Ordering Disorder Episode 10 (Season Finale)


Ordering Disorder is classified 15+, it contains some violence, some sexual references, some coarse language, and drug use. It is not suitable for people aged under 15.

Sebelumnya di Ordering Disorder:
“Sam!” panggil Chris “Kau sudah berapa lama tidak minum obat?”
“Seminggu, tapi aku merasa turun lagi tanpa obat, aku merasa…”
“Hei, tenanglah, Sam. Kau masih belum stabil, jadi kau tetap harus minum obat itu, nanti malam kau harus minum obat, aku akan coba bilang Claire.”
“Aku mencoba untuk bilang, tapi Claire selalu protes, dia takut dengan efek samping, dia takut aku ketergantungan lagi.”
Claire berpikir “Tidak! Dia sedang senang!”
“Itu kondisi mania, Claire!!” teriak Chris.
Dave berkata “Yes! Kimber, maukah…”
“Aku tidak mencarimu, Dave, aku hanya ingin berdansa dengan Sam.”
Sam berkata “Uh, ya, dengan senang hati.” Sam, masih dalam kondisi mania, memegang tangan Kimber sebelum berdansa dengannya.
Chris tiba di kantor polisi dekat rumah kediaman Evans, ia berlari menemui Claire yang sedang duduk meratapi ke bawah lantai. Saat Claire melihat Chris, ia berdiri dan berlari menemuinya sebelum memeluknya.
“Jenna… Dia mengemudi mabuk, dia menabrak guru kimianya, dan kepala sekolah langsung tahu, dia… dikeluarkan.” Claire mulai menangis mengungkapkan rasa kecewanya.
Chris membalas pelukan Claire “Sudah, jangan menangis, kau harus tabah. Di mana Jenna sekarang?”
“Dia akan masuk penjara, Chris, dia akan masuk penjara, dia tidak bisa sekolah lagi, aku benar-benar tidak menyangka kalau dia…”
Kepala sekolah pun mengumumkan “Dan raja pesta dansa jatuh kepada… Sam Evans!”
Sam berteriak “Yes! Yes! Aku menang! Aku tidak percaya ini!!” Ia berlari menuju panggung.
Namun Dave terlambat untuk memberitahu Cameron, ternyata “sesuatu” yang di atas panggung tersebut adalah ember besar berisi slushie, slushie tersebut ditumpahkan tepat ke arah Sam. Dave berteriak “TIDAK!!!”
Sam sangat terkejut saat disiram slushie dari ember atas, membuat seluruh pakaiannya kotor bagaikan berdarah, ia sangat kaget, benar-benar kaget. Lalu semuanya, kecuali sebagian orang, termasuk Cameron dan Dave, menertawakan dirinya yang penuh dengan slushie merah itu. Sam pun mulai putus asa dan berlari meninggalkan lapangan basket indoor tersebut sambil menangis.

***

Sam berlari meninggalkan sekolahnya di tengah-tengah hujan deras yang membasahi dirinya, ia berlari sangat cepat. Noda slushie di tubuhnya perlahan-lahan menghilang akibat hujan. Ia sudah tidak dalam kondisi mania lagi, melainkan kondisi episode campuran. Ia berhenti dan berlutut sambil berteriak dengan keras. Ia pun mulai berlari dengan kencang lagi menuju rumahnya.
***
Chris akhirnya berlari memasuki sekolah Sam di tengah-tengah hujan, ia berlari menuju lapangan basket indoor. Saat ia masuk, ia melihat perkelahian antara Cameron dan Ken yang dilihat oleh seluruh siswa. Dave terlihat sangat kesulitan menghentikan perkelahian tersebut, sedangkan sang kepala sekolah tidak melakukan apapun untuk menghentikan mereka. Chris berlari menemui Dave melewati beberapa siswa.
“Dave! Dave!” panggil Chris.
“Chris!”
“Mana Sam?”
“Dia lari setelah disiram slushie,”
“Dave, ikut aku! Kita kejar Sam!”
***
Claire melangkah menuju sel tahanan, di mana ia melihat banyak orang mengerikan, mulai dari pembunuh, pencuri, perampok, pecandu narkoba, pemerkosa, pecandu alkohol, dan penjahat-penjahat lainnya. Claire merasa ngeri melihat mereka dengan wajah suram, ia berpikir apakah Jenna juga akan bernasib seperti mereka, masuk penjara. Lalu ia melihat Jenna dalam sel penjara tertidur sehabis mabuk-mabukan.
Seorang petugas menemui Claire “Nona Evans, kami butuh berbicara dengan Anda.”
***
Sam membuka pintu rumah dengan keras, ia membanting menutup pintu tersebut, ia segera berlari menuju kamarnya dan membanting pintu dengan keras. Sam mengambil ponselnya dan mengetahui bahwa Chris menelepon, ia melempar ponselnya ke lantai sebelum menutupi wajahnya dengan kedua tangannya sambil menangis.
Sam membuka lemari pakaiannya dan mengambil botol vodka, ia membuka tutup botol vodka tersebut dan mulai meminumnya. Lalu ia berjalan menuju kamar mandi, ia membuka lemari cermin, mengambil obat penenangnya, ia mengeluarkan pil dari botol tersebut. Sam terlihat sangat sedih dan depresi memandangi pil-pil tersebut sambil meminum vodka, saat Sam akan memasukkan semua pil ke dalam mulutnya, ia tiba-tiba teringat nasihat dari orang-orang yang mendukungnya.
Pertama, ia teringat pesan Dave saat menunggu di ruang tunggu psikiater “Aku ingat sebuah cerita, Sam. Begini ceritanya, ada seekor laba-laba yang membuat jaring, tapi jaringnya hancur, tapi laba-laba itu tidak menyerah, ia membangun jaring itu lagi dan lagi. Ada tiga orang anak yang melihat laba-laba itu. Anak pertama hanya pasrah, ia tidak merasa tidak mampu, anak kedua hanya memakai jalan pintas, sedangkan anak ketiga tidak kenal menyerah, ia berjuang dengan gigih. Jadi itu kesimpulannya, kau harus berjuang, Sam.”
Kedua, pesan dari Dokter Gina “Hidup setiap manusia sangat berharga, setiap detik, setiap menit, setiap jam, setiap hari, sangat berharga, jangan sia-siakan hidupmu hanya untuk merenungi bahwa kau akan bunuh diri karena ayahmu selingkuh. Setidaknya kau punya tujuan hidup.”
Selanjutnya, pesan dari Chris setelah pertama kali mengunjungi psikiater “Sam, kau harus kuat! Kau ini laki-laki! Kau hanya harus mengubah dirimu sendiri dan tidak ada siapapun yang bisa mengubah dirimu! Kakakmu tidak bisa mengubah dirimu, begitu juga dengan aku dan sahabatmu.”
Sam juga ingat pesan dari Jason “Sam, ada hal yang harus kamu ingat, kamu adalah orang yang beruntung, kamu beruntung telah dilahirkan di dunia ini, kamu sebenarnya sedang diberi ujian hidup, berarti kamu beruntung. Anggap saja ini adalah proses pembelajaran bagimu dengan kondisi seperti ini. Kau adalah anak yang spesial, Sam.”
Sam juga teringat saat ia mencium Nicola untuk pertama kalinya sepulang dari makan malam di restoran, dimulai saat Nicola mengungkapkan “Sebenarnya aku… senang kalau kau datang ke support group, aku senang sekali melihatmu.”
“Jadi kau…”
“Ya, aku menyukaimu.”
Sam tersenyum dan diam-diam tertawa “Kau menyukaiku? Ya, aku tidak menyangka, wow, aku juga sebenarnya suka padamu, aku tidak percaya ini.”
“Sebenarnya aku gugup untuk mengatakan perasaanku pada seseorang, terutama pada seorang gadis sepertimu.”
“Ya, aku juga gugup.”
“Aku juga sangat gugup melakukan hal ini pada seorang gadis.” Sam mencium bibir Nicola, Nicola menerima ciuman tersebut dengan lembut.
Nicola berkata “Kau tahu, aku menunggu bagian itu darimu.”
Sam sangat ragu-ragu apakah dia akan mengoverdosis dirinya sendiri dengan resep dokter setelah teringat kata-kata dari orang-orang yang mendukungnya, tapi di sisi lain, ia sudah tidak sanggup menahan semua tekanan yang dideritanya sebagai penderita gangguan bipolar, ia seakan-akan ingin memasukkan semua pil tersebut untuk membunuh dirinya sendiri, namun pikiran-pikiran pesan dari orang tercinta terus membayangi Sam.
Di sisi lain, Dave dan Chris akhirnya tiba di rumah sambil berteriak “Sam!!”
Suara tersebut mengagetkan Sam hingga ia menjatuhkan botol vodka hingga pecah beserta pil-pil yang dipegangnya. Sam terdiam dan masih menangis secara tiba-tiba, tidak tahu mengapa kali ini selain sehabis dipermalukan oleh Kimber, Ken, dan siswa-siswi populer lainnya.
“Sam!” panggil Dave sambil mendengar tangisan Sam di kamar mandi kamar Sam “Chris, dia di sini!”
“Sam!” panggil Chris.
Dave dan Chris melihat Sam duduk di lantai kamar mandi di depan pecahan botol vodka dan pil-pil yang berserakan.
Sam berkata “Aku tidak bisa, aku tidak bisa mengakhiri semua ini! Aku tidak bisa!”
Chris berkata “Sam, bunuh diri tidak ada gunanya, coba kau ingat-ingat apa yang kukatakan, apa yang orang-orang katakan padamu, kau tidak sendiri, Sam!”
Dave menambah “Tenanglah, Sam, masih ada orang-orang yang mendukungmu, kau tidak sendiri, Sam. Sam, ayolah, ini bukan Sam yang kukenal.”
“Aku tidak mau kebingungan, aku tidak mau lagi!” ucap Sam.
“Sam, sebaiknya aku bawa kau menemui Jason, ayo.”
***
“Dia mengemudi mobil sambil meminum bir, kadar alkohol dalam darahnya melebihi 0,08. Dia bahkan menabrak seorang pria…” jelas petugas tersebut.
“Saya sudah tahu itu siapa, tetapi apa yang terjadi saat Anda menghentikannya?”
“Dia memberi informasi palsu pada kami, maka kami menelepon sekolahnya, kebetulan sekali korban adalah seorang guru sekolahnya, maka kami laporkan kepada kepala sekolahnya.”
“Oh tidak, mengapa, mengapa beliau tega mengeluarkan Jenna? Mengapa?” Claire mulai menangis “Jenna tidak pantas diperlakukan seperti ini! Dia masih muda! Aku tahu tingkahnya sudah keterlaluan, mulai dari mencuri, merokok ganja, dan mabuk-mabukan apalagi dia menabrak gurunya sendiri. Maaf, aku sudahi saja, bolehkah aku bawa Jenna pulang?”
“Tidak bisa, dia harus tetap di sini untuk menghadiri sidang sebagai terdakwa, maafkan saya, tetapi Jenna tidak boleh pulang.”
“Terima kasih banyak, Bu.” Claire berlalu dari kantor polisi tersebut sambil menangis sedih seakan-akan ia tidak tega melihat adiknya sendiri akan masuk penjara.
***
“Kau harus tabah, Sam, kau harus bersabar menghadapi para bully yang mengganggumu,” ucap Chris sambil mengemudi sepeda motornya.
Dave mulai takut “Apa kau bercanda? Kita bisa ditilang kalau kita bertiga berada di atas sepeda motor, sementara kau mengendarainya! Ini bukan salah satu 100 hal yang ingin kulakukan!”
Chris berkata “Setidaknya kau menulis ‘menginap di penjara’, ‘kan?”
“Ya, kau benar, menginap di penjara adalah salah satu dari 100 hal yang ingin kulakukan.”
“Aku hanya ingin mengakhiri semua ini,” ucap Sam.
Dave berkata “Sudah kuduga ada yang tidak beres denganmu, Sam, masa kau menurun lagi? Harusnya kau patuhi nasihat dokter untuk minum obat itu sampai beliau…”
“Kita sudah sampai,” ucap Chris saat menghentikan motornya di depan rumah Jason. Ia turun dari motor dan berlari menuju depan pintu rumah tersebut, ia mengetuk “Jason, ini aku, Chris!”
Jason membukakan pintu “Chris, akhirnya. Di mana Sam?”
Dave berlari mengantar Sam “Dia di sini!”
“Akhirnya,” ucap Jason saat Sam, Chris, dan Dave memasuki rumahnya “Untung belum terlambat.”
Setelah itu, Sam melihat Nicola yang terlihat sangat depresi, Sam menyapa pelan “Nicola,”
Nicola menyapa Sam “Hai, Sam,”
Dave memandang Nicola, ia bertanya “Dia Nicola? Dia gadis pujaanmu?”
“Ya,” jawab Sam.
“Chris, kita harus bicara,” ucap Jason sebelum ia pergi meninggalkan Sam, Dave, dan Nicola bersama Chris.
Nicola bertanya “Aku mulai depresi lagi, aku dapat pesan kasar dari teman-teman, itu membuatku ingin bunuh diri.”
“Aku juga dipermalukan di pesta dansa, aku jadi tidak semangat hidup lagi.”
Dave mengingatkan “Oke, oke, sudah cukup, kalian berdua! Masa kalian mau bunuh diri lagi, bunuh diri tidak ada gunanya, bunuh diri hanya mengakhiri segalanya tanpa memecahkan masalah, nanti kalian menyesal jika kalian benar-benar mati bunuh diri! Ini kehidupan, kita tahu kalau makin lama kita hidup makin banyak cobaan sulit yang kita hadapi! Aku tahu meskipun banyak cobaan, akan lebih banyak hasil yang lebih memuaskan kita. Sam, Nicola, meskipun ini menyakitkan, tapi kalian harus menghadapi semua ini.” Lalu Dave mendapat email masuk dari penerbit yang menerima novelnya “Oh, sial, novelku ditolak. Kalian lihat, meskipun novelku ditolak, tapi aku tidak mengeluh terlalu berlebihan.”
Nicola berkata “Tapi…”
Sam masih saja murung tetapi berkata “Kau ada benarnya juga, Dave, tapi aku sudah tidak tahan lagi dengan gangguan bipolarku. Semua ini sia-sia bagiku, hidup ini tidak ada gunanya bagiku.”
“Sam, jangan bicara begitu!” ucap Dave “Ayolah, ingat apa kata dokter, kau ini berbeda, kau hanya bisa jadi dirimu, bukan aku ataupun orang lain, kau punya potensi untuk masa depan.”
Nicola berkata “Aku… Sam, aku… aku ingat dirimu saat aku akan bunuh diri, aku tidak tahu mengapa, aku hanya menyukaimu, bukan hanya menyukai, tapi aku juga jatuh cinta padamu, dan hanya saja aku hanya ingin mati bersamamu, Sam. Aku mencintaimu, aku akui itu.”
“Nicola…”
Nicola memegang pipi Sam sebelum akhirnya mencium bibirnya untuk menyatakan rasa cintanya, ia lalu berkata “Aku mencintaimu, Sam.”
Sam berkata “Aku… aku… aku tidak ingin mati tanpamu, maksudku aku hanya ingin menikmati hidup, setidaknya kita akan menikah jika bisa.”
“Ya, aku mencintaimu, Sam.”
“Aku juga,” Sam mencium Nicola sekali lagi.
Dave bilang “Oke, oke, sudah cukup ciumannya, setidaknya kalian masih ingin hidup ‘kan?”
Sam berkata “Ya, kau benar, Dave.” Lalu Sam mendapat telepon dari Claire, ia mengangkat telepon tersebut “Halo?”
Claire berkata sambil mengemudi “Sam, kau harus segera pulang, kita harus bicara.”
Sam berkata pada Dave “Jangan bilang-bilang apa yang kulakukan tadi pada Claire, Dave, berjanjilah.”
“Aku berjanji.” ucap Dave.
Sam kembali berbicara pada Claire “Ya, Claire, aku akan segera pulang.”
Jason dan Chris kembali, dengan Jason berkata “Sam, syukurlah kau baik-baik saja, kau tidak apa-apa, ‘kan?”
Chris berkata “Tadi itu kondisi mania, Sam, untunglah belum terlambat.”
“Ya, aku tidak tahu mengapa aku merasa begitu gembira tadi saat pesta dansa.” ucap Sam “Claire meminta kita pulang.”
***
Claire memasuki rumah kediaman Evans, ia berjalan menuju ruang makan, di mana Marlena sedang duduk di depan meja makan menatap Claire.
“Claire, kudengar ada masalah dengan Jenna lagi, ada apa sebenarnya?” ucap Marlena. Claire berlari menemui Marlena dan memeluknya sebelum menangis tersedu-sedu. Marlena hanya bisa menasihati “Claire, sabarlah, ini adalah cobaan yang lain untuk keluarga kita, kau tahu Sam sudah menderita, Jenna terlibat masalah dengan hukum, dan kamu baik-baik saja, kau harus menyadari bahwa kamu masih beruntung tidak memiliki masalah separah mereka, setidaknya kau belum punya pekerjaan.”
Beberapa saat kemudian, Sam, Dave, dan Chris tiba di rumah, mereka menatap Claire memeluk Marlena sambil menangis, mereka mendekati Marlena begitu dipanggil. Mereka bertiga juga memeluk Marlena sambil terharu menghadapi cobaan yang mereka hadapi.
***
Hari pertama musim panas, 21 Juni, di kamar Sam, Dave melihat catatan 100 hal yang ingin dilakukan sebelum mati, ia melihat ada beberapa dari daftar tersebut yang sudah dicoret dan dilakukan, Dave pun tersenyum menatap satu hal yang terpenting yang ia harus lakukan, menulis buku best seller. Kebetulan, ia mengambil ponselnya saat ia mendapat email masuk dari penerbit, ia membuka email tersebut dan ia menatapi ponsel tersebut.
“Ditolak lagi?” ucap Dave “Sudahlah,”
“Dave?” panggil Sam.
“Sam,” sahut Dave saat Sam memasuki kamar “Ini hari pertama musim panas, rencananya kita akan ke mana?”
“Aku tidak tahu,” jawab Sam.
“Ayolah, Sam, kau harus punya rencana musim panas, agar bipolarmu tidak kambuh lagi.” ucap Dave “Aku sudah punya rencana, aku akan self-publish novelku sendiri, meskipun harus kuedit lebih dulu.”
“Entahlah, sejak aku hampir bunuh diri lagi, semuanya berubah.” Sam berkata jujur.
Memang benar, keadaan pun sudah berubah, Claire tidak lagi kesulitan mencari pekerjaan, ia pun akhirnya ditawari tiga pekerjaan, Claire masih harus membuat keputusan, sedangkan Chris mendapatkan IPK lebih dari 3, maka ia tidak perlu mengambil semester pendek, sehingga ia bisa berlibur bersama keluarga Evans. Jenna pun berhasil dikeluarkan dari penjara, namun ia dikeluarkan dari sekolahnya, sehingga ia memutuskan untuk homeschooling sendiri. Sam hanya tersenyum menghadapi semua perubahan tersebut saat hari pertama musim panas.
“Lebih baik kita selesaikan saja hal-hal yang ingin kulakukan sebelum mati, hehe.” ucap Dave.
“Ah, Dave, itu hanya impianmu!”
Dave pun tertawa geli “Ya, mungkin kau harus menulis hal-hal yang ingin kulakukan selama musim panas.”
Sam berkata sambil mengambil stik Xbox-nya “Main PES yuk!”
Dave berseru sambil mengambil stik Xbox satu lagi “Ayo!”
Sam bertanya sambil menyalakan Xboxnya “Bagaimana novelmu?”
“Aku self-publish saja, haha.”

THE END

Comments

Popular Posts