Alpinloch: Another World Episode 29


Going to the Mysterious Island IV


Suara soprano menghanyutkan dari nyanyian ikan duyung yang menjadi penghuni batu karam pada kiri kapal seakan menghipnotis seluruh penumpang kapal. Seperti jernihnya samudera kebiruan mengalir dalam permukaan, nyanyian ikan duyung mengalun dalam harmoni bersatu dengan permainan harpa menuju telinga.
Di sisi lain, seekor monster memunculkan dirinya melalui kibasan ombak, mengungkapkan diri sebagai seekor paus raksasa, berbadan warna abu-abu, bergerigi besar nan tajam seperti gergaji, bahkan gigi taring pada keempat sisi sampai keluar dari mulut saking besarnya, ekornya juga melingkar-lingkar, dan dilengkapi dengan tanduk seperti duri. Tampak badan paus itu cukup untuk menghancurkan atau melahap hidup-hidup sebuah kapal yang melintas.
Keberadaan paus dari kejauhan di sisi kanan sama sekali tidak dipedulikan oleh penumpang kapal bajak laut. Indahnya nyanyian ikan duyung telah mendistraksi sebagai sebuah tontonan. Lebih buruknya, dada yang tertutup oleh bentuk bintang juga menonjolkan belahan dada, menambah keindahan akan tubuh ikan duyung.
“Lebih baik istirahat sambil mendengarkan nyanyian lagu yang indah benar-benar nikmat,” tutur Warren.
“Kenapa aku jadi lupa dengan Shada?” ucap Jason tetap terhipnotis.
“Aku rela mendengar lagu ini seumur hidupku, kalau bisa nyanyian ini akan kuperdengarkan di Sedona nanti,” komentar Yael.
Langkah paus raksasa itu semakin cepat mengincar kapal bajak laut milik Red Crimson sebagai mangsa, ekornya juga membantu seperti sebuah kipas pada kapal untuk mempercepat langkah. Semakin mendekat pula dirinya, hanya sekitar dua meter menuju kapal itu.
“UH!!” jerit Justice menutup kedua kuping tidak kuasa menahan nyanyian itu. “Kalian tidak tahu betapa berbahayanya nyanyian duyung itu! Ya sudah!”
Tidak peduli nyanyian duyung itu akan masuk melalui telinganya, Justice mengangkat kedua tangan mulai mengelitik udara mempersiapkan sebuah mantra. Begitu geram menghadapi beberapa ikan duyung bernyanyi, emosinya dia hayati selagi mengeluarkan kata-kata dari kepala.
“Wahai air, matahari, dan petir, satukanlah melalui sebuah siklus, dari air terserap matahari, lalu menjadi awan kelabu.” Justice mengatakan mantra seraya membentuk awan kapas kelabu menuju udara. “Sebuah awan hujan, harap sambar! Awan kelabu hujan!”
Justice mengempaskan kedua tangan demi meluncurkan awan kelabu hitam tepat menuju batu karam para ikan duyung. Begitu awan itu telah berada di atas batu karam, seluruh pandangan ikan duyung tertuju padanya.
Awan itu seperti lampu neon kedap-kedip yang terlihat pada mata telanjang, cahaya putih seperti menyala dan mati di balik warna kelabu. Sebuah cahaya berbentuk garis berkelok-kelok akhirnya bermunculan begitu termuntahkan oleh sang awan menuju batu karam.
Seluruh ikan duyung akhirnya mengubah nyanyian soprano indah mereka diiringi oleh harpa menjadi jeritan histeris begitu melihat petir satu per satu dari awan kelabu mulai menyerbu batu karam.
Hampir terkena petir saking ketakutan, seluruh ikan duyung di batu karam akhirnya menjeburkan diri menuju permukaan laut demi mengungsi dari awan badai. Nyanyian soprano dan alunan harpa mereka telah menghilang seketika, menghapus pengaruh pada seluruh penumpang kapal.
“Eh?” ucap Mark menggelengkan kepala.
“A-apa yang terjadi?” ucap Anna.
Sebuah suara desiran ombak dari sebelah kanan sontak membuat mereka berpaling, tercengang akan penampakan seekor monster paus raksasa bertanduk seperti tengah memuntahkan sesuatu, hampir lima ratus meter mencapai kapal untuk dia hancurkan.
“A-apa itu?” tunjuk Yael.
Red Crimson segera bertindak, berlari menuju kemudi kapal. “Monster! Kita harus tetap melaju!”
“Tapi angin masih kurang!” Warren menunjuk pada layar yang masih sedikit bergoyang, menandakan embusan angin tidak terlalu kencang.
“Serahkan padaku!” Justice mendekati tiang layar putih seraya mengangkat tangan mulai mengucapkan mantra. “Wahai angin laut, buatlah kecepatan embusan kalian lebih cepat seperti kuda.”
“Hah? Kuda?” Jason tercengang mendengar mantra itu.
Berkat mantra Justice, embusan angin membantu mendorong layar seraya membuat kecepatan kapal mengingkat secara cepat. Kapal terasa terdorong begitu cepat dari belakang meninggalkan posisi sebagai mangsa sang paus raksasa.
Begitu meninggalkan beberapa meter dari target, sang paus raksasa melambung menuju permukaan samudera, membuat kapal sekali lagi melambung meninggalkan permukaan menuju udara. Semuanya tercengang dengan guncangan kencang hingga menjerit dan berpegangan pada beberapa benda demi menahan keseimbangan.
Kapal itu akhirnya mendarat kembali di permukaan laut begitu keras, membuat desiran ombak dari dua sisi permukaan laut. Saking kagetnya, paus itu terlihat dari belakang kapal seperti melompat-lompat mencari sang mangsa.
“Cepat! Kita kabur dari sini! Manfaatkan angin tadi!” seru Red Crimson.
Jason mengangkat tangan pada Justice ketika menemuinya, “Tu-tunggu apa yang baru saja terjadi ketika menatap duyung-duyung itu?”
Yael menambah, “Kamu … tidak mendengar nyanyian mereka?”
Justice menjawab terbata-bata, “Um … sebenarnya … ceritanya sulit dipercaya …. Aku … menggunakan mantra penutup telinga.”
“Kenapa tidak menggunakan mantra itu kepada kita!” jerit Yael menarik gaun pink Justice rapat.
“Hei, aku belum selesai,” Justice melanjutkan, “mantra yang tadi hanya bisa digunakan untuk satu orang. Lagipula, aku juga tahu nyanyian ikan duyung itu dapat menghipnotis, pantas saja mereka membuat kita terhenti hanya untuk dimakan monster laut raksasa itu.”
“Kenapa tidak bilang dari tadi!” jerit Yael lagi.
“Oke, oke, sudah, kita tidak perlu untuk bertengkar,” ucap Mark melerai, “setidaknya tadi juga salah satu bahaya menuju pulau misterius itu. Kita harus tetap waspada, mungkin ada bahaya yang bahkan lebih parah daripada ini.”
Cooper menilai kata-kata Mark, “Kamu … memang tenang seperti biasa.”
***
Sekali lagi, malam pun telah menyingsing, menyingkirkan seluruh warna pada langit menjadi kehitaman. Begitu tenang dan damai embusan angin malam melewati seluruh area kapal, tidak seperti malam sebelumnya yang telah berubah menjadi badai kencang.
Seluruh penumpang kapal tetap tidak melakukan apapun, hanya melihat langit yang telah menghitam sekali lagi. Sudah begitu lama mereka berada di tengah-tengah samudera, apalagi setelah meninggalkan Bluewater. Sebuah pulau yang mereka juluki pulau misterius itu belum mereka temukan atau mendarat sama sekali.
Red Crimson dan Warren tetap berada di depan kemudi kapal, waspada jika ada sebuah bahaya yang akan mengancam. Angin laut yang mereka rasakan juga cukup damai dalam perjalanan malam hari.
“Kurasa kita memang harus beristirahat dulu sejenak,” usul Red Crimson, “aku juga sudah cukup lelah mengendalikan kapal ini sampai melompati badai kemarin malam. Jika ada sesuatu yang—”
Guncangan pada bagian bawah kapal sontak muncul secara tiba-tiba, tanpa ada pertanda apapun di tengah-tengah permukaan samudera. Seluruh penumpang, termasuk Mark, membangkitkan kaget sebagai reaksi, seakan-akan sedang mengalami sebuah gempa.
“A-apa itu?” ucap Yael bangkit dari duduknya melihat bagian depan kapal. “Ti-tidak ada apapun kan yang berbahaya?
“Kurasa tidak.” Jason menyetujui.
Guncangan sekali lagi menyerbu bagian bawah kapal, terutama pada permukaan air laut. Kali ini lebih kencang seperti pukulan seraya mulai menghilangkan keseimbangan posisi berdiri setiap penumpang.
“Whoa!” jerit Justice tersandung akibat guncangan itu.
“I-ini?” ucap Anna mendaratkan tangan pada lantai kayu kapal.
Sekali lagi, muncul guncangan pada lantai kapal, tetapi … kali ini lebih kencang dan membuat semuanya terentak. Bahkan, Red Crimson sampai harus mengempaskan semua tenaganya demi memutar roda kemudi yang mulai terjebak akibat guncangan itu.
“Kapten!” jerit salah satu kru bajak laut mendobrak pintu ruangan. “Gawat! Bagian bawah kapalnya bocor kemasukan air!”
“Bagaimana bisa!” Warren tertegun atas revelasi itu.
Warren mempercepat larinya ketika memasuki ruangan dalam kapal, mengikuti langkah sang kru bajak laut ketika semakin banyak guncangan yang terjadi. Mark dan Jason yang tertegun ketika mendengar jeritan sang kru bajak laut sontak mengikuti langkah Warren menuju dalam ruangan kapal.
Guncangan pada kapal juga semakin meningkat pesat meski Red Crimson mencoba sebaik mungkin memutar roda kendali berkali-kali, mengempaskan tenaga menjadikannya berputar kencang. Usahanya bahkan tidak mengurangi guncangan pada bagian kapal sama sekali.
“AAAAH!” jerit Justice kembali terjatuh bahkan setelah bangkit kembali.
Memasuki ruangan bagian kapal, Warren, Mark, dan Jason tercengang ketika mendapati lantai telah tergenang oleh air dari permukaan laut. Hal yang lebih mencengangkan saat pandangan mereka mendapati sebuah lubang, lubang yang telah dipicu oleh guncangan hingga merusak lantai dan dinding kayu.
“Oh tidak … bagaimana bisa ini terjadi? Tidak ada monster sama sekali, kan?” ucap Jason.
“Makanya, pantas saja pulau misterius itu terkutuk—" tambah Warren.
“—dan tidak ada yang kembali secara utuh,” lanjut Mark.
“Kita tidak menabrak apapun juga, kan?” Jason bertanya sekali lagi.
Guncangan demi guncangan, beberapa retakan pada dinding dan lantai, terutama yang mendekati lubang sumber genangan air pada lantai, bermunculan dan semakin melebar, seakan-akan menyatukan diri untuk mencapai tujuan, terutama pada langit-langit ruangan.
Bersatunya ujung retakan yang telah mencapai klimaks akhirnya menimbun beban tidak lagi tertahankan. Dinding yang telah terkena retakan akhirnya roboh dan terdorong air dari dalam samudera menjadi lubang lebih buruk lagi.
“AAAAAAAH!!” jerit sang kru bajak laut tertimbun air bah yang telah masuk melalui lubang besar itu.
“Kapalnya akan tenggelam!” jerit Warren.
“AAAAAAAAH!!” terdengar jeritan Justice dan Anna dari bagian luar kapal.
Mark dan Jason lebih dulu mempercepat langkah keluar dari ruangan kapal menuju bagian luar kapal, di mana mereka menatap beberapa retakan pada lantai dan pagar pada bagian kapal. Justice dan Anna terlihat tertegun ketika menatap percikan air mulai keluar satu per satu dari beberapa retakan pada bagian tengah.
“Sudah kuduga ini ide terburuk!” jerit Justice panik selagi Yael dan Cooper berlari menghindari retakan itu.
“Kenapa jadi begini? Apa yang menyebabkan guncangan hingga membuat kapal menjadi begini!” jerit Cooper geram.
“A-aku tidak tahu!” jawab Red Crimson berlari melewati tangga meninggalkan bagian kemudi kapal. “Sudah kubilang, tidak ada yang dapat kembali dengan selamat begitu ke pulau itu!
Sebuah guncangan kembali melanda, menyebabkan retakan pada lantai kapal menyatu dan seraya berperan seperti gergaji dalam bayangan di bawah laut. Belum lagi, Jason berlari menemui Anna dan Justice ketika retakan pada lantai mulai mencapai akhir dari sisi kiri kapal.
Dengan cepat, kapal itu akhirnya mulai terpotong ketika retakan satu per satu telah selesai mencapai klimaks, belum selesai, retakan pada setiap sudut kapal mulai menyerang semakin besar guncangan kapal. Kekuatan kapal bahkan tidak mampu menahan setiap guncangan lebih lama lagi hingga menimbulkan retakan demi retakan seraya mengangkat lantai ke atas
Bagian belakang kapal akhirnya meluncur menuju dasar laut begitu terpisah dari bagian depannya. Tanpa persiapan dengan berpegangan pada bagian tepi kapal, Cooper dan Yael terempas menuju permukaan laut dan tenggelam.
“Yael! Cooper!” jerit Jason menyaksikan.
Mark juga akhirnya kehilangan keseimbangan untuk berdiri begitu bagian belakang kapal yang dia injaki mulai oleng menuju posisi miring. Dia akhirnya tersandung ke lantai, meluncur tanpa kendali melewati pintu ruangan dalam kapal.
“Mark!” jerit Jason dan Anna bersamaan.
“Abaikan kapal!” jerit Red Crimson sebelum menjeburkan diri menuju lautan melewati bekas retakan.
“A-AAA-AAAH!” jerit Mark tidak dapat mengendalikan diri untuk berdiri selagi meluncur miring pada lantai dalam ruangan.
Tanpa sempat berbuat apapun, bahkan untuk mengambil pedangnya sendiri, dengan cepat badan Mark terjeblos menuju lubang besar pada dinding ruangan dalam kapal, di mana seluruh barang, terutama kendi, membuat lebih banyak retakan menuju dasar laut. Tubuhnya dengan cepat memasuki dasar laut ketika menutup mata, tidak sanggup menahan kepanikan.
Perjalanan menuju pulau misterius hanya untuk mendengar nasib seluruh orang yang telah menuju ke sana, termasuk Shada, telah … berujung sebuah kegagalan. Tidak ada jalan untuk kembali menuju kerajaan Haven hanya untuk membantu memerangi kerajaan Alpinloch.

Comments

Popular Posts