Ordering Disorder Episode 9
Ordering Disorder is classified 15+, it contains some violence, some sexual references, some coarse language, and drug use. It is not suitable for people aged under 15
Sebelumnya di Ordering
Disorder:
Nicola mengungkapkan “Sebenarnya aku… senang kalau kau
datang ke support group, aku senang
sekali melihatmu.”
“Jadi kau…”
“Ya, aku menyukaimu.”
“Aku juga sangat gugup melakukan hal ini pada seorang
gadis.” Sam mencium bibir Nicola, Nicola menerima ciuman tersebut dengan
lembut.
Nicola berkata “Kau tahu, aku menunggu bagian itu darimu.”
“Duduklah.” Claire duduk di depan meja makan bersama Sam, ia
bertanya “Mengapa kau tidak memberitahuku, Sam?”
“Memberitahu apa?”
“Bahwa kau ingin ke psikiater, kau ke psikiater saat
kecemasanmu semakin memburuk.”
“Ya, teruskan.”
“Sam, aku takut kalau kau akan bernasib sama dengan ibu, aku
juga takut kalau kita semua akan bernasib sama, tapi aku bersyukur kalau kau
selamat, kau tidak kecanduan heroin lagi, kau tidak kecanduan alkohol lagi, kau
baik-baik saja sebenarnya.” Claire berkata lagi “Kau harus berhenti minum obat,
oke? Jangan minum obat terus.”
Sam berlalu ke kamar mandi, ia membuka lemari cermin, ia
mengambil botol obatnya, ia menatap botol tersebut sambil merenung, ia bergumam
“Apakah aku harus berhenti atau tidak, aku bingung. Claire berkata kalau aku
harus berhenti minum obat, tapi dokter menyuruhku untuk tetap minum obat
meskipun kondisiku makin membaik.” Ia meletakkan botol obat tersebut kembali.
***
Sam menatap dirinya di depan cermin memakai pakaian untuk
pesta dansa, ia memakai kemeja putih, dasi merah, celana hitam, dan jas biru.
Sam merasa gugup untuk datang ke pesta dansa sekolahnya, ia merasa tidak
percaya diri menatap dirinya di hadapan cermin, apalagi ia tidak boleh mengajak
Nicola, karena ia harus mengajak seorang gadis dari sekolahnya sendiri.
Dave menelepon Cameron “Sudah kubilang aku bukan gay, Cameron, aku normal. Apa cara
bicaraku seperti orang gay? Maafkan
aku, Cameron, tapi aku tidak menemukan seorang siswa gay.” Ia mengakhiri percakapan sebelum melihat Sam menatap dirinya
ke arah cermin. Ia bertanya “Sam, ada yang salah?”
“Aku merasa tidak enak, aku cemas lagi.” ucap Sam.
“Ayolah, Sam, ini pesta dansa pertamamu, meski kau tidak
memiliki seorang gadis untuk berdansa denganmu, yang penting kau
bersenang-senang. Aku juga tidak bisa mendapat gadis untuk sementara,
setidaknya kau baik-baik saja, ayolah!”
Chris memasuki kamar Sam “Wow, kalian berdua tampak keren.
Aku ingat saat aku pergi ke pesta dansa, aku tidak memiliki pasangan dansa.”
Dave berkata “Ya, apalagi datang ke pesta dansa merupakan
salah satu 100 hal yang ingin kulakukan sebelum mati.”
“Kau ambisius sekali, Dave.”
Claire melangkah memasuki kamar Sam “Wow, kalian terlihat
tampan.”
“Ya, terima kasih.” ucap Dave.
“Ayo, kalian harus bersiap-siap, kita akan pergi.” Claire
berkata pada Sam dan Dave.
“Oke!” seru Dave mengikuti Claire.
“Sam!” panggil Chris “Kau sudah berapa lama tidak minum
obat?”
“Seminggu, tapi aku merasa turun lagi tanpa obat, aku
merasa…”
“Hei, tenanglah, Sam. Kau masih belum stabil, jadi kau tetap
harus minum obat itu, nanti malam kau harus minum obat, aku akan coba bilang
Claire.”
“Aku mencoba untuk bilang, tapi Claire selalu protes, dia
takut dengan efek samping, dia takut aku ketergantungan lagi.”
“Sam, ayolah!” seru Claire.
“Aku harus pergi,” Sam berlari meninggalkan kamarnya.
“Ya, hati-hati.” ucap Chris. Lalu ia mendapat telepon dari
ayahnya lagi “Sial,” Ia menolak telepon tersebut, lalu ia menerima telepon dari
temannya, ia menjawab telepon tersebut sambil berjalan keluar dari kamar Sam
“Halo? Ya, aku akan segera ke sana, aku akan membantumu.” Ia berjalan menemui
Marlena “Nek, Chris pergi dulu, ada urusan mendadak.”
“Ya, hati-hati.” ucap Marlena.
***
Claire menghentikan mobilnya saat ia, Sam, dan Dave tiba di
depan sekolah yang sudah dihiasi dekorasi ala pesta dansa bertema cinta. Mereka
melihat beberapa siswa-siswi berjalan melewati karpet merah, ada yang membawa
pasangan pesta dansa masing-masing, ada yang tidak.
“Ini dia, pesta dansa kalian.” ucap Claire “Ayo,
bersenang-senanglah!”
“Ya, Claire!” seru Dave sebelum keluar dari mobil.
Claire menatap Sam “Sam, kau tidak apa-apa?”
Sam mendadak senang “Aku tidak apa-apa, aku merasa sangat
bersemangat!! Aku pergi dulu, Claire!” Ia keluar dari mobil menuju sekolah
dengan semangat.
“Sam!” panggil Claire, lalu ia menerima telepon “Di sini
Claire Evans,”
Chris menelepon Claire “Claire, kenapa kau suruh Sam
berhenti minum obat?”
Claire menjawab “Aku tidak ingin dia terus-terusan minum
obat, Chris.”
“Itu resep dokter, Claire,”
“Meskipun begitu, aku tiidak ingin dia bernasib sama dengan
ibu, aku tidak ingin dia tergantung pada obat penenang itu, aku ingin dia bisa
menghadapi kondisi itu sendiri tanpa obat.”
“Claire, dia membutuhkan obat itu!”
“Dia pasti bisa menghadapi ini sendiri! Aku yakin, meskipun
tanpa obat-obatan.”
Chris berargumen “Sudah cukup, Claire! Kau masih belum
percaya juga? Apa kau tidak merasa kasihan pada adikmu sendiri?! Kau tahu apa
yang terjadi kalau Sam kambuh dari gangguan bipolarnya?!”
Claire berpikir “Tidak! Dia sedang senang!”
“Itu kondisi mania, Claire!!” teriak Chris.
“Sial, aku harus menemui Sam!!” teriak Claire.
“Terlambat, dia sudah terlanjur masuk ke sana, orangtua dan
wali biasanya tidak boleh masuk saat pesta dansa berlangsung!”
“Aku harus telepon Dave!”
***
Sam dan Dave tiba di lapangan basket indoor, di mana pesta dansa sedang berlangsung, mereka bisa melihat
masing-masing siswa-siswi mulai berdansa dengan pasangan masing-masing. Mereka
juga bisa melihat dekorasi yang menggambarkan sebuah kerajaan mirip Buckingham
Palace.
Sam berteriak “Ini akan menjadi hari yang menyenangkan!”
seru Sam.
“Begitu dong, Sam, tumben kau bersemangat.” kata Dave “Kita
cari gadis lajang dan tidak ada pasangannya.” Namun semua gadis tampaknya sudah
memiliki pasangan pesta dansa masing-masing “Sial, sepertinya semuanya sudah
diambil!”
“Tenang saja, hanya aku yang masih belum ada pasangan pesta
dansa.” ucap Kimber, seorang gadis rambut pirang panjang yang memakai gaun
hijau.
Dave berkata “Yes! Kimber, maukah…”
“Aku tidak mencarimu, Dave, aku hanya ingin berdansa dengan
Sam.”
Sam berkata “Uh, ya, dengan senang hati.” Sam, masih dalam
kondisi mania, memegang tangan Kimber sebelum berdansa dengannya.
Dave bertanya “Apa masih ada gadis yang masih belum punya
pasangan?” Lalu ia mengambil ponselnya yang menunjukkan bahwa Claire menelepon
“Jangan sekarang, Claire,” ia menolak telepon tersebut.
***
“Dave?” ucap Claire setelah teleponnya ditolak Dave, ia
masih duduk di kursi mobil, saat ia akan menelepon Dave lagi, ia mendapat
telepon dari kontak yang tidak dikenal, ia mengangkat telepon “Di sini Claire
Evans,”
“Bu, maaf, ini dari kepolisian,”
“Ya, ada apa?”
“Adik Anda telah mengemudi mabuk menabrak seorang pria,”
“Jenna!”
***
Kembali ke kamar Sam, Chris sedang bermain Halo 4 di Xbox, ia sedang asyik bermain
sebelum mengerjakan tugasnya yang belum selesai, namun Marlena memasuki kamar
tersebut.
“Chris, mentang-mentang rumah ini sepi, masa kau main game terus.”
“Nenek,”
“Kerjakan tugasmu,” Marlena segera berlalu.
Chris menekan tombol pause
pada game tersebut sebelum
mengambil tasnya untuk mengeluarkan buku catatannya, namun ponselnya berbunyi,
ia mengangkat telepon tersebut “Ya?”
“Chris, ini gawat! Jenna bermasalah lagi!”
“Claire, bukannya Jenna sudah ditangkap polisi sehabis
merokok ganja?! Masa dia ditangkap lagi?!”
“Kali ini dia mabuk!”
“Kau sedang di mana sekarang?”
“Aku sedang di jalan menuju kantor polisi dekat rumah,
petugas yang meneleponku berkata kalau Jenna ada di sana.”
“Oke, aku juga ke sana!”
***
Kembali ke pesta dansa di sekolah, Dave kesulitan menemukan
seorang gadis yang bisa diajak berdansa dan masih belum memiliki pasangan
dansa. Dave memandang Sam asyik berdansa dengan Kimber beserta
pasangan-pasangan lainnya. Dave hanya duduk meminum fruit punch di dekat pintu toilet wanita.
Cameron menemui Dave “Hai, Dave,”
Dave terkejut “Cameron, kukira kau sudah menemukan pasangan gay-mu.”
“Tidak ada laki-laki lain yang mau berdansa denganku, aku
juga mencoba untuk mengajak seorang gadis, tapi gagal.”
“Aku juga tidak ada pasangannya,”
Cameron menatap Sam berdansa dengan Kimber “Apa itu Sam yang
berdansa dengan Kimber?”
“Ya, dia enak sekali, padahal aku ingin berdansa dengan
gadis itu, lagipula aku tidak akan mencoret pergi ke pesta dansa dalam 100 hal
yang ingin kulakukan. Pergi ke pesta dansa tanpa berdansa dengan seorang gadis
sama saja dengan bohong. Mungkin tahun depan aku akan berdansa dengan seorang
gadis.”
Cameron melihat Kimber pergi meninggalkan Sam “Apa yang
Kimber lakukan?”
“Mungkin dia ingin berdansa denganku.” Dave berdiri, namun
Kimber melangkah melewatinya begitu saja “Apa?! Dia tidak ingin berdansa
denganku?! Sial, kalau begitu aku tidak jadi mencoret ‘pergi ke pesta dansa’
setelah ini!”
Cameron melihat Kimber sedang berbisik-bisik bersama teman-temannya
yang populer, ia berkata “Apa yang mereka lakukan? Kenapa Kimber bersama
gadis-gadis populer?”
“Wajar, dia salah satu dari mereka.” Lalu Dave melihat
seorang kapten tim futbol bergabung bersama mereka, ia bertanya-tanya “Kenapa
si kapten tim futbol itu muncul?”
Cameron mengkoreksi “Koreksi, dia Ken Orlando, kapten tim
futbol, dan dia juga mantan pacar Kimber.”
“Aku akan berbicara dengan Sam.” Dave pergi meninggalkan
Cameron dan menemui Sam “Sam, tadi bagaimana?”
Sam membalas “Tadi menyenangkan! Aku ingin berdansa lagi
bersama Kimber!! WOO!!”
“Sam, kau senang seperti ini, tumben banget.”
“Ya, aku merasa seperti bergairah setelah berdansa dengan
Kimber!!”
“Sam, aku ingin bicara denganmu, apakah benar berdansa
dengan Kimber membuatmu sangat senang?”
“Ya, dan aku tak tahu apalagi yang membuatku senang!” Sam
sangat bergembira, ia pun mengambil ponselnya, ia tahu bahwa Jason menelepon,
ia mengangkat telepon tersebut “Sam Evans di sini. Jason, hai, aku sangat
senang akhir-akhir ini! Aku berdansa dengan seorang gadis, aku senang sekali!!
Oke, sudah dulu.”
Dave mulai curiga “Sam, kurasa ini bukan dirimu yang
sekarang. Bangun, Sam, ayolah, ini bukan seperti dirimu.”
“Apa yang kau bicarakan, Dave? Aku baik-baik saja, aku ini
diriku, Sam Evans!!”
“Semuanya, harap berkumpul, raja dan ratu pesta dansa akan
diumumkan sesaat lagi!” ucap sang kepala sekolah.
“Kimber bilang aku bisa memenangkan gelar raja pesta
dansa!!” Sam pergi meninggalkan Dave.
“Sam!!” teriak Dave.
***
Chris tiba di kantor polisi dekat rumah kediaman Evans, ia
berlari menemui Claire yang sedang duduk meratapi ke bawah lantai. Saat Claire
melihat Chris, ia berdiri dan berlari menemuinya sebelum memeluknya.
“Chris…”
“Claire,”
“Jenna… Dia mengemudi mabuk, dia menabrak guru kimianya, dan
kepala sekolah langsung tahu, dia… dikeluarkan.” Claire mulai menangis
mengungkapkan rasa kecewanya.
Chris membalas pelukan Claire “Sudah, jangan menangis, kau
harus tabah. Di mana Jenna sekarang?”
“Dia akan masuk penjara, Chris, dia akan masuk penjara, dia
tidak bisa sekolah lagi, aku benar-benar tidak menyangka kalau dia…”
“Sudah, sudah, kau harus bersabar.” Chris hanya bisa
menasihati, namun ponselnya berbunyi, ia melepas pelukan Claire dan mengambil
ponsel dari sakunya, ia mengetahui bahwa Jason menelepon “Halo,”
“Chris, ini benar-benar gawat!”
“Ya, apa ini tentang keadaan Sam?”
“Dia sedang memasuki kondisi mania,”
“Mania, sudah kuduga,”
“Apa maksudmu?” Jason menyadari “Jangan bilang dia…”
“Dia tidak minum obat lagi…”
“Oh, sial. Cepat segera jemput Sam, dia ada di pesta dansa
sekolahnya, cepat sebelum terlambat!! Bawa dia ke rumahku, cepatlah!!”
“Oke, Jason!” Chris menutup percakapannya, lalu ia bilang
Claire “Aku harus jemput Sam, Jason rasa kondisi manianya sudah parah.”
“Chris, bagaimana dengan Jenna? Aku tidak bisa
menghadapinya,”
“Kau harus bersabar, bicara saja baik-baik dengannya, jangan
ungkapkan rasa marahmu padanya.”
“Hati-hati.” Claire memeluk Chris lagi.
Chris segera berlari keluar dari kantor polisi tersebut, ia
berlari mendekati sepeda motornya, ia mendudukinya dan mulai mengendarai menuju
sekolah Sam.
***
“Sam, ayolah, ini bukan dirimu yang sesungguhnya, sebenarnya
kau tidak butuh popularitas tinggi hanya dari gelar raja pesta dansa!” Dave
berusaha menyadarkan Sam “Sam, ayolah, sadarlah.”
“Apa yang kau bicarakan, Dave, ini adalah diriku!” seru Sam.
Lalu terdengar suara kepala sekolah “Gelar ratu pesta dansa
jatuh kepada… Kimber Hudson!!”
Kimber pun dengan tersenyum menerima ucapan selamat dari
teman-temannya, ia segera berlari menuju panggung untuk menerima mahkota ratu
pesta dansa dengan hormat.
Kepala sekolah pun mengumumkan “Dan raja pesta dansa jatuh
kepada… Sam Evans!”
Sam berteriak “Yes! Yes! Aku menang! Aku tidak percaya ini!!”
Ia berlari menuju panggung.
“Sam tunggu!” teriak Dave berusaha menghentikannya, namun
tidak berhasil “Sam! Tunggu!”
Cameron menatap Ken Orlando sedang menelepon seseorang, ia
hanya mendengar kata ‘berhasil’, Cameron segera berlari menemui Dave “Dave!”
“Cameron, Sam dinobatkan sebagai raja pesta dansa!” Dave
mulai panik.
“Aku benar-benar curiga pada tingkah Kimber dan Ken, mereka
tumben sangat ingin Sam menang.”
“Sam saja senang dinobatkan sebagai raja pesta dansa.” ucap
Dave, namun ia melihat ada sesuatu yang tidak beres di atas panggung “Cameron,
gawat!”
“Apa?”
Namun Dave terlambat untuk memberitahu Cameron, ternyata “sesuatu”
yang di atas panggung tersebut adalah ember besar berisi slushie, slushie tersebut
ditumpahkan tepat ke arah Sam. Dave berteriak “TIDAK!!!”
Sam sangat terkejut saat disiram slushie dari ember atas, membuat seluruh pakaiannya kotor bagaikan
berdarah, ia sangat kaget, benar-benar kaget. Lalu semuanya, kecuali sebagian
orang, termasuk Cameron dan Dave, menertawakan dirinya yang penuh dengan slushie merah itu. Sam pun mulai putus
asa dan berlari meninggalkan lapangan basket indoor tersebut sambil menangis.
Dave berlari mendekati Ken “Dasar bajingan! Selama ini kau
tidak puas kalau Sam datang ke pesta dansa!”
Ken berkata “Apa?! Kalian mau apa?!”
Cameron memotong “Sudah kuduga! Jadi ini rencana jahatmu dan
orang-orang populer lainnya?!”
“Dia tidak pantas berada di sini!” ucap Ken.
“Kau yang tidak pantas berada di sini!” Cameron membalas.
“Dasar homo brengsek dan tidak pantas ada…”
Cameron memukul wajah Ken hingga terjatuh, Ken pun membalas
pukulan Cameron, terjadilah perkelahian sengit di antara mereka. Pandangan
siswa-siswi teralihkan ke arah perkelahian tersebut.
“Cameron, hentikan!” teriak Dave.
Comments
Post a Comment