Teen Secret Agent Episode 1
The following episode is classified PG, for general reading, but may be unsuitable for young children.
Pilot
Reddale International School,
Jakarta, Indonesia, siswa-siswi yang
berpakaian bebas, tidak seperti sekolah lain yang “memaksakan” siswa-siswi
mereka untuk memakai seragam putih abu atau sebagainya, tengah terlihat
berjalan-jalan mengelilingi sekolah, mengobrol dengan teman-teman ataupun
mengambil buku dari loker
Aaron McGarrett, pemuda kelahiran
Nashville, Tenessee, Amerika Serikat, menemui temannya yang bernama Oli, sahabatnya
sejak kecil, di ruang loker berisi loker-loker berwarna abu-abu. Oli sedang
mencari ponsel Xperia Play-nya. Oli
suka bermain game, terlebih yang berhubungan dengan PlayStation. Oli membuka lokernya dan melanjutkan mencari
ponselnya.
Aaron memiliki tinggi badan 183
centimeter, rambut coklat kehitaman, mata coklat muda, dan ia juga merupakan
cowok terpintar di kelasnya, ia terlihat memakai kaus kuning, kemeja biru muda
dan celana putih. Sedangkan Oli memiliki rambut coklat muda, mata biru, dan ia
kurang lebih memiliki tinggi yang sama dengan Aaron, ia memakai kemeja putih
tanpa kaus dalam dan celana jeans biru.
“Kau sedang cari apa, Oli?” tanya
Aaron.
“Hp Xperia Play-ku, aku tak bisa semangat tanpa hp-ku.” jawab Oli
sambil mengeluarkan semua barang dari tasnya di dalam lokernya, akhirnya, cowok
kelahiran Inggris tersebut menemukan ponselnya, ia mulai bermain PlayStation di ponselnya seperti biasa.
Aaron melihat banyak siswa-siswi
yang berjalan-jalan di selasar sambil meninggalkan ruang loker tersebut,
sementara Oli hanya fokus bermain sambil berjalan. Ia dan Oli juga melihat
Casey, teman sekelasnya yang berasal di Australia, di dekat ruangan kelas
biologi. Aaron memanggil Casey, tapi Casey terus memandang gadis yang
berkerudung putih tersebut, tampaknya pemuda berambut hitam pendek yang
berpakaian kemeja biru muda dan celana hitam itu naksir pada Luna!
“Kenapa Casey seperti itu?” tanya
Oli.
“Ah, aku tahu! Casey menaksir
Luna, ‘kan?” tanya Aaron saat ia dan Oli menemui Casey.
Casey langsung menyuruh Aaron dan
Oli diam, ia tampak malu untuk mengatakan bahwa ia suka Luna, cewek berkerudung
tadi yang berpakaian serba putih. Oli ingat bahwa Jumat malam nanti akan ada pesta
dansa. Berhubung hari itu merupakan hari Rabu, Oli mengatakan bahwa ini
kesempatan Casey untuk mengajak Luna, tapi Casey terlihat tidak “pede”.
“Ayolah, Casey, aku juga akan
mengajak cewek, kok!” ucap Oli “Ini kesempatanmu selagi dia tak punya pacar!”
“Tapi…” ucap Casey.
“Ayo, Casey, jadilah cool lad!” seru Aaron “Be nice, be cool!”
“Oke.” Casey segera menemui Luna
yang sedang duduk membaca buku Pelajaran Lingkungan Hidup di samping ruangan
kelas biologi, ia menarik nafas saat Luna menatapnya, ia langsung menyapa Luna.
“Hello, Casey. What’s up?” tanya Luna.
“Well, kurasa ini agak aneh ya, kau lagi baca buku PLH?” jawab
Casey, ia malah mengatakan basa basi.
“Ya, kita seharusnya melestarikan
lingkungan hidup, itu ‘kan penting banget. Pelajaran PLH besok lho. On Thursday.”
“Okay, I hope you enjoyed your study, and I have to go.” Casey
berlari menemui Aaron dan Oli setelah menjawab dalam aksen Australia.
“Kau bodoh sekali!” ucap Oli.
“Aku malu! Mau mengajak Luna tapi
malah basa basi tentang PLH!”
Bel masuk kelas akhirnya
berdering, semua murid yang berada di selasar segera masuk ke kelas
masing-masing. Memulai pelajaran seperti biasa, pelajaran-pelajaran yang rumit
hingga bel pulang berbunyi, iPhone Aaron berbunyi saat ia berjalan keluar dari
kelasnya, ia mengangkat video call masuk
itu, ternyata tampak muka seorang gadis cantik yang memiliki rambut hitam
panjang lurus yang menelepon.
Gadis tersebut memiliki muka yang
amat sangat cantik bebas jerawat,
rambut panjang dibelah dua berwarna coklat kehitaman, ia sedang memakai kemeja
hijau dan rok panjang biru.
“Halo, Aaron, tadi belajar apa saja?”
tanya gadis itu.
“Ya, banyak, jadi apa misinya,
Jessica?” jawab Aaron.
“Kantor pusat melaporkan bahwa
mesin video game dari Jepang di sebuah pabrik telah dicuri oleh seseorang yang
tak lain adalah Gahwand.”
“Wow, musuh bebuyutanku. Aku
harus pergi ya?”
“Oh ya, orang itu ingin ketemu
kamu di Monas.”
“Siapa?”
“Si pemilik pabrik itu, Aaron.”
“Oke, aku akan pergi sepulang
sekolah.” Aaron mengakhiri percakapan sebelum pergi ke kelas kimia.
***
Sepulang sekolah, Siva, pemuda
yang memiliki rambut hitam spike yang
berpakaian kemeja hitam dan celana hitam menemui Oli sambil mengikuti Aaron
secara diam-diam.
“Kenapa Aaron sering bertingkah
aneh dan selalu menghilang?” tanya Siva pada Oli.
“Mana kutahu.”
“Ayolah, Oli, kau ‘kan satu SD
dengan dia di London, kau juga satu SMP dengan dia di Nashville!”
“Kau sudah mengatakan kalimat itu
sebelas kali, Siva. Btw, aku duluan!”
“Yo, bro!”
Oli bukannya berjalan pulang,
tapi ia memutuskan untuk mengikuti Aaron yang menaiki mobil Chevrolet Aveo warna biru. Saat Aaron
membuka pintu depan kanan mobil, Oli diam-diam berjalan mendekati mobil
tersebut, ia bersembunyi di belakang mobil, ia secara diam-diam membuka pintu
kanan belakang mobil, ia menutup pintu tersebut sebelum berbaring di lantai
bawah dekat jok belakang. Aaron pun tidak menyadari bahwa temannya bersembunyi
di lantai bagian belakang mobil, ia mulai mengendarai mobilnya, menuju Monas,
ia melewati jalan tol yang penuh dengan puluhan mobil, tapi cukup lancar. Ia
mengendarai keluar dari jalan tol, dan beberapa kilometer kemudian, Aaron
akhirnya tiba di depan Monas, ia memakirkan mobilnya dan turun dari mobil serta
melangkah, Oli membuka pintu bagasi mobil sebelum keluar dari sana dan
mengikuti Aaron secara diam-diam, ia mendekati Aaron dari jarak jauh. Seorang
pria gemuk yang memakai baju formal berwarna hitam dan celana jeans biru
menemui Aaron.
“Kau pasti Aaron, ya?” tanya pria
itu.
“Ya, benar, Anda direktur pabrik
salah satu pembuat video game itu ya?”
“Benar, saya Bima Satrio,
perusahaan saya terkenal membuat game
arcade, game-game kami sering
menggunakan mesin dan teknologi dari Jepang, dan sayangnya mesin itu dicuri.
Terlebih si pencuri itu menyandera dua orang pekerja.”
“Dua orang disandera, menarik,
kira-kira siapa pelakunya?”
“Ini, lihatlah video ini.”
Aaron menonton video tersebut,
dan ternyata pencuri itu tidak lain adalah pria yang sering dipanggil professor
aneh yang bernama Gahwand, yang sering memakai baju lab putihnya, ia berpikir apa
rencana jahat Gahwand kali ini. Oli juga mencuri dengar hal tersebut sambil
mendekati, namun ia tanpa sengaja terjatuh karena menginjak tali sepatunya yang
tidak terikat dengan benar. Aaron berbalik memandang Oli.
“Oli!?”
“Maaf jika mengganggu Anda.” ucap
Oli.
“Maaf, pak, ini biasanya tidak
terjadi! Saya harus pergi!” Aaron langsung menarik Oli masuk ke dalam mobilnya.
“Pantas kau menghilang dan
bertingkah aneh seperti tadi!” ucap Oli saat Aaron menutup pintu kiri depan
mobil.
Aaron membuka pintu kanan depan
mobil dan duduk di jok supir sambil berkata “Oli, tenang, aku bisa jelaskan!”
“Aaron, kita ‘kan sahabat sejak
kecil, kita satu SD di London, satu SMP di Nashville, dan sekarang kita satu
SMA di Jakarta! Kau tidak bilang-bilang kalau kau ada pekerjaan sampingan!
Sebenarnya kamu itu agen rahasia? Kalo ya, itu akan keren banget!”
“Koreksi, Oli, aku ini Teen Secret Agent, aku memang harus
menyelesaikan misi untuk mengalahkan penjahat.”
“Wow, sudah kuduga! I have a friend who is teen secret agent!”
“Oli, jangan bilang hal ini pada
siapapun?”
“Termasuk Casey dan Siva?”
“Namanya juga Teen Secret Agent, baiklah, demi menjaga
rahasia, kau jadi sidekick-ku.”
Oli heran “Sidekick?”
“Maksudku partner, rekan dalam menjalankan misi.” Aaron menyalakan mesin dan akhirnya
mengebut menuju lab Gahwand.
***
Aaron dan Oli akhirnya tiba di
pabrik video game tersebut, mereka turun dari mobil, Aaron memandang gedung
berwarna merah tersebut dengan sedikit jendela, ia melempar tali ke atas atap,
mereka langsung memanjat ke atas atap tersebut.
“Aaron, ini tinggi sekali.” ucap
Oli gemetaran.
“Ini salah satu bagian dari
menjadi Teen Secret Agent, Oli.” ucap
Aaron terus memanjat.
“Oke.” Oli bergumam “Jangan takut
ketinggian, Oli, jangan takut.” Oli memanjat gedung tersebut sambil ketakutan.
Saat mereka mencapai atap gedung
tersebut, mereka menempatkan kaki mereka di lantai atap tersebut, mereka
melihat Gahwand dan para pekerjanya sedang sibuk membuat sesuatu dengan mesin
video game tersebut dari sebuah kaca. Aaron melubangi kaca atap tersebut dengan
diam-diam agar mereka bisa turun. Aaron melihat lokasi kedua sandera yang
terikat dengan tali tersebut sambil duduk menunggu pertolongan.
Aaron memberitahu rencananya pada
Oli “Ini rencananya, Oli, kau alihkan perhatian Gahwand, aku akan menyelamatkan
kedua sandera itu.”
“Gahwand itu yang memakai jas
putih itu?”
“Ya.” Aaron mulai memegang tali
sambil menuruni menuju lantai tersebut.
Sementara itu, pasukan milik
Gahwand yang berkostum ungu hampir selesai mencuri semua mesin video game dari
Jepang itu. Gahwand sudah tidak sabar karena ia ingin cepat-cepat keluar
sebelum Aaron tiba untuk mengalahkannya.
“Pakai lama benar! Cepat
selesaikan! Aku tahu kalau itu besar, tapi cepat! Mana helikopternya!?” bentak
Gahwand pada para pasukannya.
“Gahwand!” panggil Viki, asisten
Gahwand, yang mengagetkannya, wanita tersebut memakai baju biru yang terlihat
elegan dan seksi.
“Viki, jangan mengagetkanku!”
“Kita harus cepat keluar dari
sini sebelum…”
“Aaron kesini ‘kan? Pasukan kita
lagi berusaha, tapi mereka pakai lama segala!”
Tiba-tiba muncul seorang gadis di
layar lebar, tak lain adalah Jessica di televisi layar lebar, dan Oli mengubah
suara tersebut menjadi suaranya, Oli berseru sebagai Jessica “Hello, everyone, welcome to Xperia TV!”
Gahwand melihat layar tv tersebut
“Siapa itu!?”
“Pasti Aaron menyewa gadis itu
lagi.” ucap Viki.
“Kali ini suaranya laki-laki.”
Gahwand menambah, ia melihat sebuah kabel di dekatnya “Ooh…” Kabel tersebut
mengarah pada belakang layar tersebut, ia berjalan mendekati sumber kabel itu.
Sementara Oli menarik perhatian
Gahwand, Viki, dan pasukan mereka, Aaron membebaskan kedua sandera tersebut
secara diam-diam, ia melepas ikatan tali pada kedua sandera tersebut dan
menyuruh mereka untuk berlari diam-diam.
Gahwand langsung menembak sumber
koneksi ke televisi tersebut, Oli langsung melompat dan mengambil ponselnya,
namun ia ditangkap oleh Gahwand.
Gahwand berkata pada Oli
“Sekarang acaramu dihentikan.”
“Gahwand!” panggil Aaron menatap
Gahwand dari kejauhan.
“Ah! Aaron McGarrett! Sial!
Lagi-lagi kita ketahuan!” seru Gahwand kaget.
“Oh tidak lagi, si teen secret agent itu, ayo, Gahwand,
kita hampir selesai, kita harus cepat-cepat pergi dari sini.”
Tiba-tiba saja helikopter muncul
dan membawa mesin video game yang berasal dari Jepang itu hingga menghancurkan
seluruh atap gedung tersebut, Gahwand, Viki, dan semua pasukan mereka melarikan
diri, Aaron gagal menghentikan mereka.
“Selamat tinggal, Aaron
McGarrett! Kau gagal! MWA HA HA HA!!” teriak Gahwand.
Oli menemui Aaron yang menatap helikopter
tersebut “Aaron,”
“Ini belum berakhir, Oli.”
***
Hari Kamis, Oli kembali ke
sekolah dan ternyata ia lupa mengajak cewek untuk datang bersamanya ke pesta
dansa. Ia memandang Casey masih merasa malu, Oli merasa bahwa ia punya ide.
Tapi ia akan mengatakannya pada waktu istirahat. Waktu pun mulai terasa cepat
saat mereka mulai belajar, tanpa terasa sudah mulai waktu istirahat, di saat
Luna sedang membaca buku PLH di kantin dan memang benar bahwa pelajaran
selanjutnya adalah PLH. Aaron, Oli, Casey, dan Siva diam-diam memandang Luna
sambil membawa “cue card” yang besar.
Luna sedang membelakangi mereka dan tampak tidak tahu.
“Ayo, Casey, ini kesempatan!”
bisik Oli.
“Ayo, kau pasti bisa! Jangan
malu!” bisik Aaron.
“Tinggal baca cue card saja.” bisik Siva.
“Oke.” Casey menarik napas
sementara Siva diam-diam bersembunyi di belakang kursi yang sedang diduduki
Luna. Casey meninggalkan Aaron dan Oli untuk menemui Luna, ia mengajak gadis
itu sambil melihat cue card yang
dipegang Siva, ia mengatakan dengan logat Australia “Would you… go to… the dance… with me?”
Luna melempar bukunya ke belakang
hingga mengenai Siva yang membuatnya terjatuh dan menjatuhkan cue card tersebut, Luna berkata “Casey,
aku hormati banget Australian accent-mu,
but, kau merasa malu.”
“Ya, benar.”
“Sebenarnya, ini akan jadi pesta
dansa pertamaku, seharusnya kau mengajakku dengan pede, bukan dengan cue card yang terbuat dari karton putih
besar itu.”
“Cue card?” Luna menatap Casey dengan tajam setelah Casey mengatakan
hal tersebut “Ya, ini pertama kali aku mengajak seseorang ke pesta dansa.”
“Ya, lain kali ajak aku lagi, but with confidence.” Luna meninggalkan
Casey menuju kelas.
Aaron dan Oli melihat Siva yang
bangkit, mereka menemui Siva dan membantunya untuk bangkit, tapi Siva tanpa
sengaja menunjukkan cue card tersebut
pada seorang gadis berambut hitam memakai bando pink di kepala dan kaus pink
serta celana biru muda.
Gadis tersebut sayangnya
menjawab… “Tentu, Siva.”
Oli memukulkan tangan kanannya ke
arah kepalanya, sementara Aaron hanya menggelengkan kepalanya, Siva pun
terkejut mengapa gadis tersebut langsung menjawab pertanyaan cue card-nya.
***
Sepulang sekolah, Aaron dan Oli
memasuki mobil Chevrolet Aaron serta
menerima panggilan video masuk dari Jessica, ia bertanya bagaimana situasinya.
“Itu dia! Jessica, maukah kau
ke…” tanya Oli.
Jessica langsung memotong “Maaf,
Oli, aku masih harus di Bandung, tak bisa ke Jakarta, apalagi kita ‘kan beda
umur.”
“Kau tahu apa rencana Gahwand
dengan mesin video game Jepang itu?” tanya Aaron.
“Menurut laporan, Gahwand akan
menggunakan mesin itu untuk membuat sebuah robot raksasa yang akan
menghancurkan seluruh Jabodetabek. Gawat banget, ‘kan? Sekarang dia lagi di
bangunan Gahwand’s Incorporated.”
“Roger, I’ll be there.”
“Halo, Aaron.” sapa Melati, seorang
gadis yang memiliki rambut hitam dan memakai bando putih di kepalanya, ia
memakai kaus putih, jaket krem dan rok panjang putih itu menemuinya di dekat
jendela depan kanan mobil yang terbuka “Where
are you going?”
“Sebenarnya…”
“Melati, aku ingin bertanya,
maukah kau…” tanya Oli.
“Maaf, aku sudah ada cowok yang
ingin kuajak, yaitu…”
“Oh, maaf, Melati, kami harus
pergi.” ucap Aaron, ia segera menyetir mobil dengan cepat dan meninggalkan
sekolah tersebut.
Melati terlihat kesal setelah
Aaron dan Oli pergi meninggalkan sekolah tersebut, ia pun memutuskan untuk
pulang.
***
Bangunan Gahwand’s Incorporated, Jakarta Selatan. Bangunan tersebut terlihat
seperti gedung pencakar langit seperti kebanyakan gedung di Jakarta, tapi lebih
aneh, faktanya, gedung tersebut berbentuk huruf F dan berwarna ungu. Gahwand
terlihat hampir menyelesaikan robot raksasanya. Sementara Aaron dan Oli
diam-diam memasuki bangunan tersebut dan tiba di tempat dimana Gahwand berada.
“Oke, kita berpencar saja.” usul
Aaron.
“Berpencar, tapi kenapa?”
“Kalo kita bareng, mungkin tidak
aman dan mereka akan langsung menangkap kita. Omong-omong, ini.” Aaron
memberikan pistol laser kecil kepada Oli. Mereka mulai berpencar, Aaron
memandang Gahwand yang tengah hampir selesai membuat robot raksasanya. Sementara
Oli hanya berjalan secara diam-diam, tapi ia tanpa sengaja menyentuh laser dan
membuat alarm berbunyi yang membuat seluruh pasukan menatapnya.
“Uh… Hai…” Oli menyapa sebelum
langsung berlari menjauhi pasukan-pasukan tersebut yang mengejarnya.
Sementara Aaron akan menghentikan
Gahwand dengan menembakkan laser, namun Viki menghentikannya dan membuat Aaron
menjatuhkan pistol lasernya, ia mencoba meraih pistol tersebut, tapi Viki
memukul badannya, ia menghindari pukulan tersebut.
Mereka mulai bertarung dan saling
memukul dan menghindar. Oli yang masih dikejar oleh pasukan itu akhirnya
memutuskan untuk menggunakan laser untuk menembak pada pasukan tersebut dan
membuat mereka terlempar ke arah Gahwand.
“Hi hi hi, kalian terlambat! Aku
sudah menyelesaikan robot raksasaku!” teriak Gahwand, ia menekan tombol merah
untuk mengaktifkan robot tersebut, pada akhirnya muncul robot raksasa berwarna
merah yang Gahwand sebut, robot itu terbuat dari mesin video game dari Jepang
“Oke, robotku, serang mereka berdua!”
Robot tersebut mulai menyerang
Aaron dan Oli dengan missile. Aaron
dan Oli berusaha untuk melarikan diri dan menyerang balik robot itu, dan Aaron
malah menelepon Jessica.
“Aaron, ini bukan waktunya
menelepon!” teriak Oli.
“Kita butuh bantuan, Jessica ‘kan
seorang hacker.”
“Aaron?” panggil Jessica.
“Jess, aku butuh bantuanmu, hack sistem robot yang Gahwand buat.”
“Aku sedang mencoba.” Jessica
mengetik sistem yang akan diretas, dan ternyata kata sandi dibutuhkan, ia
mencoba menebak kata sandi tersebut, dimulai dengan Gahwand, dan ternyata kata
sandinya salah.
“Cepat, Jess!” seru Aaron, Viki
menyerangnya hingga Aaron menjatuhkan iPhone-nya. Aaron memukul wajah Viki,
lalu Viki membalasnya.
Sementara Oli menghindari missile robot tersebut, selagi ia
menghindari serangan itu, ia tanpa sengaja menendang muka Gahwand.
“Duh, apa sih kata sandinya! Oh, ohayou?” Jessica mengetikkan ohayou, ternyata masih salah juga, ia
mencoba kata konichiwa, ternyata
salah juga. Namun ia sempat-sempatnya menonton sitkom Hot in Cleveland yang menampilkan parodi iklan bertajuk Ozawa Industrial Brothers’ Ladypants di
televisi dekat komputernya, ia mencoba untuk memasukkan kata Ozawa. Kebetulan
sekali, kata sandi tersebut benar! Ia berhasil meretas robot tersebut dan
mendapatkan kendalinya, ia berseru saat wajahnya muncul di layar robot itu
“YES!!”
“Bagus, Jessica!” seru Oli.
“Apa?” teriak Gahwand saat
melihat robot itu dikendalikan oleh Jessica. Robot itu menghancurkan hampir
segalanya yang berkaitan dengan proyek yang sedang dikerjakan oleh Gahwand.
Gahwand berteriak dengan keras “Apa yang kau lakukan, robot! Proyek-proyekku!
Tidak!!” Ia berlari mendekati robot yang sedang menghancurkan beberapa
proyeknya.
“Ada cara lagi buat mengatasi hacker!” seru Viki sambil mengaktifkan firewall yang menyebabkan Jessica
kehilangan kendali robot itu.
“Apa?!” teriak Jessica sebelum
wajahnya menghilang dari layar robot itu.
“Sial!” teriak Oli, lalu ia
melihat tombol self-destruct pada
robot itu “Tombol self-destruct!”
“Memang, Gahwand menaruh tombol
itu, dia bodoh sekali.” ucap Aaron, ia melemparkan tali pada robot itu dan
mulai memanjat untuk sampai untuk menekan tombol tersebut. Viki berusaha
menghentikannya, namun dihentikan oleh Oli yang menendangnya.
“Hei, I think I can do some kung-fu!” seru Oli, ia menggunakan teknik kung-fu-nya yang masih “amatiran” pada
Viki, Viki menahan serangan tersebut dan membanting Oli, Oli langsung melompat
dan menendang Viki lagi.
Gahwand juga berusaha untuk tidak membiarkan Aaron menekan tombol self-destruct, ia mengejar Aaron, tapi Aaron sudah keburu menekan tombol itu. Aaron langsung melompat dan membawa Oli keluar dari bangunan tersebut. Robot itu akhirnya meledak, dan Gahwand serta Viki akhirnya menerima kekalahan mereka.
Gahwand juga berusaha untuk tidak membiarkan Aaron menekan tombol self-destruct, ia mengejar Aaron, tapi Aaron sudah keburu menekan tombol itu. Aaron langsung melompat dan membawa Oli keluar dari bangunan tersebut. Robot itu akhirnya meledak, dan Gahwand serta Viki akhirnya menerima kekalahan mereka.
“TERKUTUK KAU, AARON MCGARRETT!”
teriak Gahwand.
“Dasar bodoh, sudah kubilang jangan pasang tombol itu!”
teriak Viki.
***
Reddale International School,
Jakarta. Aaron, Oli, dan Siva memandang Casey berusaha mengajak Luna ke pesta
dansa. Namun Casey kembali menemui mereka.
“Aku tak bisa! Aku tak akan ke pesta
dansa malam ini.” kata Casey.
“Jangan menyerah, bro!” seru Siva.
“Mungkin kau butuh makeover.” usul Oli.
“Tak ada waktu untuk itu, Oli!”
“Casey, pede saja, anggap saja kalau
dia suka kamu.” ucap Oli.
“Halo, Casey! Halo, semua!” sahut
Luna menemui mereka.
Casey langsung menyapa dengan
logat Australianya “Hello, m’lady,
would... you... go to the dance with me?”
“Yes! Itu dia, Casey! Aku mau ke pesta dansa sama kamu!” seru Luna
“Ayo kita pergi shopping sepulang
sekolah.”
“Oke, kita akan cari pakaian yang
sesuai.”
Oli baru ingat bahwa ia tidak
punya pasangan dansanya “Sial! Aku tidak punya pasangan dansa!”
“Lagipula, Oli, kita ‘kan ada
banyak PR, sebaiknya kita kerjakan saja.” usul Aaron.
“Ya, bro.” seru Oli.
“Aaron, Oli, masalahnya aku tidak
mendapat kencan untuk pesta dansa nanti.” ucap Siva.
Gadis yang ia tanpa sengaja Siva
ajak setelah gagal membantu Casey dengan cue
card muncul “Kau punya kencan, kok, kau sudah mengundangku.”
Gadis berkulit hitam dengan
rambut afro muncul mendorong gadis tersebut “Tidak, dia mengundangku!”
Gadis dengan wajah mirip orang
Korea muncul mendorong kedua gadis tersebut “Tidak, dia mengundangku!”
Dan… ada tujuh gadis lain yang
berteriak mendatangi Siva “Tidak, dia mengundangku!”
Oli bilang “Uh oh, sepertinya kau
dalam masalah, Siva.”
Siva menatap gadis-gadis yang ia
ajak ke pesta dansa tanpa sengaja menatapnya dengan tajam dan marah, ia mulai
berkata “Ladies, wah, kalian cantik
sekali, tapi sayang sekali aku tidak bisa pergi ke pesta dansa karena aku harus…
AAAAARRRGH!!!” Siva mulai berlari ke belakang dengan cepat.
“Kejar dia!!” sahut gadis
berkulit hitam tersebut.
“ORYAAAA!!” teriak para gadis
mulai mengejar Siva.
Oli menatap para gadis mengejar
Siva, ia bertanya pada Aaron “Jadi… Apa dia membutuhkan kita?”
“Biarkan saja.” Aaron mulai
berjalan meninggalkan selasar tersebut bersama Oli.
Comments
Post a Comment