Strange Case Episode 3
Strange Case is classified 15+, it contains violence, it is not recommended for people under 15.
3. In Case of New
Friend
Hari Senin,
seperti biasa di hari-hari kerja, hampir seluruh jalan mulai mengalami
kemacetan lalu lintas pada hampir jam 6 pagi. Seluruh jalan yang mengalami
kemacetan mulai penuh dengan kendaraan bermotor yang para pengemudinya akan
pergi bekerja, mengantar anak ke sekolah, ataupun pergi ke sekolah.
Greg akhirnya
tiba di rumah Steven setelah memarkirkan sepeda motornya di depan garasi. Greg
yang memakai kemeja seragam berwarna putih abu dan celana seragam biru mengetuk
pintu depan sambil memanggil Steven. Ia mengambil Samsung Galaxy Note-nya hanya untuk melihat jam yang menunjukkan
pukul 05:57 pagi. Steven pun membukakan pintu rumah tersebut. Greg memandang
Steven yang hanya memakai celana boxer
coklat dan bertelanjang dada.
“Kau sudah
mandi?” tanya Greg.
Steven hanya
mengangguk dan berkata “Ya, aku tahu ini sudah hampir jam enam, om dan tante
sudah pergi lebih awal. Dan aku baru saja selesai menyikat gigi setelah memakan
omelet keju buatan Ailee. Gadis itu bisa masak.”
“Bukan begitu,
sebaiknya kau pakai seragammu dan langsung pergi ke sekolah.”
“Apa Tengku
sudah menyelesaikan tugas PKN?”
“Sudah, semoga
saja dia membawanya.”
“Kak Steven!”
panggil Ailee tiba dari dapur membawa tas ransel pinknya, Greg kaget bahwa
Steven juga harus mengantar Ailee sebelum berangkat ke gedung SMA 5.
“Oh ya, aku
harus antar Ailee dulu ke sekolahnya, kau mau langsung atau ikut?” tanya
Steven.
Greg hanya
mengangguk, ia melakukan fist bump
pada Steven. Steven akhirnya memakai kemeja dan celana seragamnya. Mereka
bertiga keluar dari rumah tersebut. Steven mengunci pintu rumah dan ia menaiki
sepeda motornya, diikuti oleh Ailee. Greg juga mulai mengendarai sepeda
motornya. Mereka mengantar Ailee ke sekolahnya terlebih dahulu.
Setelah sampai,
Ailee turun dari motor Steven dan mengucapkan salam kepada sepupunya itu.
Selanjutnya, Steven dan Greg pergi ke SMA 5 Bandung.
Saat mereka
sampai, bel masuk pun berbunyi, mereka segera berlari masuk ke gedung tersebut
setelah memarkirkan motornya. Saat mereka masuk ke dalam kelas, suasana kelas
terlihat seperti biasa, kecuali… ada yang berubah, itu yang hanya dirasakan
oleh Steven dan Greg. Mereka tidak melihat salah satu teman sekelas mereka yang
bernama Brendan, melainkan mereka melihat orang lain. Semua murid tampak menemui
“pengganti” Brendan itu yang bernama Matt, rambutnya agak mohawk berwarna hitam dan wajahnya tampak menyeramkan, tapi lelaki
itu langsung disukai oleh para gadis.
Steven bertanya
pada Gabe di mana Brendan, Gabe menjawab bahwa Brendan sudah tewas sebulan yang
lalu. Steven merasa aneh dan berpikir seharusnya Brendan masih hidup sebulan
yang lalu, tapi ia malah meninggal sebulan sebelumnya.
“Kau dapat
informasi dari mana?” tanya Greg.
“Sebulan yang
lalu, di detik.com.” jawab Gabe.
“Berdiri!” seru
sang ketua kelas saat Bu Reni, guru PKN masuk kelas “Beri salam!”
Semua murid
memberi salam kepada Bu Reni, yang menjawab dan bertanya apa PR makalah
kelompok mereka sudah selesai. Semua kelompok mengumpulkan makalah tersebut.
Sementara Greg
diam-diam mengambil Samsung Galaxy Note-nya
dari sakunya dan mencari berita kematian Brendan. Ia menemukan berita tersebut
di okezone.com. Greg membaca artikel tersebut dengan gambar wajah Brendan yang
tampak memakai kacamata dan rambutnya menutupi keningnya.
“Steven, lihat ini,
sebuah mayat remaja laki-laki berusia 15 tahun ditemukan di sebuah GOR yang
terbakar, kebakaran diduga disebabkan oleh petasan.” bisik Greg.
“Mungkin saja
dia tewas karena sebuah seseorang yang menggunakan petasan untuk melakukan
kejahilan padanya.”
“Brendan memang
sering dibully oleh kakak kelas yang
tampak menyeramkan, kita tahu itu. Tapi jika dia masih hidup pada hari Jumat,
mengapa dia mati sebulan sebelumnya?”
“Time travel.”
“Kau pasti
bercanda, Steve, penjelajahan waktu itu tidak ada, mesin waktu tidak mungkin
ditemukan oleh seseorang.”
Bu Reni menegur
Steven dan Greg “Don’t speak while I’m
explaining!”
Steven dan Greg
meminta maaf pada Bu Reni dan mulai memperhatikan apa yang dijelaskan sambil
mencurigai Matt.
***
Mayoritas
siswa-siswi SMA 5 Bandung berkunjung ke kantin tersebut pada jam istirahat,
banyak yang membeli snack maupun soft drink, ada juga yang membawa bekal.
Hampir semua siswa yang berada di kantin tersebut makan di sana.
“Jadi siapa yang
sering menganggu Brendan? Apa kau tahu?” tanya Greg.
“Dua orang kakak kelas program reguler, mereka
adalah Rangga dan Leihan dari kelas yang berbeda. Sebelum naik ke kelas 11,
Brendan memberitahuku bahwa ia sering dibully
oleh mereka. Rangga dan Leihan merupakan tetangga yang membenci tingkah laku dan
penampilan Brendan.”
“Begitu?
Penampilan mereka seperti apa?”
Steven
menjelaskan bahwa Rangga memiliki bola mata berwarna coklat kehitaman, rambut
gondrong meski sudah diingatkan untuk memotong rambutnya, tapi menolak, dan
tubuh agak gemuk. Greg melihat orang yang dijelaskan oleh Steven yang memotong
antrean, orang itu bahkan menyerobot tempat paling depan. Mereka berdua segera
menemui orang itu.
“Apa kau
Rangga?” tanya Steven.
“Maaf, tapi
tempat yang paling depan ini milikku.”
“Bisa kami
bicara sebentar tentang Brendan?” tanya Greg.
Rangga mengambil
cireng yang berbentuk trapesium dan membayar kepada ibu pemilik kantin, ia
mulai berbicara sambil memakan cireng itu “Brendan? Memang kenapa?”
“Kau ingat kau
melihat Brendan kemarin atau beberapa hari yang lalu?” tanya Steven.
“Tidak, Brendan
sudah mati sebulan yang lalu.”
“Kapan terakhir
kalinya kau melihat dia?” tanya Steven.
Rangga menjawab
“Sebulan yang lalu, sebelum ia terbunuh. Saat ia membaca buku pelajaran kelas
12 sambil berjalan keluar rumah, aku dan temanku, Leihan keluar dari rumah dan
mulai menjahili Brendan dengan balon air berwarna merah.”
“Jahil sekali.”
tanggap Greg.
“Kami juga
melempar balon berwarna oranye, kuning, hijau, dan biru, sehingga Brendan
menjadi basah kuyup, termasuk bukunya yang sangat mahal itu. Kami menertawakan
dan mengejeknya. Setelah itu, kami pergi ke sekolah dan…, aku tak ingat, waktu
itu aku terkena serangan panik.”
“Kau terkena
serangan panik? Oleh siapa?” tanya Steven.
“Aku tak tahu,
menurutku Brendan yang melakukannya karena ia ingin membalas kami, seingatku
kami menjahili Brendan di sekolah lagi, namun, semua tampak menakutkan, dan aku
tidak ingat apa itu.”
“Oke,
terimakasih banyak untuk ceritanya, Rangga.” jawab Steven.
“Kau mau snack?” tanya Greg.
“Tidak,
terimakasih, air mineral saja.” ucap Steven sambil memberikan uang 2.500 rupiah
kepada Greg, saat ia melangkah akan meninggalkan kantin itu, ia bertemu Ben
yang muncul secara tiba-tiba.
“Kerja bagus.”
ucap Ben.
“Jangan
sekarang, kak.”
“Aku ingin tahu
apa isi CD yang kau dapat kemarin sore, apa isinya?”
“Kak, kita tak
bisa bicara seperti ini di sini, kau tahu bahwa kau ini hanyalah hantu yang
hanya bisa dilihat olehku!”
Seorang gadis
yang berambut pendek pun bertanya kepadanya “Kau bicara padaku?”
Steven menjawab
tidak pada gadis tersebut dan segera mengajak Ben untuk pergi ke toilet untuk
berbicara secara pribadi, ruangan toilet tersebut tampak sepi, sehingga Steven
dapat lebih nyaman untuk berbicara. Ben juga mengatakan bahwa ia tidak bisa
menentukan kapan ia akan muncul dihadapan Steven.
“Kak, isi CD itu
hanya berisi cerita hantu yang diceritakan oleh ayah, hanya itu, tak ada lagi.
Lagipula ceritanya seram, kau ingin mendengar cerita itu?”
“Tidak, lagipula
kakak hanya muncul sebentar saja, jadi aku pasti tidak akan mendengarkan cerita
itu hingga selesai. Kali ini kasus apa yang sedang kau selidiki?”
“Brendan
tiba-tiba meninggal sebulan yang lalu, padahal aku melihat dia pada hari Jumat
lalu di kelas. Dan orang aneh yang bernama Matt mendadak muncul dan disukai
beberapa gadis, dan…, tunggu apa aku menggunakan banyak ‘dan’?”
“Aku tak tahu,
hanya saja mungkin seseorang mengubah masa lalu, mungkin saja menggunakan mesin
waktu atau…”
“Mesin waktu?
Itu tak ada sama sekali, kak? Tidak mungkin sekali jika kita ingin melakukan
perjalanan waktu! Oh ya, kakak, kalau hanya aku yang bisa melihat dirimu, maka
aku bisa melihat hantu Brendan juga ‘kan?”
“Jika kau
melihat hantu nona Blanevich kemarin, maka kau bisa, aku akan panggil dia
nanti.”
“Steven, kau
kenapa? Kau bertemu Ben lagi?” tanya Greg tiba menemuinya.
“Ya, dia
bertanya padaku tentang petunjuk yang kutemukan lagi. Petunjuk itu merupakan
paket berisi CD yang isinya cerita hantu yang diceritakan oleh ayahku, itu pun
juga seram.”
Bel pun berbunyi
menandakan bel masuk setelah istirahat, mereka berdua keluar dari kamar mandi
tersebut dan kembali ke kelas untuk memulai pelajaran berikutnya.
***
Pelajaran PJOK
pun berlangsung di sebuah lapangan olahraga yang terletak di jalan Bali No. 8
dengan luas 5600 meter kuadrat. Semua siswa laki-laki sedang bermain sepak
bola, tapi Matt yang paling sering menguasai bola yang digiringnya, sehingga
tidak ada satupun yang mampu merebut bola darinya. Ia pun memasukkan bola
tersebut ke dalam gawang yang dijaga Greg. Greg tidak mampu menangkap bola tersebut
sehingga terjadi gol pada tim Matt. Matt semakin disukai oleh para gadis
sekelas yang menonton saat melepas kaus olahraganya dan kembali bermain.
Steven menemui
Greg saat dipanggil ke depan gawang, mereka berbicara tampak mudah sekali bagi
Matt untuk membuat para gadis terpesona, tapi mereka juga harus mengawasi
pemuda yang memiliki wajah menyeramkan dan cool
itu. Steven pun kembali ke tengah lapangan untuk melakukan kick-off kepada Gabe. Tapi Matt langsung merebut bola dari Gabe
dengan mudah dan langsung melakukan tendangan jarak jauh ke arah gawang. Namun
sayangnya, bola itu out. Bertepatan
dengan itu, peluit pun dibunyikan oleh guru olahraga yang bernama Pak Mitch.
Semua siswa melangkah menuju ruang ganti untuk mengganti baju mereka.
Steven memakai kaus
hijau dan celana panjang coklat, sementara Greg masih memakai seragamnya.
Mereka tahu bahwa pelajaran PJOK merupakan pelajaran terakhir pada hari Senin
sebelum diizinkan pulang. Kedua remaja itu berjalan keluar dari ruang ganti
pria sambil berbicara.
“Saat kita
kembali ke sekolah, kita harus menemui Leihan, itu jika kalau dia belum pulang.
Semoga saja kita dapat petunjuk dari dia.” kata Steven.
“Lalu kita temui
arwah Brendan untuk menyelamatkan dirinya di masa lalu jika kakakku berhasil
memanggilnya. Kau masih tidak percaya perjalanan waktu ya?”
“Sama sekali
tidak.” Greg pun mengambil kunci motornya dari sakunya, ia mulai berbicara
sekali lagi “Jika kau ingin bermimpi untuk kembali ke masa lalu hanya untuk
menyelamatkan Brendan, bermimpilah, karena itu tak akan terjadi.”
Pak Mitch pun
muncul dan menemui kedua remaja itu “Steven, I heard you got perfect score for your math test recently,
congratulations to you! You’re really great!”
“Thank you, sir, I’m honoured and I’m proud.”
jawab Steven.
“Ehem, bisakah
kita tidak menggunakan bahasa Inggris setelah KBM selesai?” tanya Greg protes.
“Pak, saya ingin
bertanya ini memang aneh tapi… kapan bapak melihat Brendan?” tanya Steven.
Pak Mitch
menjawab “Hari sebelum kematiannya, saat bapak lihat Brendan keluar kelas setelah
bel berbunyi, dia memandang seorang gadis yang ia sukai, bapak pikir dia suka
padanya, bapak melihat dia menemui gadis itu, tapi mereka bertabrakan sehingga
buku-buku mereka berjatuhan, saat mengambil buku-buku itu, Brendan memegang
tangan kiri gadis itu. Oh ya, nama gadis itu Yuna. Rangga dan Leihan datang dan
kembali menjahili Brendan seperti biasa, kali ini, Brendan di-slushied.”
“Mereka
menumpahkan slushie ke arah Brendan?”
tanya Greg.
“Ingat para
tokoh Glee yang di-slushied.” tambah Steven
“Tepat, parahnya
mukanya yang kena slushie. Saat
Brendan melarikan diri, bapak menemuinya dan membujuknya, tapi dia menolak
begitu saja, dia pergi ke kamar mandi, dan…” Pak Mitch menjelaskan saat Brendan
berada di kamar mandi:
Saat Brendan
mencuci mukanya, ia melihat kaca dan tiba-tiba saja ia melihat seorang lelaki
yang berada di sampingnya.
“Kau ingin
menghajar para bully itu?” tanya
lelaki itu.
“Apa aku
mengenalimu?”
“Tentu, namaku
Matt, kau menyimpan dendam pada mereka? Jika ya, maka aku akan menghajar mereka
demi dirimu sampai mereka berhenti membully
dirimu lagi.”
“Bagus!”
“Tapi, ada
syaratnya, setelah aku membantumu, kau juga harus membantuku, kau terima syarat
itu?”
“Begitu ya? Aku
terima syarat itu!”
Pak Mitch yang
mengintip Brendan pun merasa heran mengapa Brendan berbicara kepada dirinya
sendiri, ia bahkan tidak melihat orang lain selain Brendan.
Pak Mitch pun
menyelesaikan ceritanya “Bapak melihat Brendan berbicara sendiri, apa dia
memang suka berkhayal? Sejak itu, bapak tidak pernah melihat dirinya lagi
selain mendengar berita bahwa dia sudah tewas. Sebaiknya kalian coba tanya
Rangga atau Leihan, mungkin mereka tahu apa yang terjadi.”
“Oke, thank you very much, sir.” ucap Steven.
***
Sesampai di
gedung SMA 5 Bandung yang sudah tampak sepi karena kebanyakan siswa sudah
pulang ataupun sedang mengikuti pelajaran tambahan, Steven dan Greg menemui
pemuda yang memiliki rambut bergaya shaggy
dan panjang. Mereka mengenali pemuda tersebut yang merupakan Leihan. Mereka
mulai bertanya tentang kematian Brendan, Leihan langsung menganggapi.
“Aku tak tahu
kenapa, tapi bukan aku yang membunuhnya, sebelum kematian Brendan, aku terkena
serangan panik, aku benar-benar panik saat ia menakutiku tanpa menyentuh
diriku.”
“Seperti yang
dikatakan Rangga kecuali saat Brendan menakuti dirimu tanpa menyentuhmu.”
tanggap Steven.
Greg melihat
perban yang menutupi tangan kiri Leihan, ia bertanya “Kau patah tulang? Apa kau
mengalami kecelakaan? Atau itu akibat dari serangan panik tadi lalu kau
kecelakaan?”
“Aku tidak
mengalami kecelakaan, tapi aku bahkan hanya ingat sebagian saja, semua berawal
saat Brendan dan Yuna datang, aku tahu mereka menumpang naik angkot dan ojeg,
kami mulai marah-marah pada Brendan karena telah membawa gadis dari program
reguler, mentang-mentang dia siswa RSBI. Aku mendorong Brendan hingga terjatuh,
tiba-tiba saja sebuah mobil yang tampaknya tanpa pengemudi menabrak Rangga,
lalu Rangga terjatuh ke jalan dengan kepala terlebih dahulu. Aku mendadak
diseret-seret oleh sesuatu yang tidak terlihat, tangan kiriku dipatahkan oleh
sesuatu itu, itu yang menyebabkan aku harus memakai perban ini. Mengerikan
sekali! Brendan menyentuhku tanpa menyentuh sama sekali, dia bisa jadi psikopat
karena dia mematahkan lengan kananku tanpa menyentuhnya.”
“Kau tahu di
mana Yuna sekarang?” tanya Steven.
“By the way, kalau soal Yuna, dia akan
memainkan gig pada jam 4 sore di Dago
Tea House, jika kalian ingin menonton, silahkan, ini info lebih lanjutnya.”
Leihan memberi selembar flyer gig yang akan dimainkan oleh Yuna di
Dago Tea House. Steven pun berterimakasih pada Leihan. Leihan pun pergi.
Steven memandang
Greg dan menyampaikan “Kita harus menonton gig
Yuna di Dago Tea House yang mulai pada jam 4 sore. Karena itu kita akan
bertanya pada Yuna setelah gignya
selesai.”
“Ya, sudah lama
aku tidak melihat pertunjukkan musik sejak konser Secondhand Serenade di Sabuga.”
tanggap Greg.
***
Pukul 16:00,
Steven dan Greg tiba di Dago Tea House, mereka hanya harus membayar seribu
rupiah untuk tiket masuk ke tempat itu. Mereka pun mulai duduk di kursi penonton
untuk menonton gig yang dimainkan
oleh Yuna. Steven dan Greg melihat-lihat para penonton yang memenuhi seluruh
kursi yang ada, bahkan ada yang berdiri, kebanyakan yang menonton gig tersebut merupakan pelajar dan
mahasiswa. Yuna pun muncul di panggung dan mengucapkan sambutan terima kasih
pada penonton. Yuna pun mulai memainkan gitarnya dan menyanyikan lagu Everybody Knew yang dibawakan oleh
Citra. Suara yang dinyanyikan Yuna terdengar sangat merdu dan membuat para
penonton menghayati lagu tersebut.
Selain itu,
selama satu jam, Yuna juga menyanyikan beberapa lagu favoritnya, termasuk Apalah Arti Menunggu, Love Is You, Aku Padamu, dan Stronger
(What Doesn’t Kill You), serta mash-up
dari lagu Fly dan I Believe I Can Fly.
Gig tersebut berlangsung hingga pukul
17:00, semua penonton bertepuk tangan dengan meriah saat gig Yuna selesai. Yuna pun
mengucapkan salam penutup sebelum meninggalkan panggung. Saat penonton sudah
mulai bepergian, Steven dan Greg segera melangkah menuju backstage untuk menemui Yuna.
“Permisi?” ucap
Steven saat ia dan Greg melihat Yuna yang sedang menghapus make-up-nya “Tadi gigmu
bagus sekali, tak heran kau benar-benar bisa bernyanyi.”
“Lagipula aku
paling suka saat kau menyanyikan Aku
Padamu yang dipopulerkan oleh ST12, keren sekali!” tambah Greg.
“Terima kasih
banyak, kalian adalah dua orang cowok yang pertama memuji konserku, aku tahu
kalian dari SMA 5, kalian murid RSBI, ‘kan? Apa kalian tahu Brendan?” tanggap
Yuna.
“Ya, dia teman
sekelas kami.” jawab Greg.
“Aku turut
berduka pada kalian sebagai temannya.” ucap Yuna.
“Omong-omong,
Yuna, kami ingin bertanya, ini soal Brendan? Kau melihat Rangga ditabrak mobil
yang tak ada pengemudinya…” tanya Steven.
Greg melanjutkan
“Dan saat Leihan mengalami patah tulang secara misterius?”
“Ya, aku
melihatnya dengan mataku sendiri, aku tak tahu mengapa, tapi aku berpikir kalau
ini merupakan balas dendam Brendan. Brendan berkata kalau temannya yang
melakukannya, tapi aku tidak melihat siapa-siapa selain mereka, tidak ada teman
yang ia bicarakan, aku bilang mungkin itu hanya imaginasinya, aku tidak bisa
percaya dengan hantu. Saat aku pergi, aku mendengar Brendan berbicara sendiri,
dia terdengar sedang marah pada diri sendiri, tapi aku merasa bahwa dia itu
orang aneh, aneh sekali.”
“Lalu??” tanya
Steven.
“Aku pergi
meninggalkannya selagi ia berbicara sendiri. Omong-omong, terima kasih banyak
telah menonton gig-ku, semoga kalian
suka. Kalau kalian mau melihat cover-ku,
kunjungi channel YouTube-ku,
YunaLovesMusic.”
Greg membalas
“Kami benar-benar menyukai pertunjukanmu, terima kasih banyak, kami pasti akan
mengunjungi channel-mu.”
Steven dan Greg
segera melangkah keluar dari Dago Tea
House, mendadak saja, Steven melihat Ben muncul di hadapannya.
“Steve, ada
apa?” tanya Greg “Kakakmu ada di hadapanmu, ‘kan?”
“Ya, dia
tiba-tiba berada di depanku, Greg! Kakak, sudah menemukan Brendan?”
Ben menjawab
“Ya, ini orangnya.”
Arwah Brendan
pun muncul menemui Steven dan Ben, tapi ia tidak terlihat oleh Greg “Steven,
aku benar-benar bingung, aku benar-benar tidak mengerti, mengapa aku tiba-tiba
sudah meninggal? Kenapa aku mendadak menjadi hantu?? Aku pusing! Benar-benar
pusing!!”
“Tenang dulu,
Brendan, kau sudah bertemu Steven, kau juga bisa melihat Greg, tapi dia tak
bisa melihatmu.” jawab Ben “Kau ingat saat kau dibunuh?”
Brendan
bercerita “Aku mulai panik saat teman baruku sebenarnya adalah hantu, dan
katanya, giliranku untuk membantunya. Aku mendadak berada di sebuah GOR yang
terlihat ramai sekali, tapi aku berada di ruangan paling belakang yang terlihat
sepi, hanya ada kandang yang terbuat dari besi. Aku melihat Matt dibawa oleh
dua orang bully dan dimasukkan ke
dalam kandang tersebut. Mereka mengunci pintu kandang dan melemparkan petasan
ke arah depan pintu. Aku melihat Matt semakin ketakutan saat melihat
petasan-petasan itu meledak di dekatnya, semakin banyak petasan yang meledak,
maka api pun muncul, api yang cukup besar. Dua orang bully itu lari tanpa bertanggung jawab. Aku segera menyelamatkan
Matt, saat aku membuka kunci pintu kandang itu, aku tiba-tiba berada di dalam
dan pintunya terkunci! Aku sudah ditipu, aku hanya melihat api yang membakar
diriku.”
Steven mengerti
apa yang diceritakan Brendan, ia diminta untuk kembali ke masa lalu untuk
menyelamatkan Brendan. Tapi, hanya Steven yang bisa melakukan time travel karena hanya ia yang bisa
melihat hantu, berarti Greg tidak bisa ikut.
“Aku tidak
mengerti, apa hantu Ben itu buatan manusia? Apa Brendan juga begitu?” Pertanyan
Greg tidak dijawab.
“Steven, hanya
kau yang bisa menyelamatkan Brendan, selamatkan dia dan ubah masa lalu menjadi
seperti semula, syaratnya kau harus tidur dan Brendan akan mempengaruhi
mimpimu.”
“Tidak
sekarang?” tanya Steven, setelah itu, ia tidak melihat kedua hantu tersebut
“Greg, aku akan menyelamatkan Brendan lewat tidurku.”
***
Pukul 21:30,
Steven memakai kaus Adidas merah dan
celana pendek coklatnya, ia pun berbaring di tempat tidur. Saat ia tertidur, ia
mendadak berada di sebuah GOR di mana terjadinya kematian Brendan, ia melihat
dimasukkannya Matt oleh kedua orang bully
ke dalam kandang. Ia melihat Brendan membuka kunci itu dan masuk ke dalam
kandang, tapi ia malah terkunci oleh Matt. Steven segera berlari
menyelamatkannya dan membuka kunci tersebut, yang membuat Matt kaget dan tidak
senang. Akhirnya, Brendan terbebaskan.
“Apa?!” teriak
Matt, ia segera berlari keluar dari GOR tersebut.
Steven dan
Brendan segera mengejar Matt keluar dari GOR tersebut, saat mereka keluar,
mereka lihat ke belakang bahwa GOR itu sudah terbakar. Mereka berdua pun
bertemu Matt di sebuah jalan buntu.
“Matt, kau yang
membunuh Brendan! Kau yang mengubah masa lalu! Ini benar-benar tidak adil!”
teriak Steven.
“Ini juga tidak
adil! Aku mati sebelum waktunya!!” teriak Matt.
“Ini juga
benar-benar tidak adil! Kau membunuhku di masa lalu! Jika kau tidak bisa
menerima keadaan, sudah sepantasnya kau mati!!” teriak Brendan.
“Diam kau!!”
teriak Matt memukul Brendan hingga terjatuh, ia juga akan memukul Steven, tapi
langkahnya terhenti saat kobaran api muncul di kakinya, ia tidak menyangka
bahwa ia akan terbakar meski jauh dari GOR “Apa yang terjadi?!” Ia pun
berteriak saat api sudah membakar tubuhnya.
Suara seperti
ini terdengar “Wahai manusia yang terjebak dalam kegelapan yang menyebabkan
sesuatu yang buruk kepada yang lain, akan kutunjukkan apa itu kematian!”
Tubuh Matt mulai
terbakar secara penuh, ia mulai tersiksa dengan kobaran api yang membakar
seluruh tubuhnya. Tak lama kemudian, ia pun terjatuh dan tewas.
Berarti Steven
berhasil menyelamatkan Brendan, ia pun terbangun pada pukul 02:15, Ben langsung
berada di depan tempat tidurnya.
“Ah, apa?” tanya
Steven sambil mengusap kedua matanya.
“Bagaimana?”
“Brendan? Aku
menyelamatkannya.”
“Tidak, maksudku
keberadaan orangtua kita.”
“Aku belum
menemukan petunjuk lagi hari ini, bodohnya. Jadi apa kakak punya ide untuk
mencari petunjuk itu?”
“Untungnya,
kakak sudah menemukan ini.” Ben menunjukkan buku tahunan sekolah milik ayahnya,
Steven pun mengambil buku tersebut “Cari informasi tentang ayahmu, Steve.”
“Ya, kak.” ucap Steven, ia pun
duduk di depan meja belajarnya dan membuka buku tersebut, ia mencari biodata
ayahnya. Ia harus membuka banyak halaman karena ia belum menemukan biodata
ayahnya. Tak lama kemudian, ia menemukan foto ayahnya di buku tahunan tersebut.
Ia pun mulai membaca biodata ayahnya dan ia pun mulai kaget saat ia melihat ada
tulisan “Pemburu hantu” sebagai cita-cita ayahnya. Apa benar ayahnya merupakan
pemburu hantu sungguhan?
Comments
Post a Comment