewek kayak kamu, kamu bakalan dimakeover, biar gue dan Erik yang tanggung semuanya.” Lalu ia
berbisik pada Erik.
Erik pun mengangguk “Oke, gue
lihat-lihat yang lain dulu.”
Nurhaliza memanggil saat Erik pergi
“Erik, mau kemana?”
Alan berkata “Udah, udah, tenang
aja, dia bakalan nyiapin semua buat pesta ulang tahun buat kamu dan Fitri, udah
ayo kita masuk.” Ia mengajak masuk Nurhaliza ke dalam salon tersebut.
***
“Jadi Fitri bukan anak ayah dan
ibu?!” tanya Fitri kepada Prabu dan Larissa.
“Fit,” panggil Farel.
“Jadi sebenarnya ada apa sih?”
tanya Fitri “Apa yang sebenernya terjadi?”
Larissa hanya menjawab “Ibu juga
tidak tahu apa penyebabnya, tapi ibu hanya ingin tahu apakah dugaan ibu benar.
Ibu sudah merasa… kalau kamu bukan anak ibu, Nak, semenjak kita pindah saat kau
masih berusia lima tahun,”
Prabu juga melanjutkan “Bu, besok
‘kan ulang tahunnya Fitri juga, lebih baik Ibu jangan ngomong kayak gini dulu.”
Fitri tidak keberatan “Tidak
apa-apa, Ayah, Fitri cuma butuh penjelasan aja.”
Prabu juga membantu melanjutkan
cerita Larissa ”Fit…” Adegan tersebut tanpa sengaja terpotong hingga tiba-tiba
melompat menuju adegan berikutnya
***
“Kamu cantik banget, Nurhaliza,”
ucap Erik sambil memandang rambut panjang bergelombang Nurhaliza saat mereka
hampir tiba di apartemen Alan.
“Makasih,” ucap Nurhaliza sambil
membawa barang belanjaannya yang terdiri dari baju-baju untuk pesta ulang tahun
besok.
Alan menambah “Ya, setidaknya kamu
akan terlihat cantik banget buat pesta ulang tahun besok.” Ia membukakan pintu
apartemennya, saat mereka memandang Prabu, Fitri, Farel, dan Larissa.
Nurhaliza tentunya tidak mengenal
Larissa, maka ia bertanya “Fitri, itu siapa?”
“Ini ibuku,” jawab Fitri “Nurhaliza,
ada yang harus kita bicarakan.”
Bersambung
IBS
TELEVISION STUDIOS
Comments
Post a Comment