Ordering Disorder Episode 4
Ordering Disorder is classified 15+, it contains some violence, some coarse language, sexual references, and drug use, it is not suitable for people under 15.
Sebelumnya di Ordering
Disorder:
Sam menemui Dave “Dave, sebenarnya aku tidak bisa tidur
malam sebelumnya, aku berbohong pada Claire.”
“Oh, masa?”
“Ssst! Kau harus temani aku ke psikiater, aku merasa ada
yang tidak beres meski aku disuruh berhenti minum obat oleh Claire.
Sam mengungkapkan “Aku menderita gangguan bipolar, Chris.”
Chris kaget “Gangguan bipolar?”
“Ya, aku tidak tahu kalau gangguan bipolar membuatku menjadi
seperti sekarang, aku jadi berpikir negatif, kadang-kadang aku ingin menangis
tiba-tiba.” Sam mengeluarkan air matanya “Aku tidak tahu mengapa aku menangis,
padahal aku baik-baik saja.”
“Sam, tidak apa-apa, kau harus alami prosesnya, kurasa kau
harus belajar untuk hidup dengan kondisi ini, kau harus belajar menikmati
hidup. Itulah pesan psikiaterku padaku, aku waktu itu banyak omong, aku tidak
memasukkan omonganku ke dalam hatiku. Aku waktu itu sangat takut, sangat takut
pikiran negatif, aku waktu itu tidak bisa menerima pikiran negatif, tapi aku
menikmati prosesnya meski kondisiku naik dan turun. Kau juga akan mengalami
seperti itu, dan itu tak mudah bagimu.”
Chris secara spontan bertanya “Dia terkena gangguan bipolar,
‘kan?”
Claire bertanya kembali “Apa?”
Chris mengucap “Tidak, aku hanya bergurau.”
“Tunggu,” Claire mendekati Chris “Kau tahu dari mana kalau
adikku terkena bipolar?”
Chris menjawab “Ceritanya panjang, kau takkan mengerti.”
Claire kaget “Kau serius?”
“Ya. Oh, besok mulai libur tiga hari, ‘kan? Kalian punya
paspor?”
“Ya, kami pernah pergi ke Cina tiga tahun yang lalu.”
“Mungkin dia butuh liburan yang menyenangkan.” usul Chris.
***
Pukul 04:30, Dave membangunkan Sam dengan semangatnya “Sam,
bangun! Bangun! Kakakmu mengajak kita berlibur! Bangunlah, Sam!”
Sam pun terbangun “Dave, biarkan aku tidur…”
“Ayolah, Sam, kau harus ikut! Kita akan liburan tiga hari!”
Dave sangat bersemangat “Bangun, Sam! Ayo bangun!!”
Sam memegang kepalanya “Aduh, mulai lagi.”
“Ayolah, Sam, kau akan bersenang-senang!!” seru Dave.
***
Claire mengetuk pintu kamar Sam untuk membangunkan Chris
yang tengah tertidur sambil memegang stik Xbox “Chris? Chris?”
Chris pun terbangun “Ya, ini masih jam setengah lima pagi.”
“Cepat mandi, kita akan pergi sekarang.”
“Ya.” Chris pun bangkit dari tempat tidur Sam sambil
menguap, ia segera mematikan TV dan Xbox tepat sebelum melangkah menuju kamar
mandi.
Sementara Claire membangunkan Jenna di kamarnya “Jenna,
bangun, kita akan berlibur selama tiga hari.”
Jenna bertanya “Memang kita mau ke mana?”
“Lihat saja nanti.” Claire berkata “Nek,”
Marlena segera melangkah menemui Claire “Ya, kita akan
pergi?”
“Ya, kita akan berlibur selama tiga hari ini.” Claire
menjawab “Kita akan menjemput Sam dan Dave!”
***
Sam berkata sambil mengeluh “Aku tidak ingin berlibur
sekarang, Dave.”
“Ayolah, ini akan menyenangkan!” seru Dave “Ini rencana
Claire dan Chris! Kita akan berangkat pagi ini!” Ia mendengar suara mobil “Itu
pasti mereka!”
“Mereka?”
“Keluargamu dan Chris!” seru Dave saat ia melihat mobil
milik Claire tiba di depan rumahnya dengan semangat “Ayolah, ini akan
menyenangkan!”
“Aku takut.”
“Semua akan baik-baik saja, kau tahu.” Dave mendorong Sam ke
luar rumah.
“Dave, aku bisa jalan sendiri.” Sam pun berjalan bersama
Dave ke luar rumah tersebut dan menaiki mobil itu.
Chris berkata “Sam, aku sudah kenal keluarga kalian.”
Claire melanjutkan “Dan kami berdua sudah merencanakan
liburan selama tiga hari ini.”
Jenna bertanya “Memang ini liburan khusus untuk Sam?”
Marlena menjawab “Bukan, ini liburan juga untuk kita semua,
termasuk nenek.”
Sam mengeluh “Aku hanya ingin pulang.”
“Kita akan ke mana?” tanya Dave bersemangat.
“Ke Bali.” jawab Claire.
***
Bandara Ngurah Rai, Denpasar, Bali, Indonesia, keluarga
Evans, bersama dengan Dave dan Chris, menginjakkan kaki di bandara tersebut
setelah turun dari pesawat, mereka disambut ramah oleh seorang guide, mereka juga disambut dengan tari
Pendet sebagai ucapan selamat datang.
Claire berkata “Indah sekali tariannya.”
Chris menambah “Kudengar Tari Pendet itu milik Malaysia.”
Claire membantah “Bukan, itu tarian asli Bali, Malaysia
hanya mengklaim saja demi kepentingan Discovery Channel.”
“Tapi Malaysia…”
“Stop, kita di sini hanya bersenang-senang saja, Chris.”
ucap Claire.
Dave berkata pada Sam “Kau lihat tari Pendet itu, Sam?” Ia
pun teringat “Yes! Salah satu dari 100 Hal yang Ingin Dilakukan sebelum Mati terkabul!
Aku berada di Bali! Di luar negeri!!” Ia mengambil daftar “100 Hal yang Ingin
Dilakukan sebelum Mati” dan mencoret “Pergi ke Luar Negeri”.
“Itu bagus untukmu, Dave.” ucap Sam.
“Kau harus buat daftar mimpimu juga, Sam!”
“Aku sudah membuatnya kemarin, Dave.”
“Coba kau catat apa yang kau mau, Sam, selama hidup di
dunia.” Dave berseru.
Jenna berkata “Membosankan…”
Marlena memperingatkan “Hush, nak, jangan berkata begitu,
hormati budaya luar negeri.”
Claire berkata setelah tari Pendet selesai “Aku akan beli
peta.”
Dave berbicara pada Chris “Chris, kau pernah ke Bali?”
“Belum, ini pertama kalinya aku ke luar negeri.”
Dave terkejut “Kalau begitu sama denganku! Ini juga pertama
kalinya aku ke luar negeri, dan aku baru saja mencoret satu dari ‘100 Hal yang
Ingin Dilakukan sebelum Mati’, pergi ke luar negeri.”
“Ya, selamat untukmu, kira-kira kau sudah mencoret berapa?”
“Dua hal.” Dave membaca daftarnya.
Chris menatap Sam yang masih terlihat murung, ia mencoba
membujuk Sam “Sam, cerialah, kau sudah berada di Bali.”
Sam berkata “Ya, aku sudah lebih baik sekarang, tetapi…”
“Tetapi apa?”
“Aku masih teringat saat ayah selingkuh dan memukulku.”
“Sudah, jangan pikirkan tentang itu, lupakan saja, yang
penting, kau di Bali, kau akan bersenang-senang.”
Claire tiba membawa peta “Bisakah kita pergi sekarang? Apa
ada rental mobil di dekat sini?”
***
Claire menyewa mobil Subaru XV biru selama berpergian di
Bali, ia menyetir mobil tersebut menuju hotel dengan sangat hati-hati, tidak
seperti di kota asalnya.
Dave memandang pemandangan jalan di Bali dengan ceria “Wow!”
Sementara Jenna hanya mendengarkan musik di ponsel
Xperia-nya, Marlena dengan tenang membaca buku, Chris pun mencoba untuk
berbicara pada Sam, namun Sam masih terlihat murung.
Chris mengambil ponsel Xperia-nya untuk mengingat
tugas-tugas kuliahnya yang ia ingin kerjakan selama berlibur, ia juga mengingat
jadwal kegiatan selama di Bali, termasuk belajar menyelam.
Claire mengingatkan “Ingat, kita di negeri orang, kita harus
hormati semua hal yang ada di sini, jangan mengejek, berkata kasar, ataupun
menghujat apapun.”
Jenna berkata “Kau selalu berkata begitu, Claire, di negara
kita.”
“Terutama kau, Jenna, kau sering bermasalah di sekolah,
‘kan?”
“Aku hanya ingin menjadi diriku apa adanya, Claire!” Jenna
sangat muak dengan sifat keibuan Claire, ia mengkeraskan volume musiknya agar
ia tidak mendengar nasihat Claire.
Sementara Sam masih merenungi bahwa ia memiliki gangguan
bipolar, ia masih terlihat stress meskipun sedang berada di Bali, ia masih
memikirkan kejadian saat ayahnya selingkuh dan ibunya bunuh diri, ia belum
selesai bertarung dengan pikiran tersebut. Ia mengambil ponsel Xperia-nya hanya
untuk apapun, termasuk browsing internet,
ia hanya berusaha untuk menghibur dirinya sendiri.
Claire membelokkan mobilnya saat ia melihat Grand Aston Bali
Beach Resort, ia berkata “Kita sudah sampai.”
Dave sangat bersemangat “Benarkah? Ini hotelnya? Hotel
bintang lima?”
Jenna berkata “Ya, kita akan boros uang, lalu kita langsung
pulang habis menginap di sana.”
Marlena membalas “Jangan bilang begitu, kita akan banyak
kegiatan di Bali.”
Claire melihat tempat parkir dipenuhi oleh banyak mobil
“Sial, parkir penuh.” Ia melihat ada satu tempat parkir kosong, ia segera
mengebut demi parkir di situ, namun mobil Chevrolet putih langsung parkir di
situ “Oh, apa kau bercanda?!” Ia berkata pada yang lain “Baiklah, kalian turun
di depan lobby saja,” Ia menyetir menuju depan lobby hotel.
Saat sampai di depan lobby hotel, porter hotel membukakan
pintu mobil, semuanya selain Claire keluar dari mobil tersebut.
Dave pun sangat senang “Yes!! Akhirnya di hotel bintang
lima!”
Jenna hanya meniru tanpa ekspresi saat porter hotel tersebut
mengambil koper dari mobil “Yes…”
***
Setelah check-in di
Grand Aston Bali Beach Resort, Claire menyewa dua Ocean View Suite, masing-masing ditempati oleh tiga orang. Sam,
Chris, dan Dave memasuki suite
pertama. Saat mereka masuk, Dave pun sangat bersemangat, karena ada jendela
yang meunjukkan Samudera Hindia yang indah.
“Ini benar-benar menakjubkan, Claire hebat, suite ini fantastis!” kata Dave.
Chris menambah “Sebenarnya, aku sudah menabung sejak aku SD,
hingga akhirnya bisa menyewa kamar seperti ini.”
Sam berjalan menuju tempat tidur “Aku akan tidur.”
Chris langsung menyela “Whoa, whoa, whoa, kau tidak akan
tidur sekarang, Sam, kita harus bersenang-senang, kita akan belajar menyelam,
lalu kita menyelam di Samudera Hindia.”
Dave sangat senang “Itu dia! Itu ada di daftar 100 Hal!”
Chris mengambil satu minuman selamat datang dari meja “Ya,
itu salah satu kegiatan kita, kita akan bersenang-senang sebagai laki-laki.”
***
“Jadi, kita akan belanja di Bali, kita akan belanja
sepuasnya.” kata Claire bersemangat.
Marlena berkata “Jangan boros uang, Claire, hemat untuk
membayar kamar ini.”
“Ya, kita hanya beli satu saja.” kata Claire.
Jenna membantah “Katanya mau belanja sepuasnya.”
“Kita harus hemat, Jenna.” Claire menambah “Jadi kita pergi
saja sekarang.”
Marlena memotong “Tidak, tidak, tidak, kita minum minuman
selamat datang dulu sebelum itu.”
***
Sam, Chris, dan Dave menemui instruktur menyelam untuk
menyelam di Samudera Hindia, mereka bertiga berjabat tangan dengan para
instruktur, setelah itu mereka berjalan keluar dari hotel menuju pantai.
Saat mereka tiba di pantai, mereka menaiki sebuah kapal
menuju tengah-tengah Samudera Hindia. Instruktur tersebut memasang peralatan menyelam
pada Sam, Dave, dan Chris.
Sam merasa sangat ketakutan saat memandang air laut, ia
takut akan tenggelam, ia cemas, gangguan bipolarnya seakan-akan kambuh,
sementara Dave dan Chris melompat ke dalam samudera dengan tenang. Sam
diberitahu oleh instruktur bahwa semuanya akan baik-baik saja, namun ia masih
merasa cemas.
Sam pun sadar, ia harus bangkit dari kecemasannya, ia
menghadapi kecemasan dengan air, ia akhirnya melompat ke samudera dan mulai
menyelam, dari situlah, ia menyadari bahwa menyelam sangat menyenangkan, ia
melihat beberapa jenis ikan dan batu karang, semuanya di bawah air sangat indah
baginya. Sam tersenyum setelah melihat keajaiban laut itu bersama Dave dan
Chris, ia merasa bangga bahwa ia melihat keindahan Samudera Hindia.
***
Di sebuah factory
outlet, Claire, Marlena, dan Jenna melihat-lihat beberapa barang yang
dijual di sana, semuanya bertema Bali, mulai dari baju, celana, rok, hingga
aksesoris termasuk gelang, cincin, kipas, dan jam tangan. Claire dan Marlena
sangat terpesona dengan semua barang sehingga mereka bingung dalam memilih.
“Semuanya bagus-bagus.” kata Claire “Aku jadi bingung harus
memilih yang mana, tapi kita harus hemat sayangnya.”
Marlena membalas “Ya, kita sudah bayar mahal untuk kamar
mahal, Claire, uang kita tinggal berapa? Tidak banyak, ‘kan?”
“Uang tidak bisa dihitung, tapi nilai uang yang bisa
dihitung.”
Jenna menatap gelang yang seakan-akan terbuat dari emas yang
menurutnya pantas untuk dibeli, tetapi karena ia tidak berani untuk memberitahu
Claire ataupun Marlena bahwa ia ingin membeli gelang ini, ia mengambilnya dan
memasukkannya ke dalam saku celananya.
“Oke, kita pilih baju untuk masing-masing, lalu kita kembali
ke suite.” Claire berkata “Aku ingin
yang ini.” Claire memilih baju bermotif bunga-bunga, Marlena memilih baju merah
polos, sedangkan Jenna tidak memilih baju, ia segera keluar meninggalkan factory outlet tersebut.
Saat Jenna membuka pintu, ia segera diikuti oleh satpam dari
belakang. Satpam yang berbaju biru dan memiliki rambut gundul itu bertanya
“Permisi, bisakah kau bicara dengan saya sebentar?”
“Ya, ada apa ini?”
“Saya melihat Anda mengambil barang saya, lalu Anda pergi
setelah memasukannya ke dalam saku celana Anda.”
“Tunggu dulu, aku tidak mengambil barangmu, enak saja kau
bicara.” Jenna berbicara dengan nada kasar.
“Ya, itu barang saya, kau mencurinya, kau mengambil tanpa
membayar, ikutlah denganku.”
“Enak saja, aku tidak mau ikut denganmu.”
Kebetulan, ada sebuah mobil polisi yang melewati jalan
berhenti, dua orang polisi berseragam turun dari mobil tersebut. Mereka
dipanggil oleh satpam tersebut “Polisi, gadis ini mencuri barang saya, ia
mencuri, tapi ia tidak mau mengaku.”
Jenna langsung protes “Saya tidak mencuri barang saya!”
“Lalu mengapa saya melihat Anda di kamera?”
“…”
“Katakan hal itu pada polisi. Polisi, tangkap dia!”
Jenna pun segera ditahan polisi tanpa basa-basi lagi, ia
diborgol dan dimasukkan ke dalam mobil polisi sambil berteriak “Enak saja! Kau
langsung menuduhku begitu saja! Aku tidak mencuri barang Anda!! Diamlah!!”
Kembali ke dalam factory
outlet, Claire dan Marlena menemui kasir wanita yang terlihat ramah untuk
membayar belanjaan mereka, kasir tersebut menyebut total harga belanjaan
mereka, Claire dengan tersenyum mengeluarkan dompetnya, ia membayar pada kasir,
uangnya pas. Claire dan Marlena tidak lupa mengucapkan terima kasih pada kasir
tersebut.
Claire menyadari bahwa Jenna sudah tidak berada di dalam
“Jenna? Jenna? Nek, mana Jenna?”
Marlena menjawab “Mana kutahu, Nenek pikir dia masih ada di
sini.”
“Jenna! Jenna! Di mana dia?!” seru Claire “Jenna! Jenna!”
***
“Dave, Chris,” sapa Sam saat tiba kembali di pantai.
“Ya, Sam?” tanya Dave.
“Terima kasih,” ucap Sam “Pikiranku tentang kematian semakin
berkurang, aku semakin sadar mengapa aku berada di sini, aku berada di dunia
ini.”
“Lebih baik kau bersenang-senang, misalnya ekspresikan
dirimu lewat menulis seperti aku.”
Chris menambah “Kau mau jalan-jalan lagi?”
Sam menggeleng “Tidak usah,”
Dave berkata “Ayolah, kita harus bersantai di pantai ini,”
Ia mengeluarkan daftar 100 Hal-nya, ia mencoret menyelam dari daftarnya “Sudah
terlaksanakan dengan baik!”
“Sekarang kita mau ke mana?” tanya Chris.
“Aku tidak tahu.” jawab Sam.
“Berselancar!” seru Dave.
Chris berkata “Boleh, aku juga ingin berselancar, bagaimana
denganmu, Sam?”
“Tidak, aku hanya ingin menonton kalian saja.” Sam menjawab.
Chris melongo “Kau yakin?”
“Ya.”
Chris berkata “Tidak apa-apa, kuharap kau tidak menyesal.”
“Ayo kita sewa papan selancar!!” seru Dave “Aku semangat!!”
Ia dan Chris pergi meninggalkan Sam untuk menyewa papan selancar.
Sam hanya melihat beberapa orang bersenang-senang di pantai,
baik yang memakai pakaian renang atau pakaian biasa saja, mulai dari berjemur,
membuat istana pasir, bermain voli pantai, bermain sepak bola pantai, berenang,
hingga berselancar.
Sam melihat bola sepak yang bergelinding dan berhenti di
dekat sepatu kanannya, ia mendengar seorang lelaki muda yang sedang bermain
sepak bola pantai dengan kelima temannya “Hei, oper bolanya!”
Sam berpikir sejenak, lalu ia bertanya “Kalian keberatan
jika aku ikut?”
“Boleh!” jawab lelaki tersebut dengan senyum.
Sam men-dribbling bola
tersebut menemui lelaki tersebut dan ia berkata “Ayo!” Ia mengoper bola kepada
teman lelaki tersebut dan mulai bermain.
***
Claire dan Marlena akhirnya menyerah mencari Jenna di factory outlet tersebut, mereka menemui
sebuah satpam saat keluar dari tempat tersebut.
Claire bertanya “Permisi, kami kehilangan adik saya, Jenna
Evans, kami sudah mencarinya kemana-mana di factory
outlet ini tapi dia tetap tidak ada.”
Satpam tersebut bertanya “Dia orangnya seperti apa?”
“Dia punya rambut hitam pendek, dia ber-makeup seperti gotik atau serba hitam begitu.”
Satpam tersebut menyadari “Oh, dia tadi ditahan polisi.”
Claire dan Marlena kaget, Claire bertanya “Kenapa? Kenapa
dia ditahan?!”
“Dia telah mencuri sebuah gelang dari toko ini.”
“Ya Tuhan…” ucap Marlena.
“Dia sekarang ada di mana, Pak?” tanya Claire.
***
“Aku tidak pernah mencuri!! Lepaskan aku!!” teriak Jenna
diseret polisi menuju sel “Lepaskan aku!! Lepaskan!!” Ia dimasukkan ke dalam
sel penjara “Aku tidak mencuri!”
Sementara itu, Claire dan Marlena tiba di depan kantor
polisi, mereka tampaknya sudah menyiapkan uang jaminan untuk membebaskan Jenna.
Mereka menemui petugas yang duduk di depan meja berjaga kantor tersebut, mereka
memberi uang jaminan pada petugas tersebut. Lalu petugas tersebut memanggil
petugas lain untuk membebaskan Jenna.
Setelah menunggu lama, Jenna akhirnya dibebaskan, ia menemui
Claire dan Marlena, yang sangat terlihat kecewa dan khawatir padanya.
Claire menegur dengan keras “Jenna, kau kenapa mau berbuat
seperti itu di negeri orang?! Kau tahu mencuri itu tidak boleh?! Kenapa kamu
tega berbuat seperti itu?!”
Marlena menenangkan Claire “Claire, sabar,”
Jenna hanya berkata “Kudengar kita akan kembali ke hotel, ya
‘kan?”
***
“Tadi itu menyenangkan sekali, Chris. Tapi berselancar tidak
ada dalam 100 Hal yang akan kucoret.” kata Dave “Setidaknya hidupku masih
panjang.”
“Masa depanmu masih panjang setidaknya.” Chris membalas
“Kita cari Sam, lalu kita kembali ke hotel.”
“Kurasa Sam bersenang-senang sekarang.” Dave memandang Sam
sedang bermain sepak bola dengan 5 orang asing “Wow, dia main sepak bola!”
“Bagus baginya.” Chris tersenyum sambil melihat Sam mencetak
gol dengan ceria.
Comments
Post a Comment