Teen Secret Agent Episode 2
The following episode is classified PG, for general reading, but may be unsuitable for young children.
Camping
Di depan rumah Aaron pada hari
Sabtu pukul 05:30, Ayah Aaron, Henry, tengah mempersiapkan mempersiapkan
barang-barang untuk camping, ia
menaruh barang-barang tersebut ke dalam
RV yang berada di depan rumah Aaron.
Henry memiliki rambut pendek agak
spike berwarna hitam dan wajah tetap terlihat seperti pria muda meski
berumur akhir 30an, ia terlihat memakai kaus hitam dan celana pendek coklat, ia
berkata pada Aaron dan teman-temannya “Sebaiknya kalian cepat sebelum jalan
benar-benar macet!” Ia melihat Oli yang berpakaian kaus hitam dan celana pendek
biru membawa kayu bakar dari halaman pintu halaman belakang “Oli, taruh kayu
bakar itu di bagian belakang RV.”
“Aye aye, Mr. McGarrett!” Oli menjawab sangat bersemangat, ia
berbelok kanan, tapi ia hampir menabrak Casey yang berjalan dari arah depannya.
“Hei!” tegur Casey, ia terlihat
memakai kaus abu-abu dan celana pendek hitam.
“Salahku,” Oli mundur ke belakang
dan ia tidak mengetahui di belakangnya Aaron berjalan menemuinya, ia menginjak
kaki kanan Aaron.
“Oli!” teriak Aaron, ia terlihat
memakai kaus polo biru muda dengan kerah putih dan celana training biru tua.
“Sorry, bro, aku terlalu bersemangat.”
“Mentang-mentang kau anak orang
kaya, kau hanya ingin memamerkan RV-mu.”
“Aku bukannya sombong, tapi I need to borrow my parents’ RV,
lagipula orangtuaku sangat sombong memamerkan kekayaan mereka, mereka terlalu
berlebihan, mereka sangat boros dan terus memanjakanku. Meskipun aku orang
kaya, aku tidak ingin begitu dimanjakan dengan kegilaan seperti orang kaya yang
sombong.”
“Kau pamer RV orangtuamu.”
“Tidak, kita memang membutuhkan
RV ini untuk camping di Batu Kuda.”
Oli meletakkan kayu bakar di dekat RV, kayu bakar tersebut diambil Henry ke
dalam RV.
Siva mendatangi mereka “Batu
Kuda? Wow, kurasa kita akan ke kota kelahiranku.” Ia terlihat memakai kemeja
hitam tanpa kaus dalam dengan dua kancing teratas terbuka dan celana pendek
coklat tua.
“Bukannya kau dari Irlandia?”
tanya Aaron.
“Aku sebenarnya lahir di Bandung,
tapi aku dibesarkan di Irlandia oleh keluargaku yang berketurunan Sri Langka,
dan akhirnya pindah kembali ke Jakarta.”
“Jangan pakai kata ‘kembali’ jika
bukan tempat yang sama.” potong Casey sambil membawa PlayStation Portable-nya “Omong-omong, Siva, kau bawa komik, ‘kan?”
“Ya, terutama yang action dan sci-fi, sudah kutaruh di tasku di dalam RV.”
“Okay, boys, ayo kita berangkat! Kita tidak mau terjebak macet di
jalan raya lagi, ‘kan?” tanya Henry.
“Tentu tidak, Mr. McGarrett!” seru Oli.
“Masuk ke dalam RV dan kita
langsung berangkat!” Henry berseru, ia melangkah memasuki RV tersebut dan
berjalan menuju kursi supir.
Mereka pun masuk ke dalam RV, di
dalam RV tersebut terlihat tidak seperti RV orang kaya, melainkan fasilitas di
RV tersebut kurang lengkap atau bisa dibilang sangat sedikit. Di samping kiri,
ada dua sofa warna polkadot yang sudah terlihat usang di hadapan meja seperti
di set seperti meja makan di dekat jendela, di depan sofa tersebut ada wastafel
dan kompor yang diletakkan berdampingan sudah sangat kotor, di samping itu, ada
meja yang sudah terlihat sangat kotor akibat peralatan masak di hadapan mereka.
Casey mengeluh “Ini benar-benar
bukan RV orang kaya, Oli!”
Oli menyatakan alasannya sambil
melangkahkan kakinya ke dalam RV tersebut “Sebenarnya orangtuaku tidak ingin
meminjamkan RV yang memiliki fasilitasnya lengkap dan bagus, ada tiga
sebenarnya.”
Siva bertanya “Jadi orangtuamu…”
“Ya, mereka pelit sekali.”
Henry berkata “Sudah, sudah,
cepat masuk!”
“Oke, oke!” Casey melangkah masuk
ke dalam RV tersebut dan duduk di sofa samping jendela. Oli, Siva dan Aaron
juga duduk di sana.
Henry mulai menyetir mobil
meninggalkan kediaman McGarrett, ia mengendarai meninggalkan perumahan tersebut
menuju jalan tol.
Semuanya mulai sangat sibuk
sekali, Siva mulai membaca komik, Casey memainkan PlayStation Portable-nya, sementara Oli browsing internet menggunakan Xperia
Play.
“Lihat, Aaron!” seru Oli.
“Oli, kau menyuruhku untuk melihat
wanita berbikini seksi lagi?”
“Bukan, maksudku halaman Okezone ini, ada berita tentang bigfoot.”
Aaron membaca brerita tersebut
“Waspada! Ada makhluk yang mirip bigfoot di
sekitar daerah Manglayang. Dikatakan bahwa bigfoot
itu membuat takut para turis lokal maupun internasional yang ingin berkemah
di sana.” Aaron menatap Oli “Kau mulai takut?”
“Aku tidak takut! I’m not afraid after all!” Padahal
sebenarnya Oli terlihat takut.
“Kalau begitu mari kita buktikan
apa kau takut dengan makhluk yang bernama bigfoot.”
“Aaron McGarrett, aku tidak takut
dengan apapun!”
“Oli, setiap manusia ada
takutnya.” potong Casey sambil memainkan game.
“Casey benar, Oli. Kau pasti
takut dengan bigfoot.” ucap Aaron.
“Sebenarnya bigfoot itu sama sekali tidak ada.” kata Siva saat ia menutup
komiknya.
“Itu karangan saja, bigfoot itu ada!” bantah Oli.
“Bigfoot hanyalah dongeng, Oli!”
“Bigfoot bukan dongeng!”
“Oke, that’s enough, stop fighting!”
seru Casey.
“Mereka bukannya fighting, Casey, tapi arguing.” tambah Aaron.
Casey meletakkan PlayStation Portable-nya di atas meja “Omong-omong, Aaron, kau ingin nyanyi lagu kesukaanmu dengan Mr. McGarrett?” Kalimat Casey mengagetkan Aaron bahwa Henry akan menyanyikan lagu favorit Aaron saat ia duduk di kelas 5.
Casey meletakkan PlayStation Portable-nya di atas meja “Omong-omong, Aaron, kau ingin nyanyi lagu kesukaanmu dengan Mr. McGarrett?” Kalimat Casey mengagetkan Aaron bahwa Henry akan menyanyikan lagu favorit Aaron saat ia duduk di kelas 5.
“Faktanya, suara Aaron itu bagus
saat ia kelas 5, ini lagu favoritnya, ayo, Aaron, menyanyilah!” ucap Henry, ia
mulai menyanyikan lagu My Humps “What you gon' do with all that junk? All that junk inside your trunk?”
Casey meneruskan liriknya “I'ma get, get, get, get, you drunk, get you
love drunk off my hump. My hump, my hump, my hump, my hump, my hump, my hump,
my hump, my hump, my lovely little lumps.”
“Oh tidak!” Aaron merasa
dipermalukan oleh ayahnya yang menyanyikan lagu itu.
***
Batu Kuda, Manglayang, Bandung,
jam 15:30. Akhirnya mereka tiba disana, mereka mulai mempersiapkan tenda,
sementara Oli dan Siva mulai membicarakan bigfoot
kembali selagi Oli mengambil Xperia
Play dari saku celananya.
“Siap untuk membuktikan bahwa bigfoot ada?” tanya Siva.
“Siva, kau ‘kan tidak percaya
bahwa…”
Siva menutup mulut Oli “Oli, kita
akan cari bigfoot, tapi aku akan
buktikan bahwa bigfoot itu hanyalah
fiktif.”
“Oke, kedengarannya bagus, tapi
kalau aku bisa membuktikan adanya bigfoot,
traktir makan.”
“Kalau beneran tak ada, you will do the same.”
Oli menerima tawaran tersebut “Setidaknya
aku anak orang kaya yang tidak sombong dan diberi uang bulan pas-pasan, tapi… Deal!” Ia dan Siva meninggalkan tempat
kemah tersebut.
“Oli, mau kemana?” tanya Aaron.
“Catch bigfoot!” seru Oli.
“Kau tak takut?”
“Of course not!”
“Sial, padahal dia takut.” ucap
Aaron.
“Aaron, bantu pasang tendanya!”
seru Casey.
“Ya, Casey!” Aaron menemui Casey,
ia membantu Casey memasang tenda “Oli dan Siva berburu bigfoot.”
“Masa? Katanya bigfoot hanyalah fiksi belaka.”
“Itu kata Siva, Oli ingin
membuktikan kalau bigfoot benar-benar
ada.”
***
Oli dan Siva mulai hiking mencari bigfoot melewati jalan yang tidak mulus ke atas, Siva melihat raut
wajah Oli di belakangnya, ia merasa bahwa Oli mulai takut. Ia memandang Oli
sekali lagi.
“Ada apa, Siva?” tanya Oli.
“Cad atá
tĂş eagla? (Apa kau takut?)” tanya Siva.
“Apa maksudnya itu?”
“Katakan saja is ea atau sea.”
Oli menjawab “Sea?”
“Ha! Kau takut!” Siva
menghentikan langkahnya dan berbalik memandang Oli.
“Kau tidak bilang artinya ‘apa
kau takut’! Aku tidak takut!”
“Bla bla bla…, kau sudah
mengatakannya dalam Irish.”
Tiba-tiba, tanah mulai bergoyang
dengan cukup kencang , Siva dan Oli kaget, dan Oli berpikir bahwa ada bigfoot yang datang.
“Itu pasti bigfoot!” seru Oli.
Oli segera berlari, Siva
mengejarnya, tapi Oli terpeleset dan hampir terjatuh saat Siva
menyelamatkannya. Tapi mereka merasa ada bigfoot
yang akan datang. Oli berteriak saat ada yang memegangnya, Siva melihat ke
arah belakang dan mengatakan bahwa itu adalah seorang pak tua.
“Naon anu maranĂ©h pigawĂ© di dieu!? (Apa
yang kalian lakukan di sini!?)” tanya pak tua itu.
“Maaf, aku tak mengerti bahasa
Sunda.” jawab Siva.
“Kau ‘kan lahir di Bandung!”
teriak Oli.
“Aku tidak belajar bahasa Sunda,
Oli!”
“Kalian seharusnya jangan di
sini, bigfoot akan menyerang!”
Oli bertanya “Lalu mengapa kau
berada di sini jika seekor bigfoot akan
menyerang.”
“Saya seorang petugas yang sedang
berpatroli di sini, dan anak muda seperti kalian seharusnya tidak hiking ke Batu Kuda, karena bigfoot yang akan menyerang kalian
sangatlah ganas!”
“Ganas?” ulang Oli.
Siva membantah keberadaan bigfoot “Kalian percaya dengan legenda
ya? Bigfoot sebenarnya tidak ada di
dunia ini! Pak tua, bigfoot yang Anda
dengar hanyalah fiktif belaka! Kalau bigfoot
benar-benar nyata, buktinya mana?”
“Makhluk itu sebenarnya ada,
lihat foto-foto ini!” Ia menunjukkan beberapa foto bigfoot pada Oli dan Siva.
Oli berbisik pada Siva “Aku tidak
menyangka pak tua seperti dia memiliki kamera dan bisa memotret.”
Pak tua itu mendorong Oli dan
Siva berbalik ke belakang “Kalian lihat, ‘kan? Sebaiknya kalian pergi sebelum
kalian diserang bigfoot, cepat
pergi!! Pergi!!” Ia mengusir mereka berdua.
“Sial sekali kita.” ucap Oli.
“Kau menang kali ini, Oli.” tutur
Siva.
Pak tua tersebut kembali berjalan
ke tempatnya, setelah itu muncul sebuah makhluk raksasa misterius yang
berteriak dengan keras.
***
Jam 16:15, Aaron, Casey, dan
Henry selesai membangun tenda kemah mereka, tenda tersebut berwarna merah dan
terbentuk prisma segitiga. Casey berjalan kembali ke RV, sementara Henry menemui
Aaron.
“Aaron, mana Oli dan Siva?” tanya
Aaron.
“Mereka hiking untuk mencari keberadaan bigfoot,
menurut Siva, bigfoot hanya isapan
jempol, sementara Oli bertekad untuk membuktikan keberadaan bigfoot.”
“Wow, sepertinya Siva benar.”
“Ayah tidak percaya bigfoot juga, ‘kan?” Lalu Aaron menatap
ke belakang, ia melihat Oli dan Siva kembali.
“Kau mungkin menang kali ini,
Oli, tapi kita akan cari lagi dan aku akan buktikan kalau bigfoot itu palsu.” Siva berkata sebelum kembali ke RV.
“Oke, yang penting I got the evidence yang membuktikan
bahwa bigfoot itu ada! Kau akan
traktir makan!”
Aaron menemui Oli untuk bertanya
“Kau sudah menemui bigfoot?”
Oli menggeleng “Belum, tapi aku
bertemu seorang pak tua yang berkata kalau bigfoot
benar-benar ada!”
Aaron mendapat panggilan video
masuk dari Jessica, ia masuk ke dalam tenda, ia menjawab panggilan video
tersebut “Ada apa, Jess?”
“Kau tahu bigfoot?” tanya Jessica.
“Ya, yang sedang diburu oleh Oli,
sementara Siva membuktikan bahwa itu tidak ada.”
“Anehnya, menurut laporan, ada
seseorang yang secara misterius menyamar menjadi bigfoot.” Jessica berkata sambil melihat layar monitor komputer.
“Jadi kau anggap bigfoot itu palsu?”
“Aku juga percaya keberadaan bigfoot, yang penting, tangkap bigfoot yang ada di Manglayang dan buktikan
apakah bigfoot itu benar-benar ada
atau palsu!”
“Oke, aku akan sampaikan ini pada
Oli.” ucap Aaron mengakhiri percakapan, ia segera menemui Oli dan
memberitahunya “Oli, Jessica ingin kau membuktikan keberadaan bigfoot, tangkap bigfoot itu dan kita akan buktikan apakah itu bigfoot asli atau palsu.”
“Aye aye, McGarrett!” seru Oli “Aku akan buktikan kalau bigfoot ada!” Oli bertekad.
“Oke, bro!” seru Aaron sambil melakukan fist bump dengan Oli.
Siva melangkah keluar dari RV
untuk menemui Oli “Ayo kita cari bigfoot itu
lagi sebelum pak tua itu menemukan kita.”
“Oke, Siva!” seru Oli melangkah
mengikuti Siva.
“Mereka masih mencari bigfoot?” tanya Casey menemui Aaron.
“Ya begitulah.” jawab Aaron.
***
Jam 17:30, Oli dan Siva terus
mencari keberadaan bigfoot, tapi Oli
terjatuh tepat di jejak kaki yang dikira jejak kaki bigfoot, jejak kaki tersebut sangat besar dan mirip dengan jejak
kaki manusia.
“Kurasa bigfoot benar-benar ada!” seru Oli.
“Mungkin itu jejak kaki buatan
orang.” kata Siva.
Oli melihat banyak jejak kaki bigfoot, ia mengambil Xperia Play dari sakunya dan mulai
memotret sambil arah jejak kaki itu, sementara Siva malah tidak percaya
keberadaan bigfoot dan berpikir bahwa
jejak kaki itu sengaja dibuat oleh seseorang.
Tiba-tiba muncul monster yang diduga
bigfoot, Oli mulai ketakutan,
sementara Siva malah memotret bigfoot tersebut
dengan ponsel Oli. Monster itu mulai mengamuk dan menyerang mereka.
“Tidak, tidak, tidak! Seharusnya
kau jangan menyerang mereka berdua! Mereka berdua itu manusia! Jangan
sembarangan menyerang manusia!” teriak pak tua yang mereka temui tadi.
“Anda lagi? Anda menyelamatkan
kami!” seru Oli.
“Sekarang terbukti deh…” ucap
Siva.
“Karena kalian sudah menemukan bigfoot, kalian berdua, ambil
ponselnya!” seru pak tua itu.
Dua orang bertopeng tersebut
mengambil ponsel Oli, Siva memukul wajah salah satu dari orang tersebut dan
membuka topengnya, ternyata orang itu adalah robot. Oli membuka topeng satunya
lagi, dan sama saja, hanya saja lebih menyeramkan. Robot satunya lagi memukul
wajah Siva hingga pingsan dan menyeretnya. Robot yang satunya lagi mengangkat
Oli. Mereka pergi dari tempat tersebut, diam-diam Jessica tahu dari SMS yang tanpa
sengaja dikirim oleh Oli, Jessica memutuskan untuk membuat panggilan video
kepada Aaron.
***
Kembali ke tempat kemah, Henry
menaruh kayu bakar di depan tenda, sementara Aaron dan Casey penasaran mengapa
Oli dan Siva belum kembali juga. Aaron mendapat panggilan video masuk dari
Jessica, ia masuk ke dalam tenda untuk menjawab panggilan tersebut.
“Aaron, ini gawat!” teriak
Jessica.
“Pasti tentang bigfoot itu lagi, ‘kan?” tanya Aaron.
Jessica menjawab “Oli dan Siva
ditangkap oleh bigfoot dan
orang-orang bertopeng!”
Casey pun masuk dan Aaron menyembunyikan iPhone-nya, Aaron menjawab “Mereka tertangkap bigfoot!”
Casey pun masuk dan Aaron menyembunyikan iPhone-nya, Aaron menjawab “Mereka tertangkap bigfoot!”
“Kau tahu dari mana?” tanya
Casey.
Aaron berbohong “Ya… Oli SMS, ayo
kita selamatkan mereka!” Ia berlari menuju jalan yang dilewati Oli dan Siva.
“Aaron, tunggu!” Casey mengikuti
Aaron sambil berlari.
***
Oli dan Siva diikat dengan tali
setelah mereka tiba di tempat persembunyian pak tua itu, pak tua itu menegur bigfoot dan mengatakan bahwa dia
hanyalah robot.
“Ha! Dia hanya robot! Berarti aku
menang! Bigfoot itu tidak ada!” seru
Siva.
“Tapi kita sudah ditangkap oleh
pak tua itu.” lanjut Oli.
“Kalian tahu apa yang akan saya
lakukan untuk membuat kembali robot bigfoot?”
Aaron dan Casey mendaki gunung
untuk menemukan Oli dan Siva sambil menggunakan bantuan Jessica (hanya Aaron
yang tahu), Jessica melacak keberadaan Oli dan Siva. Sementara Casey mulai
merasa lelah dan penasaran mengapa Aaron tidak merasa lelah.
Akhirnya, mereka tiba di depan
sebuah markas penjahat, Aaron menyuruh Casey untuk tetap di sana hanya untuk
berjaga-jaga. Aaron segera berlari menuju markas tersebut dan memasuki tempat
tersebut.
Kembali ke markas, pak tua
tersebut menarik Siva, Oli bertanya mengapa pak tua itu harus mengambil Siva.
Pak tua berkata bahwa ia butuh DNA darinya untuk membuat robot bigfoot yang sempurna, tapi akan terasa
sakit. Siva mulai panik bahwa ia pikir bahwa sakitnya sangat dahsyat, ia
akhirnya dimasukkan ke dalam tabung. Oli mulai panik bahwa Siva akan merasa
kesakitan.
Aaron yang baru saja memasuki
markas tersebut melihat Siva akan disiksa oleh pak tua itu hanya untuk diambil
DNA-nya, ia segera melangkah, tapi robot bermuka anjing menantinya dan
menyerangnya dengan mengikatnya dengan tangannya, Aaron berusaha untuk lolos
dari ikatan robot itu yang rupanya dilihat oleh pak tua dan beberapa robot
buatannya, Aaron akhirnya jatuh dari tangga dan menemui pak tua itu.
“Lepaskan Siva, pak tua, atau aku
akan…” seru Aaron, ia melihat bigfoot “Bigfoot, jadi dia palsu?” Kedua robot
anak buah pak tua itu langsung menyerangnya, tapi Aaron yang kebetulan melihat
dua buah granat yang diambilnya langsung membalas dengan melemparkan kedua buah
granat itu ke arah kedua robot itu, tapi ia ditangkap oleh bigfoot.
“Bersiaplah untuk menerima rasa
sakit yang hebat!!” teriak pak tua itu sambil menyalakan mesin untuk membuat
robot bigfoot. Siva mulai merasa
kesakitan saat DNA-nya mulai diambil.
“SIVA!!!” teriak Oli tak tahan
menyaksikan Siva sangat kesakitan.
Pada akhirnya, robot bigfoot sudah jadi, dan ternyata ia
mirip Siva, sementara Siva pingsan di tabung tersebut.
“Siva, kau bigfoot?!” teriak Oli.
“Bigfoot mirip Siva, menjijikan.” komentar Aaron.
Pak tua itu langsung menyambut bigfoot yang berhasil dibuatnya itu, ia
memeluk robot itu.
Aaron memanfaatkan saat itu dan
berbicara pada bigfoot yang
menangkapnya “Hei, douchebag,
sepertinya bapakmu lebih suka dengan anak barunya. Dia merasa bahwa dia tak
butuh dirimu lagi, dirimu hanya koleksi baginya.” Bigfoot yang menangkapnya itu langsung menyerang bigfoot yang baru saja dibuat, membuat
Aaron langsung lolos.
“Hentikan, kalian berdua!” teriak
pak tua itu.
Aaron langsung membebaskan Oli,
tapi Aaron menyuruh Oli untuk diam saat melepas tali yang mengikat Oli. Mereka
tahu bahwa mereka harus segera menyelamatkan Siva yang pingsan, tapi mereka
melihat kedua robot bigfoot yang
bertarung, satu robot yang kuat mendorong bigfoot
hingga merusak mesin. Aaron mendapat SMS dari Jessica bahwa tempat tersebut
akan meledak, maka mereka harus cepat-cepat menyelamatkan Siva. Mereka
menghindari serangan kedua robot bigfoot
dan membebaskan Siva yang masih pingsan dari tabung tersebut. Siva akhirnya
sadar.
“Siva, kau tak apa?” tanya Oli.
“Man, what happens?” tanya
Siva.
Tiba-tiba muncul suara ledakan
yang keras yang menandakan bahwa tempat tersebut akan meledak, mereka segera
berlari dari tempat tersebut.
Casey yang sedang menunggu di depan markas tersebut langsung berlari setelah Aaron, Oli dan Siva tiba dan memperingatkan bahwa tempat tersebut akan meledak. Akhirnya, markas tersebut meledak, dan mereka lolos.
Casey yang sedang menunggu di depan markas tersebut langsung berlari setelah Aaron, Oli dan Siva tiba dan memperingatkan bahwa tempat tersebut akan meledak. Akhirnya, markas tersebut meledak, dan mereka lolos.
Jam 19:55, Henry menunggu Aaron
dan lainnya di tempat kemah, pada akhirnya, ia menemui mereka saat mereka tiba.
“Aaron, kalian dari mana saja!?
Ayah bisa jadi khawatir tahu!” ucap Henry.
“Maaf, yah.” ucap Aaron, ia
langsung berbisik pada ayahnya “Ada misi tadi.”
“Oh, oke. Kalau begitu, duduklah
di depan api unggun, ada yang mau cerita?”
Siva menjawab “Ya, telah
dibuktikan bahwa bigfoot itu fiktif
belaka, dan faktanya, Oli akan traktir makan untuk kita semua.”
“You win, Siva, dan aku anak orang kaya, jadi aku terima
hukumannya.” ucap Oli.
Comments
Post a Comment