Strange Case Episode 1
Strange Case is classified 15+. it contains violence, it is not recommended for people under 15.
In Case of Haunting Doll
Di SMA 5
Bandung, salah satu sekolah menengah atas terbaik se-Bandung, kegiatan para siswa
di sekolah itu mulai sibuk seiring melihat perkembangan mereka dengan cepat
agar menjadi pintar. Para siswa di SMA 5 mempelajari pelajaran dengan serius,
bahkan mengerjakan ulangan dengan baik, termasuk salah satu murid RSBI yang
bernama Steven yang sedang mengerjakan ulangan matematika, ia melihat soal-soal
ulangan trigonometri sambil memeriksa jawabannya, ia mampu mengerjakan semua
soal. Steven merupakan salah satu siswa kelas 11 yang berbakat dalam
mengerjakan soal-soal matematika, fisika, dan kimia, tapi ia lemah dalam
pelajaran biologi dan sejarah, ia juga memiliki rambut pendek berwarna coklat
dengan gaya spike di depan, muka
bebas jerawat tidak seperti siswa lainnya, dan bahkan tinggi badan yang bisa
dibilang melebihi standar siswa SMA 5 Bandung, tingginya sekitar 1, 83 meter,
yang berarti ia merupakan siswa tertinggi di sekolah tersebut. Siswa yang
memiliki bola mata coklat ini berdiri dari bangku barisan depan paling kanan
itu memberikan lembar jawaban ulangannya kepada seorang guru matematika yang
mengawasi seluruh kelasnya, sebelum itu, ia melihat sekeliling kelasnya, banyak
teman-teman sekelasnya yang terlihat cukup kesulitan untuk mengerjakan soal
tersebut hingga akhirnya mereka mampu. Guru tersebut langsung mengecek
ulangannya, guru tersebut bahkan memberi Steven nilai sempurna, yaitu 100.
“It was an honor to give you perfect score.”
ucap guru tersebut.
“Thank you very much, sir.” balas Steven.
Bel pulang pun
berbunyi, semua siswa di kelas tersebut pun mengumpulkan lembar jawaban ulangan
mereka masing-masing, sementara Steven mengambil tas dan helm sepeda motornya,
memakai jaket hitamnya, ia segera keluar dari kelas tersebut, namun beberapa
siswa dari kelasnya mendatanginya hanya untuk memberi selamat karena mendapat
nilai 100 dalam ulangan matematika itu. Steven hanya mengucapkan terimakasih
dan langsung melangkah meninggalkan gedung sekolah itu. Ia berjalan menuju
tempat parkir yang penuh dengan sepeda motor di mana motor Kawasaki Ninja
hitamnya diparkir. Ia menaiki sepeda motor itu dan mulai mengendarainya. Steven
meninggalkan daerah sekolah tersebut, ia mulai mengebut meninggalkan jalan
Belitung, ia mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi. Tapi saat ia tiba di
jalan Ahmad Yani, ia mendengar suara teriakan seorang wanita yang tampaknya telah
dibunuh. Ia segera mengerem dan berhenti di depan lampu merah pada perempatan
jalan Ahmad Yani dengan jalan Laswi dan jalan R.E. Martadinata, ia melihat
sekeliling, tidak terjadi apa-apa, hanya ada banyak kendaraan bermotor yang
berbaris menunggu lampu hijau. Lampu hijau pun menyala, Steven kembali mengebut
menuju jalan Jakarta, di mana komplek rumahnya yang bernama Setra Dago
terletak.
Steven
membelokkan motornya ke arah kiri menuju komplek tersebut, lalu ia berhenti di
depan rumahnya yang temboknya berwarna kuning dan coklat, setidaknya atap rumah
tersebut relatif sama dengan rumah lainnya yang berwarna coklat. Ia memarkirkan
motornya di garasi, lalu ia turun, ia membuka pintu depan dan menemui tantenya,
Gina, omnya, Devon, dan sepupunya yang bernama Ailee. Steven melihat Ailee
merengek-rengek tidak sabar untuk mendapat boneka seukurannya yang telah
dipesan Devon, ayahnya. Tapi ibunya menyuruh Ailee untuk bersabar. Tak lama
kemudian, Steven melihat sebuah truk berwarna merah jambu yang merupakan pengantar
boneka yang dipesan oleh Devon untuk Ailee. Ailee pun berlari keluar rumah
untuk bertemu bonekanya.
“Bonekaku!
Bonekaku! Akhirnya!!” seru gadis yang memiliki rambut panjang dibelah dua itu.
Seorang wanita
muda yang memiliki rambut pendek dan muka kurang lebih mirip orang Korea turun
dari truk tersebut dan memperkenalkan dirinya “Halo, kau pasti Ailee, ‘kan?”
“Ya, itu aku!”
jawab Ailee.
“Ailee, aku
ingin memperkenalkan Ailee-B.” Wanita tersebut menunjukkan boneka yang persis
mirip Ailee, Ailee pun kagum dan senang.
Devon, Gina, dan
Steven pun menemui Ailee dan bertanya apa ia senang, Ailee pun menjawab
demikian. Wanita tersebut mengajak semuanya untuk pergi ke salon untuk
mendapatkan perombakan kecantikan khusus untuk Ailee.
“Steven, kau mau
ikut?” tanya Gina.
“Tidak,
terimakasih, aku di rumah saja.” jawab Steven.
“Ayo, Ailee,
kita ke salon untuk perombakan kecantikanmu!” ajak Gina pada Ailee, mereka
berdua menaiki truk tersebut dan pergi meninggalkan rumah.
Sementara Devon
harus kembali ke kantor untuk rapat, Steven melihat omnya menaiki mobil Subaru dan pergi meninggalkan rumah
tersebut. Sementara Steven menutup pintu rumah, melangkah menuju kamarnya yang
terletak di lantai atas. Kamarnya terlihat normal bagi remaja laki-laki, tempat
tidur yang cukup berantakan, meja belajar yang penuh dengan buku-buku,
poster-poster yang tertempel di dinding, termasuk pemain sepakbola favoritnya,
Frank Lampard, serta laptop yang tersimpan di dekat meja belajar. Ia membuka
kemeja dan celana seragamnya dan menggantinya dengan kaus Adidas merah dan celana pendek coklat, ia melangkah menuju meja
belajarnya, ia duduk dan ia mulai mengerjakan tugas-tugas sekolahnya, dimulai
dari fisika, ia mampu mengerjakan semua soal itu dengan cepat, berikutnya,
sejarah, ia harus menyalakan laptopnya untuk mencari sumber untuk tugas
tersebut, laptopnya pun terhubung dengan jaringan nirkabel rumahnya, dicarinya
sejarah zaman kolonial Belanda saat sistem kerja paksa ditetapkan.
Waktu pun telah
berlalu, ia menyelesaikan tugas-tugasnya pada pukul 19:00, Devon, Gina, dan
Ailee belum pulang, ia mendapat SMS dari Gina bahwa ada makanan sisa di kulkas
dan ia harus menghangatkannya di microwave.
Ia segera keluar dari kamar itu dan melangkah menuju dapur, ia membuka kulkas,
diambilnya ayam goreng tradisional Indonesia yang terlihat renyah, ia membuka
plastik yang membungkus makanan tersebut, ia pun memasukkan makanan tersebut ke
dalam microwave dan mulai
menghangatkannya.
Beberapa detik
saat makanan tersebut mulai dihangatkan, bel rumah berbunyi, Steven meduga
bahwa Devon, Gina, dan Ailee tiba, ia melangkah menuju pintu depan dan membuka
pintu, ternyata dugaannya salah, itu Ben, kakaknya yang tinggi badannya 1, 73
meter, berat badan normal seperti Steven, rambut dicukur pendek, ia memakai
jaket coklat, kaus hitam dan celana jeans
Levi’s kegemarannya.
“Kakak?” panggil
Steven.
“Steven!” seru
Ben.
“Apa yang kau
lakukan di sini? Kukira kakak sedang bekerja di Jakarta, kebetulan sekali aku
sedang menghangatkan ayam goreng buatan Tante Gina, masuklah.”
“Tidak usah, aku
sudah makan, tapi aku akan masuk.”
Ben pun masuk ke
dalam rumah dan menutup pintu, sementara Steven mengeluarkan sepiring ayam
goreng dari microwave, ia menyajikannya dengan nasi, ia memutuskan untuk makan
malam di ruang tamu.
“Bagaimana di
Jakarta?” tanya Steven sambil makan.
“Biasa, macet,
aku bahkan sering terlambat masuk kerja.”
Steven membalas
dengan tertawa, Ben pun menyanyakan bagaimana kehidupannya di Bandung. Steven
menjawab bahwa kedua orangtuanya menghilang sejak reuni SMA mereka, jadi ia
tinggal bersama om dan tantenya. Ia juga menceritakan bahwa ia mendapat nilai
sempurna dalam ulangan matematikanya, Ben pun tersenyum dan tertawa, mereka
saling bercakap-cakap keadaan masing-masing. Saat Steven selesai makan malam,
Ben pun memutuskan untuk pergi.
“Oh tidak,
jangan pergi dulu dong!” ucap Steven.
“Aku harus
kembali menjalani urusanku.”
Steven hanya
tertawa dan membukakan pintu untuk Ben, ia pamit pada kakaknya. Ia menutup
pintu saat kakaknya pergi, tapi ia melihat mobil Subaru milik omnya yang tiba di depan rumah tersebut. Ia membuka
pintu kembali dan mempersilahkan mereka untuk masuk. Ailee tampak senang sekali
setelah mendapat boneka seukurannya, ia tersenyum pada Steven, Steven pun
membalas senyumnya. Lalu Steven kembali ke kamarnya dan menutup pintu, ia mulai
mengulang pelajaran yang diajarkan di sekolahnya.
***
Ternyata,
kebanyakan siswa di kelas Steven tidak mengerjakan PR fisika, kebanyakan
mengeluh karena soal-soalnya terlalu susah, tapi guru tersebut ngotot, akhirnya
mereka dipaksa untuk mengerjakan soal-soal tersebut, kecuali Steven dan yang
lainnya yang sudah mengerjakan, mereka bahkan diberi soal-soal yang lebih
sulit, kebanyakan dari mereka tidak mampu untuk mengerjakan tugas tersebut,
tapi Steven mampu. Greg, sahabatnya yang berpenampilan agak cute, rambut pendek berwarna hitam
kecoklatan, badan kurus, dan tidak terlalu tinggi. Steven mulai membantu Greg
untuk mengerjakan soal-soal tersebut, ia juga mulai berbicara di luar tugas
tersebut.
“Aku bertemu
kakakku tadi malam, dia kembali dari Jakarta, setelah sekitar dua bulan tak ada
kabar dari orangtuaku dan kakakku. Aku berbincang-bincang dengan dia, dan
syukurlah dia masih hidup.”
Greg membalas
“Apa maksudmu dengan ‘dia masih hidup’?”
“Kenapa kau
berbicara seperti itu?”
“Begini, dua minggu
lalu aku mendapat berita di situs detik.com,
yang kemudian dihapus secara tiba-tiba, kau pasti belum tahu tentang kakakmu.”
“Tidak, tapi
setidaknya kau harus memberitahuku.”
“Maaf, Steven,
tapi kakakmu, Ben, sudah tewas dua minggu yang lalu.”
Steven terlihat
kaget setelah mendengar kabar bahwa kakaknya sudah tewas dua minggu yang lalu,
ia mulai berpikir bahwa ia gila, ia mungkin berhalusinasi melihat kakaknya tadi
malam. Setelah bel berbunyi, Steven langsung berlari keluar dari kelas tersebut
dan pergi ke kamar mandi, ditutupnya pintu tersebut, ia mengambil iPhone-nya
dan mulai mem-browsing tentang
penyebab halusinasi, karena ia takut bahwa ia sedang terserang penyakit. Ia
akhirnya kembali ke kelasnya yang sudah tampak sepi, kebanyakan siswa pergi ke
kantin untuk membeli makanan ringan, sementara yang lain memutuskan untuk
mengerjakan tugas lainnya
“Steven, kau
tidak apa-apa?” tanya Greg yang menemuinya.
“Tidak, aku
pasti berhalusinasi! Aku pasti berhalusinasi! Aku sakit! Aku sakit, Greg!!”
“Tenanglah, kau
harus tenang, tarik nafas dalam-dalam, lalu lupakan bahwa kau bertemu Ben tadi
malam.”
Steven pun
menarik nafas dalam-dalam, Greg mengambil Samsung
Galaxy Note-nya dan membuka halaman berita yang ia simpan sebelum
benar-benar dihapus dari situs detik.com,
berita tersebut berjudul “Mayat Pria Berusia 24 Tahun Menghilang Secara Aneh”,
berita tersebut mengatakan bahwa Ben telah tewas terbunuh di sebuah gudang yang
terabaikan di Bandung. Steven menyuruh Greg untuk menyentuh keningnya, tapi
Greg menolak karena ia tahu bahwa Steven terlihat sehat-sehat saja, pada
akhirnya ia melakukannya setelah ada paksaan. Greg mengatakan bahwa ia benar,
Steven tidak sakit. Setelah beberapa menit, bel pun berbunyi, dan mereka
kembali ke bangku masing-masing untuk melanjutkan pelajaran seperti biasa.
Steven mulai memenangkan diri sejenak sebelum ia memperhatikan guru.
***
Pukul 18:31, Steven tiba di rumahnya setelah kerja kelompok di sekolah,
ia memarkirkan motornya, lalu ia masuk ke dalam rumah tersebut, dan ada suara
jeritan, ternyata itu Ailee! Steven melihat ada dua gelas terjatuh dan pecah
dari meja makan, Gina kaget dan langsung menuduh Ailee.
“Ailee! Kamu ini nakal banget!!”
“Bukan aku, bu! Tapi boneka itu!!”
“Bohong kamu! Boneka itu tidak mungkin melakukannya! Tapi pasti kamu
yang melakukannya! Ayo mengaku!!”
“Bukan aku! Aku melihat boneka itu menjatuhkan gelas itu.”
Devon memotong “Setidaknya mengaku saja jika kau melakukannya, Ailee!
Boneka itu tidak mungkin hidup!”
Ailee bersikukuh bahwa ia tidak melakukan hal tersebut, tapi Gina sudah
marah besar padanya sampai ia disuruh masuk ke dalam kamarnya, ia berlari
menuju kamarnya dan mendobrak pintunya dengan keras. Steven memandang Gina
mengambil boneka Ailee-B dan boneka itu terus disayanginya. Steven mulai merasa
aneh pada Gina, ia pikir mengapa tantenya lebih sayang pada Ailee-B dibanding
Ailee.
Steven pun
meninggalkan ruang makan itu dan melangkah naik tangga, tapi sebelum ia masuk
ke dalam kamar, Ben tiba-tiba muncul, yang membuatnya kaget. Steven mulai
panik, sangat panik! Apalagi Ben memakai pakaian yang sama seperti kemarin,
yaitu jaket coklat, kaus hitam dan celana jeans
Levi’s kegemarannya.
Ben berkata “Maaf, apa kakak menakutimu? Jangan panik, kakak tahu kalau
kau merasa ini aneh.”
“Apa yang…”
“Dua minggu yang lalu, kakak menemui orang aneh yang mengatakan masa
depan, masa depan milik kami, lalu kakak langsung tewas seketika, kakak tidak
tahu senjata apa yang dia gunakan, pandangan kakak mendadak hitam dan kakak
menyadari bahwa kakak sudah mati..”
Steven memotong dengan panik “Tidak! Berhenti! Maksudku… Kakak,
berhenti berbicara!! Tolonglah!!”
“Pembunuh itu menggunakan pisau untuk membunuh kakak, lalu kakak juga
membunuhnya, tapi seingatku dia selamat dengan luka parah. Kakak tak tahu kalau
hal itu sakit. Ini benar-benar aneh. Aku ingin kau melakukan sesuatu demi
kakak, dengarkan baik-baik. Kakak tahu kau belum mendapat informasi keberadaan
ayah dan ibu, jadi kakak ingin kau mencari informasi tersebut. Lakukan ini demi
diriku.”
Mata Steven mulai berkaca-kaca, ia tahu bahwa Ben yang ia temui adalah
halusinasi, tapi Ben mengatakan bahwa ia hanyalah hantu, dan hantu tersebut
menghilang. Steven memandang Gina membawa Ailee-B ke kamar utama. Setelah itu,
Steven masuk ke dalam kamarnya, mengganti bajunya, dan menyalakan laptopnya. Ia
masuk ke situs Facebook, ia menggunakan email ayahnya, ia juga tahu kata sandi
yang biasanya digunakan oleh ayahnya. Ia masuk atas nama akun tersebut, lalu ia
melihat banyak update dari
teman-teman ayahnya, ia masuk ke profil ayahnya, di mana ia mengetahui bahwa
ayahnya terakhir kali menulis status
dua bulan yang lalu yang berisi bahwa ia akan pergi ke reuni SMA dan ia sangat
bersemangat. Steven segera log out dari
Facebook.
***
Pukul 00:01, Steven terbangun dari tidurnya saat ia mendengar tangisan
Ailee yang keras, ia segera melangkah keluar dari kamarnya, melangkahi tangga,
dan tiba di kamar Ailee. Steven melihat Ailee sedang menangis sambil tengkurap
saat ia membuka pintunya.
“Ailee, bolehkah kakak masuk?” tanya Steven, Ailee tidak membalas
pertanyaan Steven, tapi Steven menemuinya dan berkata “Ailee, kau kenapa?”
“Aku dituduh telah menuliskan bad
bitch di dinding kamar ibu oleh ibu, kak! Padahal bukan aku yang
melakukannya, aku malah ditampar jam 11 malam, lalu aku disuruh untuk melihat
tulisan itu di dinding itu, padahal bukan aku yang melakukannya!”
“Ailee, kakak tidak mengerti yang tadi, apakah kau tadi yang memecahkan
gelas saat makan malam?”
“Bukan aku, tapi boneka itu yang melakukannya! Yang soal dinding itu
juga perbuatan boneka itu!!”
“Ailee, sudah jangan menangis, kakak akan mencari tahu apa benar boneka
itu hidup atau tidak. Besok hari Sabtu, kakak akan membantumu untuk membelamu.”
Steven pun memeluk Ailee, ia juga berkata agar Ailee tidak menangis
lagi. Steven meninggalkan kamar tersebut yang dindingnya berwarna merah jambu
dan penuh dengan boneka-boneka. Steven akhirnya memutuskan untuk mengambil
kamera ayahnya di dekat pemutar DVD, melangkah menuju kamar om dan tantenya, ia
melihat om dan tantenya sedang tertidur lelap di king bed berwarna coklat, tantenya terlihat tampak memeluk Ailee-B.
Ia melangkah masuk secara diam-diam, diletakkan kamera tersebut di depan tempat
tidur tersebut, ia akhirnya meninggalkan kamar tersebut.
Steven melepas bajunya saat ia tiba di kamarnya, ia kembali berbaring
di tempat tidurnya sambil memikirkan apa Ben yang ia temui hanyalah halusinasi
dan pendapat Ailee bahwa Ailee-B benar-benar hidup. Ia akhirnya tertidur hingga
jam lima pagi. Saat ia bangun, ia memakai kaus coklat, melangkah keluar menuju
kamar om dan tantenya. Ia mengambil kamera tersebut, dan ternyata… kartu memori
yang terpasang menghilang! Ia segera berpikir jika tantenya yang mengambil
kartu memori itu.
Akhirnya, pada jam 6 pagi, Steven bertanya pada Gina sambil sarapan
tentang kartu memori itu.
“Kau memata-matai tante?! Kau ini benar-benar tidak sopan sekali,
Steven!!”
“Tapi tante, aku yakin ada yang salah dengan boneka itu! Lagipula tante
bertingkah aneh sekali saat tante mengambil boneka…”
“Jangan memanggil tante sebagai orang aneh, Steven. Kau yang seharusnya
bertanggung jawab karena telah memata-matai tante!!”
Saat pertengkaran antara Steven dan Gina semakin sengit, Ailee mengeluh
bahwa ia mengalami sakit kepala, pada akhirnya, ia terjatuh dari kursi dan
pingsan di lantai. Steven segera menemui Ailee.
“Ailee!! Bangun! Ailee! Tante, Ailee harus dibawa ke dokter!! Oh ya,
aku juga butuh pakai MRI di rumah sakit, tolong tante!”
Pada akhirnya Gina memutuskan untuk membawa mereka berdua ke rumah
sakit. Steven menggendong Ailee menuju mobil Subaru milik Devon dan masuk ke dalam. Sementara Gina mulai
mengendarai menuju rumah sakit Boromeous. Steven dan Gina tidak berbicara sama
sekali saat perjalanan, selagi Gina menyetir, Steven mengirim SMS kepada Greg
bahwa ia ingin bertemu dengannya di rumah sakit tersebut.
Setibanya di rumah sakit, Steven menggendong Ailee dan mengikuti Gina
masuk ke dalam. Gina langsung mendaftarkan Ailee dan Steven untuk pemeriksaan,
mereka akhirnya menunggu di ruang tunggu, mereka harus menunggu lama sekali
karena banyak sekali pasien yang sakit. Pada akhirnya, Steven pun dipanggil
untuk ke ruang MRI, di mana otaknya akan diperiksa.
***
Steven
mengecek hasil MRI-nya di rumah sakit yang penuh dengan pasien yang sedang
sakit, baik yang dirawat inap maupun hanya untuk praktek dokter, ia melihat
otaknya baik-baik saja, tak ada tumor ataupun kanker sama sekali. Tapi Ben
menemuinya kembali.
“Apa-apaan
ini?” tanya Steven.
“Kau sudah
membuka akun Facebook ayah?”
“Kita tidak
bisa bicara saja di sini! Karena aku tak tahu siapa dirimu! Halusinasi, ‘kan,
tapi apa?” Steven menunjukkan hasil MRI-nya pada kakaknya “Bukan tumor otak,
lihat, aku tidak sakit, hasil MRI-ku bersih! Jadi siapa dirimu?”
“Kau sudah
tahu sebelumnya, aku sudah memberitahumu.”
“Jadi, kau ini
benar-benar…”
Ben mengangguk
sebelum Steven menyelesaikan kalimatnya “Aku hantu, Steve.”
Steven hanya
tertawa “Ini lucu sekali, wow!! Aku benar-benar bertemu dirimu, dirimu sebagai
hantu, tapi bagaimana bisa aku melihat hantu sepertimu?”
Greg yang
memakai kaus Adidas berwarna hitam
dan celana pendek hitam tiba menemuinya dan bertanya “Steven, kau bicara
denganku?” Greg menemui Steven.
Steven mengetahui
bahwa Ben hanya bisa dilihat oleh dirinya saja, ia menjawab tidak dan ia memang
ingin menemuinya serta ia tidak sakit. Greg pun tertawa sambil kagum tepat
setelah Ben menghilang.
“Apanya yang
lucu, Greg?”
“Kau punya
bakat untuk melihat hantu, bro! Ini
seperti di film horror atau supernatural saja! Berarti aku tidak gila bahwa aku
punya teman yang bisa melihat hantu! Kau ini berbakat! Jadi hanya itu yang
ingin kau bicarakan?”
“Greg, hantu
itu sebenarnya tidak ada, pasti ada seseorang yang membuatnya, aku tidak
percaya adanya hantu, hantu itu pasti buatan manusia. Dan satu hal lagi, Ailee
mengaku bahwa boneka seukurannya telah membuat masalah di rumah, saat aku
memata-matai boneka itu dengan kamera, kartu memori yang tersimpan mendadak
menghilang. Jadi aku ingin kita ke rumahku dan membongkar boneka itu serta
mencari tombolnya.”
“Jadi kau
berpikir bahwa boneka itu pelakunya?”
Steven
menangguk, mereka segera meninggalkan rumah sakit tersebut dan menaiki motor
Honda Vario milik Greg. Greg langsung mengebut menuju rumah Steven. Sesampai di
sana, mereka masuk ke dalam rumah tersebut dan mengambil Ailee-B dari kamar
tantenya. Steven juga mengambil kartu nama tempat asal boneka tersebut dibuat.
Greg mulai membongkar boneka tersebut, ia tanpa sengaja menjatuhkan kepala
boneka tersebut sehingga ia takut. Sementara Steven membaca kartu nama tersebut
dan mengetahui nomor telepon tersebut. Greg mengambil rambut boneka itu dan ia
melihat ada garis-garis hitam di bagian belakang kepala boneka tersebut. Steven
mengira garis-garis tersebut merupakan tulisan yang ditutupi oleh cat.
“Hei, kurasa
ada pesan yang tersembunyi di sini. Ambilkan lap, Greg.”
Greg
mengambilkan lap pada Steven, Steven mengusap kepala bagian belakang boneka
tersebut dengan lap hingga muncul tulisan di kepala boneka tersebut yang
bertajuk “Destroy this doll!”
“Destroy this doll? Apa maksudnya?” tanya
Greg.
“Aku tak tahu,
tapi yang jelas kita harus menghancurkan boneka ini. Sebaiknya kita telepon
pabrik pembuat boneka itu sebelum melakukannya.”
Steven
mengambil iPhone-nya dan menelepon pabrik pembuat boneka tersebut, ia mendengar
ada suara wanita tua yang berbicara. Wanita itu berteriak untuk tidak
menganggunya karena ia mengira bahwa Steven merupakan salah satu karyawan.
“Bu, saya
bukan karyawan, saya hanya pembeli boneka itu. Begini, bu, sepupu saya mengaku
bahwa boneka seukurannya benar-benar hidup, saat saya mengoprek boneka itu,
saya menemukan tulisan destroy this doll.”
Wanita
tersebut kaget dan berkata “Oh, memang boneka itu harus dihancurkan, saya tahu
boneka itu mempunyai arwah yang jahat, sebenarnya dia tidak ingin menjadi
boneka, saya pun tidak ingin membuat boneka yang berisi arwah itu, saya sudah
menyuruh para karyawan untuk menghancurkan boneka itu, padahal mereka sudah
berjanji, tapi mereka mengingkari janji itu! Saya seharusnya sudah tahu kalau
hal ini akan terjadi! Kalian harus hancurkan boneka itu, hancurkan dia!”
“Kalau tidak
mengapa?”
Wanita
tersebut mengatakan kalimat terakhir pada Steven “Sesuatu yang berbahaya akan
terjadi.” Telepon pun langsung putus.
“Greg, kita
harus hancurkan boneka itu sebelum jiwa boneka itu menyerang Ailee.”
Saat mereka
berbalik, mereka mengetahui bahwa boneka tersebut menghilang, begitu juga
dengan rambut yang dilepas, Steven mengetahui bahwa boneka tersebut pergi ke
rumah sakit untuk menyerang Ailee. Mereka segera keluar dari rumah tersebut dan
kembali ke rumah sakit. Steven dan Greg sama-sama mengebut mengendarai motor
mereka sambil berharap semoga belum terlambat untuk mencegah Ailee-B.
Sesampai di
rumah sakit tersebut, Steven dan Greg segera berlari masuk dan mencari Ailee di
ruang UGD, mereka ingin berteriak, tapi tidak diperbolehkan oleh suster karena
bisa menganggu para pasien. Greg akhirnya menemukan Ailee-B dan mengejarnya,
namun Ailee-B terlalu cepat dan… terlambat, boneka itu menemui Ailee yang
terbaring lemas di tempat tidur UGD, boneka itu mengambil taser dan langsung menyetrum Ailee dan membuatnya tersiksa serta
menjerit.
Greg yang
akhirnya mendengar jeritan Ailee tiba di depan boneka tersebut dan membuka
tirainya, ia melihat Ailee-B tengah menyetrum Ailee, ia kaget dan memukul
boneka tersebut hingga terjatuh. Pada akhirnya, Ailee pun terbangun dari
pingsannya. Greg penasaran apa yang terjadi, apa Ailee sudah sadar ataukah
arwah jahat sudah mengambil tubuhnya.
“Halo, kak
Greg.” sapa Ailee.
“Ailee, apa
yang terjadi padamu?”
“Aku baik-baik
saja, kak Greg, sekarang aku lebih baik.”
“Oke, kau
baik-baik saja.”
Gina pun
akhirnya tiba dan memeluk Ailee, ia lega bahwa Ailee sudah sadar, sementara
Ailee hanya tersenyum, tapi kali ini Greg menganggap senyum Ailee kali ini
merupakan senyum jahat, terlebih Ailee memandang Ailee-B sambil tersenyum.
Sementara
Steven yang baru saja tiba memandang Ailee-B yang tergeletak di lantai, ia
berpikir bahwa Ailee sudah baikan. Ailee pun langsung memuji Gina dan
membantunya untuk membawa Ailee-B. Sementara Ailee dan Gina melangkah keluar
dari rumah sakit tersebut, Greg dan Steven mulai bicara.
“Steven, aku
melihat Ailee-B menyetrum Ailee dengan taser,
itu gila sekali, berarti bonekanya hidup!”
“Greg, kau
pulang saja dulu, aku akan mengawasi Ailee. Jika ada apa-apa dengannya, akan
kutelepon.”
Greg pun
segera pamit pada Steven setelah tiba di tempat parkir. Steven menaiki motornya
dan pergi menuju rumahnya.
Sesampai di
rumah, Steven melihat Ailee mulai bertingkah aneh dari biasanya, seperti
menyiapkan makan siang meski ia belum terlalu bisa memasak, dipandangnya nasi
goreng buatan Ailee yang ditaruh di atas meja, ia heran mengapa Ailee mendapat
pujian dari Gina setelah dihukum. Steven berpikir bahwa Ailee melakukan balasan
kebaikan setelah dihukum.
Seluruh
anggota keluarga di rumah itu pun berkumpul untuk makan siang di ruang makan, Ailee
bahkan mengambilkan sepiring nasi goreng untuk Gina dan Devon, yang
berterimakasih padanya. Ailee meminta agar ia mendapat Ailee-B kembali sejak
Gina ketagihan bermain dengan boneka tersebut, Gina menerima permintaan itu,
dan Ailee tampak senang. Saat sebuah air mata keluar dari mata boneka Ailee-B,
Ailee langsung mengelap wajah boneka tersebut agar tidak ada yang tahu bahwa
boneka tersebut tampak sedang menangis. Sementara Steven hanya memakan sedikit
nasi goreng, setelah itu ia meninggalkan ruang makan itu dan menaiki tangga
menuju kamarnya, di mana ia bertemu dengan Ben lagi.
“Sejauh ini
kau hebat, kau mulai menyelidiki keberadaan orangtua kita.” ucap Ben.
“Kakak sudah
minta izin untuk masuk ke kamarku?”
“Kakak
menemukan liontin milik ibu di jalan, pasti terjatuh.”
Steven
memandang liontin berbentuk hati dan terbuat dari emas, ia tahu bahwa liontin
itu merupakan hadiah ulang tahun dari ayahnya untuk ibunya. Ia mengambil
liontin itu untuk dijadikan petunjuk. Sementara Ben keluar dari kamar tersebut
dan memandang Ailee sedang mencuci piring.
“Ailee
bertingkah aneh hari ini, kakak tak suka Ailee yang baru, kakak ingin Ailee
yang lama kembali.”
Steven pun
langsung mengikuti Ben dan melihat tingkah aneh Ailee, ia melihat Ailee
membisikkan sesuatu pada Ailee-B, ia bahkan tidak tahu apa kata sepupunya.
Steven mendapat SMS dari Greg yang isinya:
Kau sudah menghancurkan boneka itu?
Steven
membalas SMS itu dengan menjawab belum dan ia sedang mengawasi gerak-gerik
Ailee dan Ailee-B.
“Steve, apa
kau menyelidiki keberadaan ayah dan ibu atau kau mencurigai boneka seukuran
Ailee?”
“Aku
menyelidiki keduanya, kak.”
Steven masuk
ke dalam kamarnya dan menutup pintu, ia memandang liontin milik ibunya dan
memegangnya, ia taruh liontin tersebut di laci lemari pakaiannya. Setelah itu,
ia memandang ke arah jendela, dipandangnya Ailee yang membawa Ailee-B ke
halaman rumah. Ailee membuang boneka seukurannya itu ke tong sampah.
Steven
langsung mengirim SMS kepada Greg dan mengatakan bahwa ia curiga pada tingkah
laku Ailee waktu itu, termasuk membuang boneka seukurannya sendiri, ia juga
meminta agar Greg segera datang ke rumah. Ia berlari keluar dari kamar menuju
halaman depan rumah, ia mengambil Ailee-B dari tong sampah itu dan mulai
menyelidiki boneka itu, ia melihat seluruh tubuh boneka itu dan memegangnya,
hingga ia melihat sesuatu yang seharusnya tidak ada di boneka itu.
Greg pun tiba
dan memarkirkan motornya di halaman rumah tersebut, ia menemui Steven dan
bertanya ada apa. Steven menunjukkan sesuatu yang seharusnya tidak ada di
boneka itu, yaitu tahi lalat berwarna hitam di leher bagian belakang boneka
tersebut. Greg pun memegang boneka tersebut dan memegang tahi lalat itu seolah
seperti tahi lalat asli, sementara Steven memanggil Gina dan Ailee ke halaman
depan. Tapi Ailee berjalan diam-diam keluar rumah, Steven menunjukkan tahi
lalat yang ada di leher Ailee-B.
“Tahi lalat?
Tante tidak menemukan tahi lalat itu sebelumnya, kenapa bisa ada di sini?
Padahal kita tahu hanya foto wajahnya yang kita kirim, jadi mereka tidak
membuat tahi lalatnya.” tanya Gina.
“Mungkin Ailee
bisa menjawabnya.” jawab Greg.
Steven
memandang Ailee yang bergerak diam-diam dan memanggilnya, hingga sepupunya itu
melarikan diri, Greg langsung berlari mengejar Ailee.
“Dia bukan
Ailee, tante, boneka ini adalah Ailee yang sebenarnya.” kata Steven memberikan
boneka tersebut kepada Gina dan berlari mengejar Greg dan Ailee.
Gina pun
mengelus rambut boneka tersebut dan mulai menangis, ia menyesal atas apa yang
diperbuatnya, ia sangat sedih karena seharusnya ia lebih peduli Ailee daripada
Ailee-B.
“Maafkan ibu,
Ailee, maafkan ibu…”
Devon pun
datang menghampiri Gina dan bertanya “Kau kenapa, sayang?”
“Ini Ailee
yang asli.”
Devon tidak
percaya dengan hal tersebut “Apa yang kau bicarakan, itu hanya boneka.”
“Tidak, ini
benar-benar Ailee. Ailee, maafkan ibu, seharusnya ibu lebih perhatian kepadamu
daripada boneka itu. Maafkan tante, Ailee.” Gina terus menangis tersedu-sedu
sambil memeluk boneka itu “Ibu sayang kau, nak.”
Mendadak
boneka tersebut kembali menjadi manusia, yang tak lain adalah Ailee, Ailee
membalas pelukan ibunya “Ailee juga sayang ibu.”
Gina dan Devon
kaget bahwa boneka tersebut telah menjadi manusia, mereka berdua memeluk Ailee,
terutama Gina yang masih menangis.
Sementara itu,
Ailee-B tengah berlari dari kejaran Steven dan Greg, saat melewati jembatan
keluar dari Setra Dago Timur, ia terjatuh di tengah jalan saat menyebrang, ia
melihat tubuhnya yang telah kembali menjadi boneka. Greg dan Steven
menghentikan langkah mereka saat melihat Ailee-B telah kembali menjadi boneka
dan tergeletak di tengah-tengah jalan Setra Dago Raya.
“Kakak!!”
panggil Ailee berlari menemui Steven, dan ia memeluknya dengan lega.
Tapi urusan
mereka dengan Ailee-B tampaknya belum selesai, boneka itu menatap dengan tajam
mereka, mereka bertiga kaget saat Ailee-B berusaha untuk mendekati mereka,
namun sebuah mobil Lexus CT hitam menabrak boneka tersebut dan membuatnya
terbawa meninggalkan jalan tersebut. Steven, Greg, dan Ailee bisa bernafas lega
setelah itu. Mereka berjalan kembali menuju rumah, lalu Devon dan Gina memeluk
Ailee dengan bahagia, mereka senang bahwa Ailee sudah kembali seperti dulu
lagi.
Sementara Greg
pamit pada Steven untuk pergi ke IBS Radio Bandung HQ untuk siaran radio, hanya sekadar menggantikan penyiar yang
seharusnya siaran pada jam tersebut, mereka melakukan fist bump dan handshake
khas mereka. Greg pun akhirnya mulai mengendarai motornya dan meninggalkan
rumah tersebut. Setelah itu, Gina mengajak Steven untuk memeluk dirinya, Devon,
dan Ailee. Akhirnya keluarga tersebut merayakan happy ending.
***
Pukul 18:58,
Steven duduk di tempat tidurnya sambil memandang liontin milik ibunya. Ben pun
muncul dan memandangnya sambil tersenyum, ia memberi selamat pada Steven karena
telah memecahkan kasus pertamanya, Steven merasa heran mengapa kakaknya memberi
selamat dan ia tidak mengerti mengapa kata “kasus pertama” juga diucapkan.
“Kurasa kau
cocok jadi detektif, itu menurut kakak.”
“Detektif?
Akan kupikirkan tentang itu, kak.”
“Kau lupa
malam ini temanmu siaran di IBS Radio Bandung, sebaiknya nyalakan radiomu,
karena aku juga ingin mendengar temanmu juga.”
Steven segera
menyalakan radio dan memindahkan saluran radio ke IBS Radio Bandung, suara Greg
mulai terdengar di radio. Steven mulai mendengarkan acara yang dibawakan oleh
Greg itu. Setelah Greg memberitahu nomor telepon, Facebook, dan Twitter agar
para pendengar bisa request lagu
favorit mereka, Steven memutuskan untuk menelepon Greg untuk me-request lagu. Namun, Greg mendapat
telepon dari penelepon misterius.
“Halo, kalian
telah berhasil memecahkan satu misteri, dan selamat, kalian telah
menandatangani surat untuk…”
“Siapa ini?
Ini siapa dan di mana?” tanya Greg pada penelepon misterius itu.
“…menandakan
bahwa misteri-misteri aneh di kota ini baru saja dimulai, jika kalian gagal,
kalian akan mati.”
Steven dan Greg
sama-sama kaget setelah mendengar kalimat tersebut dari penelepon tersebut,
begitu juga Ben, yang berpikir bahwa Steven harus memecahkan misteri-misteri
aneh yang sedang terjadi di kota Bandung. Kira-kira siapa penelepon misterius
itu?
Comments
Post a Comment