Strange Case Episode 3

Strange Case is classified 15+, it contains violence, it is not recommended for people under 15.

3. In Case of New Friend
Hari Senin, seperti biasa di hari-hari kerja, hampir seluruh jalan mulai mengalami kemacetan lalu lintas pada hampir jam 6 pagi. Seluruh jalan yang mengalami kemacetan mulai penuh dengan kendaraan bermotor yang para pengemudinya akan pergi bekerja, mengantar anak ke sekolah, ataupun pergi ke sekolah.
Greg akhirnya tiba di rumah Steven setelah memarkirkan sepeda motornya di depan garasi. Greg yang memakai kemeja seragam berwarna putih abu dan celana seragam biru mengetuk pintu depan sambil memanggil Steven. Ia mengambil Samsung Galaxy Note-nya hanya untuk melihat jam yang menunjukkan pukul 05:57 pagi. Steven pun membukakan pintu rumah tersebut. Greg memandang Steven yang hanya memakai celana boxer coklat dan bertelanjang dada.
“Kau sudah mandi?” tanya Greg.
Steven hanya mengangguk dan berkata “Ya, aku tahu ini sudah hampir jam enam, om dan tante sudah pergi lebih awal. Dan aku baru saja selesai menyikat gigi setelah memakan omelet keju buatan Ailee. Gadis itu bisa masak.”
“Bukan begitu, sebaiknya kau pakai seragammu dan langsung pergi ke sekolah.”
“Apa Tengku sudah menyelesaikan tugas PKN?”
“Sudah, semoga saja dia membawanya.”
“Kak Steven!” panggil Ailee tiba dari dapur membawa tas ransel pinknya, Greg kaget bahwa Steven juga harus mengantar Ailee sebelum berangkat ke gedung SMA 5.
“Oh ya, aku harus antar Ailee dulu ke sekolahnya, kau mau langsung atau ikut?” tanya Steven.
Greg hanya mengangguk, ia melakukan fist bump pada Steven. Steven akhirnya memakai kemeja dan celana seragamnya. Mereka bertiga keluar dari rumah tersebut. Steven mengunci pintu rumah dan ia menaiki sepeda motornya, diikuti oleh Ailee. Greg juga mulai mengendarai sepeda motornya. Mereka mengantar Ailee ke sekolahnya terlebih dahulu.
Setelah sampai, Ailee turun dari motor Steven dan mengucapkan salam kepada sepupunya itu. Selanjutnya, Steven dan Greg pergi ke SMA 5 Bandung.
Saat mereka sampai, bel masuk pun berbunyi, mereka segera berlari masuk ke gedung tersebut setelah memarkirkan motornya. Saat mereka masuk ke dalam kelas, suasana kelas terlihat seperti biasa, kecuali… ada yang berubah, itu yang hanya dirasakan oleh Steven dan Greg. Mereka tidak melihat salah satu teman sekelas mereka yang bernama Brendan, melainkan mereka melihat orang lain. Semua murid tampak menemui “pengganti” Brendan itu yang bernama Matt, rambutnya agak mohawk berwarna hitam dan wajahnya tampak menyeramkan, tapi lelaki itu langsung disukai oleh para gadis.
Steven bertanya pada Gabe di mana Brendan, Gabe menjawab bahwa Brendan sudah tewas sebulan yang lalu. Steven merasa aneh dan berpikir seharusnya Brendan masih hidup sebulan yang lalu, tapi ia malah meninggal sebulan sebelumnya.
“Kau dapat informasi dari mana?” tanya Greg.
“Sebulan yang lalu, di detik.com.” jawab Gabe.
“Berdiri!” seru sang ketua kelas saat Bu Reni, guru PKN masuk kelas “Beri salam!”
Semua murid memberi salam kepada Bu Reni, yang menjawab dan bertanya apa PR makalah kelompok mereka sudah selesai. Semua kelompok mengumpulkan makalah tersebut.
Sementara Greg diam-diam mengambil Samsung Galaxy Note-nya dari sakunya dan mencari berita kematian Brendan. Ia menemukan berita tersebut di okezone.com. Greg membaca artikel tersebut dengan gambar wajah Brendan yang tampak memakai kacamata dan rambutnya menutupi keningnya.
“Steven, lihat ini, sebuah mayat remaja laki-laki berusia 15 tahun ditemukan di sebuah GOR yang terbakar, kebakaran diduga disebabkan oleh petasan.” bisik Greg.
“Mungkin saja dia tewas karena sebuah seseorang yang menggunakan petasan untuk melakukan kejahilan padanya.”
“Brendan memang sering dibully oleh kakak kelas yang tampak menyeramkan, kita tahu itu. Tapi jika dia masih hidup pada hari Jumat, mengapa dia mati sebulan sebelumnya?”
Time travel.”
“Kau pasti bercanda, Steve, penjelajahan waktu itu tidak ada, mesin waktu tidak mungkin ditemukan oleh seseorang.”
Bu Reni menegur Steven dan Greg “Don’t speak while I’m explaining!”
Steven dan Greg meminta maaf pada Bu Reni dan mulai memperhatikan apa yang dijelaskan sambil mencurigai Matt.
***
Mayoritas siswa-siswi SMA 5 Bandung berkunjung ke kantin tersebut pada jam istirahat, banyak yang membeli snack maupun soft drink, ada juga yang membawa bekal. Hampir semua siswa yang berada di kantin tersebut makan di sana.
“Jadi siapa yang sering menganggu Brendan? Apa kau tahu?” tanya Greg.
 “Dua orang kakak kelas program reguler, mereka adalah Rangga dan Leihan dari kelas yang berbeda. Sebelum naik ke kelas 11, Brendan memberitahuku bahwa ia sering dibully oleh mereka. Rangga dan Leihan merupakan tetangga yang membenci tingkah laku dan penampilan Brendan.”
“Begitu? Penampilan mereka seperti apa?”
Steven menjelaskan bahwa Rangga memiliki bola mata berwarna coklat kehitaman, rambut gondrong meski sudah diingatkan untuk memotong rambutnya, tapi menolak, dan tubuh agak gemuk. Greg melihat orang yang dijelaskan oleh Steven yang memotong antrean, orang itu bahkan menyerobot tempat paling depan. Mereka berdua segera menemui orang itu.
“Apa kau Rangga?” tanya Steven.
“Maaf, tapi tempat yang paling depan ini milikku.”
“Bisa kami bicara sebentar tentang Brendan?” tanya Greg.
Rangga mengambil cireng yang berbentuk trapesium dan membayar kepada ibu pemilik kantin, ia mulai berbicara sambil memakan cireng itu “Brendan? Memang kenapa?”
“Kau ingat kau melihat Brendan kemarin atau beberapa hari yang lalu?” tanya Steven.
“Tidak, Brendan sudah mati sebulan yang lalu.”
“Kapan terakhir kalinya kau melihat dia?” tanya Steven.
Rangga menjawab “Sebulan yang lalu, sebelum ia terbunuh. Saat ia membaca buku pelajaran kelas 12 sambil berjalan keluar rumah, aku dan temanku, Leihan keluar dari rumah dan mulai menjahili Brendan dengan balon air berwarna merah.”
“Jahil sekali.” tanggap Greg.
“Kami juga melempar balon berwarna oranye, kuning, hijau, dan biru, sehingga Brendan menjadi basah kuyup, termasuk bukunya yang sangat mahal itu. Kami menertawakan dan mengejeknya. Setelah itu, kami pergi ke sekolah dan…, aku tak ingat, waktu itu aku terkena serangan panik.”
“Kau terkena serangan panik? Oleh siapa?” tanya Steven.
“Aku tak tahu, menurutku Brendan yang melakukannya karena ia ingin membalas kami, seingatku kami menjahili Brendan di sekolah lagi, namun, semua tampak menakutkan, dan aku tidak ingat apa itu.”
“Oke, terimakasih banyak untuk ceritanya, Rangga.” jawab Steven.
“Kau mau snack?” tanya Greg.
“Tidak, terimakasih, air mineral saja.” ucap Steven sambil memberikan uang 2.500 rupiah kepada Greg, saat ia melangkah akan meninggalkan kantin itu, ia bertemu Ben yang muncul secara tiba-tiba.
“Kerja bagus.” ucap Ben.
“Jangan sekarang, kak.”
“Aku ingin tahu apa isi CD yang kau dapat kemarin sore, apa isinya?”
“Kak, kita tak bisa bicara seperti ini di sini, kau tahu bahwa kau ini hanyalah hantu yang hanya bisa dilihat olehku!”
Seorang gadis yang berambut pendek pun bertanya kepadanya “Kau bicara padaku?”
Steven menjawab tidak pada gadis tersebut dan segera mengajak Ben untuk pergi ke toilet untuk berbicara secara pribadi, ruangan toilet tersebut tampak sepi, sehingga Steven dapat lebih nyaman untuk berbicara. Ben juga mengatakan bahwa ia tidak bisa menentukan kapan ia akan muncul dihadapan Steven.
“Kak, isi CD itu hanya berisi cerita hantu yang diceritakan oleh ayah, hanya itu, tak ada lagi. Lagipula ceritanya seram, kau ingin mendengar cerita itu?”
“Tidak, lagipula kakak hanya muncul sebentar saja, jadi aku pasti tidak akan mendengarkan cerita itu hingga selesai. Kali ini kasus apa yang sedang kau selidiki?”
“Brendan tiba-tiba meninggal sebulan yang lalu, padahal aku melihat dia pada hari Jumat lalu di kelas. Dan orang aneh yang bernama Matt mendadak muncul dan disukai beberapa gadis, dan…, tunggu apa aku menggunakan banyak ‘dan’?”
“Aku tak tahu, hanya saja mungkin seseorang mengubah masa lalu, mungkin saja menggunakan mesin waktu atau…”
“Mesin waktu? Itu tak ada sama sekali, kak? Tidak mungkin sekali jika kita ingin melakukan perjalanan waktu! Oh ya, kakak, kalau hanya aku yang bisa melihat dirimu, maka aku bisa melihat hantu Brendan juga ‘kan?”
“Jika kau melihat hantu nona Blanevich kemarin, maka kau bisa, aku akan panggil dia nanti.”
“Steven, kau kenapa? Kau bertemu Ben lagi?” tanya Greg tiba menemuinya.
“Ya, dia bertanya padaku tentang petunjuk yang kutemukan lagi. Petunjuk itu merupakan paket berisi CD yang isinya cerita hantu yang diceritakan oleh ayahku, itu pun juga seram.”
Bel pun berbunyi menandakan bel masuk setelah istirahat, mereka berdua keluar dari kamar mandi tersebut dan kembali ke kelas untuk memulai pelajaran berikutnya.
***
Pelajaran PJOK pun berlangsung di sebuah lapangan olahraga yang terletak di jalan Bali No. 8 dengan luas 5600 meter kuadrat. Semua siswa laki-laki sedang bermain sepak bola, tapi Matt yang paling sering menguasai bola yang digiringnya, sehingga tidak ada satupun yang mampu merebut bola darinya. Ia pun memasukkan bola tersebut ke dalam gawang yang dijaga Greg. Greg tidak mampu menangkap bola tersebut sehingga terjadi gol pada tim Matt. Matt semakin disukai oleh para gadis sekelas yang menonton saat melepas kaus olahraganya dan kembali bermain.
Steven menemui Greg saat dipanggil ke depan gawang, mereka berbicara tampak mudah sekali bagi Matt untuk membuat para gadis terpesona, tapi mereka juga harus mengawasi pemuda yang memiliki wajah menyeramkan dan cool itu. Steven pun kembali ke tengah lapangan untuk melakukan kick-off kepada Gabe. Tapi Matt langsung merebut bola dari Gabe dengan mudah dan langsung melakukan tendangan jarak jauh ke arah gawang. Namun sayangnya, bola itu out. Bertepatan dengan itu, peluit pun dibunyikan oleh guru olahraga yang bernama Pak Mitch. Semua siswa melangkah menuju ruang ganti untuk mengganti baju mereka.
Steven memakai kaus hijau dan celana panjang coklat, sementara Greg masih memakai seragamnya. Mereka tahu bahwa pelajaran PJOK merupakan pelajaran terakhir pada hari Senin sebelum diizinkan pulang. Kedua remaja itu berjalan keluar dari ruang ganti pria sambil berbicara.
“Saat kita kembali ke sekolah, kita harus menemui Leihan, itu jika kalau dia belum pulang. Semoga saja kita dapat petunjuk dari dia.” kata Steven.
“Lalu kita temui arwah Brendan untuk menyelamatkan dirinya di masa lalu jika kakakku berhasil memanggilnya. Kau masih tidak percaya perjalanan waktu ya?”
“Sama sekali tidak.” Greg pun mengambil kunci motornya dari sakunya, ia mulai berbicara sekali lagi “Jika kau ingin bermimpi untuk kembali ke masa lalu hanya untuk menyelamatkan Brendan, bermimpilah, karena itu tak akan terjadi.”
Pak Mitch pun muncul dan menemui kedua remaja itu “Steven, I heard you got perfect score for your math test recently, congratulations to you! You’re really great!
Thank you, sir, I’m honoured and I’m proud.” jawab Steven.
“Ehem, bisakah kita tidak menggunakan bahasa Inggris setelah KBM selesai?” tanya Greg protes.
“Pak, saya ingin bertanya ini memang aneh tapi… kapan bapak melihat Brendan?” tanya Steven.
Pak Mitch menjawab “Hari sebelum kematiannya, saat bapak lihat Brendan keluar kelas setelah bel berbunyi, dia memandang seorang gadis yang ia sukai, bapak pikir dia suka padanya, bapak melihat dia menemui gadis itu, tapi mereka bertabrakan sehingga buku-buku mereka berjatuhan, saat mengambil buku-buku itu, Brendan memegang tangan kiri gadis itu. Oh ya, nama gadis itu Yuna. Rangga dan Leihan datang dan kembali menjahili Brendan seperti biasa, kali ini, Brendan di-slushied.”
“Mereka menumpahkan slushie ke arah Brendan?” tanya Greg.
“Ingat para tokoh Glee yang di-slushied.” tambah Steven
“Tepat, parahnya mukanya yang kena slushie. Saat Brendan melarikan diri, bapak menemuinya dan membujuknya, tapi dia menolak begitu saja, dia pergi ke kamar mandi, dan…” Pak Mitch menjelaskan saat Brendan berada di kamar mandi:
Saat Brendan mencuci mukanya, ia melihat kaca dan tiba-tiba saja ia melihat seorang lelaki yang berada di sampingnya.
“Kau ingin menghajar para bully itu?” tanya lelaki itu.
“Apa aku mengenalimu?”
“Tentu, namaku Matt, kau menyimpan dendam pada mereka? Jika ya, maka aku akan menghajar mereka demi dirimu sampai mereka berhenti membully dirimu lagi.”
“Bagus!”
“Tapi, ada syaratnya, setelah aku membantumu, kau juga harus membantuku, kau terima syarat itu?”
“Begitu ya? Aku terima syarat itu!”
Pak Mitch yang mengintip Brendan pun merasa heran mengapa Brendan berbicara kepada dirinya sendiri, ia bahkan tidak melihat orang lain selain Brendan.
Pak Mitch pun menyelesaikan ceritanya “Bapak melihat Brendan berbicara sendiri, apa dia memang suka berkhayal? Sejak itu, bapak tidak pernah melihat dirinya lagi selain mendengar berita bahwa dia sudah tewas. Sebaiknya kalian coba tanya Rangga atau Leihan, mungkin mereka tahu apa yang terjadi.”
“Oke, thank you very much, sir.” ucap Steven.
***
Sesampai di gedung SMA 5 Bandung yang sudah tampak sepi karena kebanyakan siswa sudah pulang ataupun sedang mengikuti pelajaran tambahan, Steven dan Greg menemui pemuda yang memiliki rambut bergaya shaggy dan panjang. Mereka mengenali pemuda tersebut yang merupakan Leihan. Mereka mulai bertanya tentang kematian Brendan, Leihan langsung menganggapi.
“Aku tak tahu kenapa, tapi bukan aku yang membunuhnya, sebelum kematian Brendan, aku terkena serangan panik, aku benar-benar panik saat ia menakutiku tanpa menyentuh diriku.”
“Seperti yang dikatakan Rangga kecuali saat Brendan menakuti dirimu tanpa menyentuhmu.” tanggap Steven.
Greg melihat perban yang menutupi tangan kiri Leihan, ia bertanya “Kau patah tulang? Apa kau mengalami kecelakaan? Atau itu akibat dari serangan panik tadi lalu kau kecelakaan?”
“Aku tidak mengalami kecelakaan, tapi aku bahkan hanya ingat sebagian saja, semua berawal saat Brendan dan Yuna datang, aku tahu mereka menumpang naik angkot dan ojeg, kami mulai marah-marah pada Brendan karena telah membawa gadis dari program reguler, mentang-mentang dia siswa RSBI. Aku mendorong Brendan hingga terjatuh, tiba-tiba saja sebuah mobil yang tampaknya tanpa pengemudi menabrak Rangga, lalu Rangga terjatuh ke jalan dengan kepala terlebih dahulu. Aku mendadak diseret-seret oleh sesuatu yang tidak terlihat, tangan kiriku dipatahkan oleh sesuatu itu, itu yang menyebabkan aku harus memakai perban ini. Mengerikan sekali! Brendan menyentuhku tanpa menyentuh sama sekali, dia bisa jadi psikopat karena dia mematahkan lengan kananku tanpa menyentuhnya.”
“Kau tahu di mana Yuna sekarang?” tanya Steven.
By the way, kalau soal Yuna, dia akan memainkan gig pada jam 4 sore di Dago Tea House, jika kalian ingin menonton, silahkan, ini info lebih lanjutnya.” Leihan memberi selembar flyer gig yang akan dimainkan oleh Yuna di Dago Tea House. Steven pun berterimakasih pada Leihan. Leihan pun pergi.
Steven memandang Greg dan menyampaikan “Kita harus menonton gig Yuna di Dago Tea House yang mulai pada jam 4 sore. Karena itu kita akan bertanya pada Yuna setelah gignya selesai.”
“Ya, sudah lama aku tidak melihat pertunjukkan musik sejak konser Secondhand Serenade di Sabuga.” tanggap Greg.
***
Pukul 16:00, Steven dan Greg tiba di Dago Tea House, mereka hanya harus membayar seribu rupiah untuk tiket masuk ke tempat itu. Mereka pun mulai duduk di kursi penonton untuk menonton gig yang dimainkan oleh Yuna. Steven dan Greg melihat-lihat para penonton yang memenuhi seluruh kursi yang ada, bahkan ada yang berdiri, kebanyakan yang menonton gig tersebut merupakan pelajar dan mahasiswa. Yuna pun muncul di panggung dan mengucapkan sambutan terima kasih pada penonton. Yuna pun mulai memainkan gitarnya dan menyanyikan lagu Everybody Knew yang dibawakan oleh Citra. Suara yang dinyanyikan Yuna terdengar sangat merdu dan membuat para penonton menghayati lagu tersebut.
Selain itu, selama satu jam, Yuna juga menyanyikan beberapa lagu favoritnya, termasuk Apalah Arti Menunggu, Love Is You, Aku Padamu, dan Stronger (What Doesn’t Kill You), serta mash-up dari lagu Fly dan I Believe I Can Fly.
Gig tersebut berlangsung hingga pukul 17:00, semua penonton bertepuk tangan dengan meriah saat gig  Yuna selesai. Yuna pun mengucapkan salam penutup sebelum meninggalkan panggung. Saat penonton sudah mulai bepergian, Steven dan Greg segera melangkah menuju backstage untuk menemui Yuna.
“Permisi?” ucap Steven saat ia dan Greg melihat Yuna yang sedang menghapus make-up-nya “Tadi gigmu bagus sekali, tak heran kau benar-benar bisa bernyanyi.”
“Lagipula aku paling suka saat kau menyanyikan Aku Padamu yang dipopulerkan oleh ST12, keren sekali!” tambah Greg.
“Terima kasih banyak, kalian adalah dua orang cowok yang pertama memuji konserku, aku tahu kalian dari SMA 5, kalian murid RSBI, ‘kan? Apa kalian tahu Brendan?” tanggap Yuna.
“Ya, dia teman sekelas kami.” jawab Greg.
“Aku turut berduka pada kalian sebagai temannya.” ucap Yuna.
“Omong-omong, Yuna, kami ingin bertanya, ini soal Brendan? Kau melihat Rangga ditabrak mobil yang tak ada pengemudinya…” tanya Steven.
Greg melanjutkan “Dan saat Leihan mengalami patah tulang secara misterius?”
“Ya, aku melihatnya dengan mataku sendiri, aku tak tahu mengapa, tapi aku berpikir kalau ini merupakan balas dendam Brendan. Brendan berkata kalau temannya yang melakukannya, tapi aku tidak melihat siapa-siapa selain mereka, tidak ada teman yang ia bicarakan, aku bilang mungkin itu hanya imaginasinya, aku tidak bisa percaya dengan hantu. Saat aku pergi, aku mendengar Brendan berbicara sendiri, dia terdengar sedang marah pada diri sendiri, tapi aku merasa bahwa dia itu orang aneh, aneh sekali.”
“Lalu??” tanya Steven.
“Aku pergi meninggalkannya selagi ia berbicara sendiri. Omong-omong, terima kasih banyak telah menonton gig-ku, semoga kalian suka. Kalau kalian mau melihat cover-ku, kunjungi channel YouTube-ku, YunaLovesMusic.”
Greg membalas “Kami benar-benar menyukai pertunjukanmu, terima kasih banyak, kami pasti akan mengunjungi channel-mu.”
Steven dan Greg segera melangkah keluar dari Dago Tea House, mendadak saja, Steven melihat Ben muncul di hadapannya.
“Steve, ada apa?” tanya Greg “Kakakmu ada di hadapanmu, ‘kan?”
“Ya, dia tiba-tiba berada di depanku, Greg! Kakak, sudah menemukan Brendan?”
Ben menjawab “Ya, ini orangnya.”
Arwah Brendan pun muncul menemui Steven dan Ben, tapi ia tidak terlihat oleh Greg “Steven, aku benar-benar bingung, aku benar-benar tidak mengerti, mengapa aku tiba-tiba sudah meninggal? Kenapa aku mendadak menjadi hantu?? Aku pusing! Benar-benar pusing!!”
“Tenang dulu, Brendan, kau sudah bertemu Steven, kau juga bisa melihat Greg, tapi dia tak bisa melihatmu.” jawab Ben “Kau ingat saat kau dibunuh?”
Brendan bercerita “Aku mulai panik saat teman baruku sebenarnya adalah hantu, dan katanya, giliranku untuk membantunya. Aku mendadak berada di sebuah GOR yang terlihat ramai sekali, tapi aku berada di ruangan paling belakang yang terlihat sepi, hanya ada kandang yang terbuat dari besi. Aku melihat Matt dibawa oleh dua orang bully dan dimasukkan ke dalam kandang tersebut. Mereka mengunci pintu kandang dan melemparkan petasan ke arah depan pintu. Aku melihat Matt semakin ketakutan saat melihat petasan-petasan itu meledak di dekatnya, semakin banyak petasan yang meledak, maka api pun muncul, api yang cukup besar. Dua orang bully itu lari tanpa bertanggung jawab. Aku segera menyelamatkan Matt, saat aku membuka kunci pintu kandang itu, aku tiba-tiba berada di dalam dan pintunya terkunci! Aku sudah ditipu, aku hanya melihat api yang membakar diriku.”
Steven mengerti apa yang diceritakan Brendan, ia diminta untuk kembali ke masa lalu untuk menyelamatkan Brendan. Tapi, hanya Steven yang bisa melakukan time travel karena hanya ia yang bisa melihat hantu, berarti Greg tidak bisa ikut.
“Aku tidak mengerti, apa hantu Ben itu buatan manusia? Apa Brendan juga begitu?” Pertanyan Greg tidak dijawab.
“Steven, hanya kau yang bisa menyelamatkan Brendan, selamatkan dia dan ubah masa lalu menjadi seperti semula, syaratnya kau harus tidur dan Brendan akan mempengaruhi mimpimu.”
“Tidak sekarang?” tanya Steven, setelah itu, ia tidak melihat kedua hantu tersebut “Greg, aku akan menyelamatkan Brendan lewat tidurku.”
***
Pukul 21:30, Steven memakai kaus Adidas merah dan celana pendek coklatnya, ia pun berbaring di tempat tidur. Saat ia tertidur, ia mendadak berada di sebuah GOR di mana terjadinya kematian Brendan, ia melihat dimasukkannya Matt oleh kedua orang bully ke dalam kandang. Ia melihat Brendan membuka kunci itu dan masuk ke dalam kandang, tapi ia malah terkunci oleh Matt. Steven segera berlari menyelamatkannya dan membuka kunci tersebut, yang membuat Matt kaget dan tidak senang. Akhirnya, Brendan terbebaskan.
“Apa?!” teriak Matt, ia segera berlari keluar dari GOR tersebut.
Steven dan Brendan segera mengejar Matt keluar dari GOR tersebut, saat mereka keluar, mereka lihat ke belakang bahwa GOR itu sudah terbakar. Mereka berdua pun bertemu Matt di sebuah jalan buntu.
“Matt, kau yang membunuh Brendan! Kau yang mengubah masa lalu! Ini benar-benar tidak adil!” teriak Steven.
“Ini juga tidak adil! Aku mati sebelum waktunya!!” teriak Matt.
“Ini juga benar-benar tidak adil! Kau membunuhku di masa lalu! Jika kau tidak bisa menerima keadaan, sudah sepantasnya kau mati!!” teriak Brendan.
“Diam kau!!” teriak Matt memukul Brendan hingga terjatuh, ia juga akan memukul Steven, tapi langkahnya terhenti saat kobaran api muncul di kakinya, ia tidak menyangka bahwa ia akan terbakar meski jauh dari GOR “Apa yang terjadi?!” Ia pun berteriak saat api sudah membakar tubuhnya.
Suara seperti ini terdengar “Wahai manusia yang terjebak dalam kegelapan yang menyebabkan sesuatu yang buruk kepada yang lain, akan kutunjukkan apa itu kematian!”
Tubuh Matt mulai terbakar secara penuh, ia mulai tersiksa dengan kobaran api yang membakar seluruh tubuhnya. Tak lama kemudian, ia pun terjatuh dan tewas.
Berarti Steven berhasil menyelamatkan Brendan, ia pun terbangun pada pukul 02:15, Ben langsung berada di depan tempat tidurnya.
“Ah, apa?” tanya Steven sambil mengusap kedua matanya.
“Bagaimana?”
“Brendan? Aku menyelamatkannya.”
“Tidak, maksudku keberadaan orangtua kita.”
“Aku belum menemukan petunjuk lagi hari ini, bodohnya. Jadi apa kakak punya ide untuk mencari petunjuk itu?”
“Untungnya, kakak sudah menemukan ini.” Ben menunjukkan buku tahunan sekolah milik ayahnya, Steven pun mengambil buku tersebut “Cari informasi tentang ayahmu, Steve.”

“Ya, kak.” ucap Steven, ia pun duduk di depan meja belajarnya dan membuka buku tersebut, ia mencari biodata ayahnya. Ia harus membuka banyak halaman karena ia belum menemukan biodata ayahnya. Tak lama kemudian, ia menemukan foto ayahnya di buku tahunan tersebut. Ia pun mulai membaca biodata ayahnya dan ia pun mulai kaget saat ia melihat ada tulisan “Pemburu hantu” sebagai cita-cita ayahnya. Apa benar ayahnya merupakan pemburu hantu sungguhan?

Comments

Popular Posts