Pembunuhan di Rookie Blue Mansion
Di sebuah
kampus terkenal, kampus yang sangat terkenal berkat kasus pembunuhan beberapa
orang mahasiswi dan seorang mahasiswa yang akhirnya terpecahkan tiga bulan
kemudian. Ada seorang mahasiswa yang bernama Arnett, ia adalah mahasiswa
fakultas hukum dan sebelumnya pernah dituduh bersalah pada kasus tersebut, ia
memiliki rambut tegak berwarna coklat. Tapi sekarang kasus tersebut sudah ia
lupakan dan ia kini fokus mengerjakan skripsi. Suatu hari, ia mendapat sebuah
surat di depan kamar asramanya, dan ia membacakan surat tersebut di depan teman
sekamarnya, Luke. Luke juga merupakan mahasiswa fakultas hukum, ia memiliki
rambut spike warna coklat kehitaman.
Arnett berseru
“Aku mendapat surat, Luke!” Ia membuka amplop surat tersebut dan mengeluarkan
isinya, isinya adalah sebuah undangan pesta makan malam berwarna emas “Kepada
Arnett, Anda dan temanmu diundang untuk menghadiri pesta makan malam di Rookie
Blue Mansion.”
Luke bertanya
“Itu undangan dari siapa?”
Arnett melihat
pada undangan dan amplop tersebut “Tidak tertulis siapa nama pengirimnya,
sepertinya kita harus menghadiri undangan itu, kita sebaiknya berpakaian rapi
dan segera berangkat, ayo.”
Arnett dan
Luke segera memakai kemeja dan celana kain masing-masing sebelum akhirnya
melangkah keluar dari kamarnya sambil membawa undangan. Setelah mereka keluar
dari asrama, mereka segera menyewa taksi untuk pergi ke Rookie Blue Mansion.
***
Arnett dan
Luke akhirnya tiba di depan Rookie Blue Mansion, rumah tersebut terlihat sangat
besar dan indah
Saat keluar
dari mobil, Luke berkata “Astaga, mansion
ini sangat indah.”
Tak lama
kemudian, sebuah taksi juga tiba di depan mansion
tersebut, saat pintu taksi terbuka, lelaki rambut coklat gundul yang
memakai kemeja jingga dan celana putih serta gadis rambut pirang panjang yang
memakai kemeja putih dan rok panjang merah keluar dari taksi tersebut. Arnett
mengenali lelaki tersebut sebagai Kirk, sahabatnya saat SMA.
Kirk memanggil
“Arnett?”
Arnett kaget
“Kirk, kau diundang juga?”
Kirk membalas
“Aku hanya mendapat undangan tanpa nama pengirimnya, dan omong-omong, ini
pacarku, Holly.”
Holly
memperkenalkan diri “Hai, senang bertemu denganmu.”
Tak lama
kemudian, beberapa taksi tiba di depan mansion tersebut, ternyata ada beberapa
orang yang Arnett dan Kirk kenali sebagai teman-teman saat mereka SMA. Termasuk
Parker yang memiliki wajah tampan tanpa jerawat dan rambut pendek hitam, Gaz
yang tubuhnya berotot dan memiliki rambut coklat pendek, Sofia yang berwajah
mirip orang Jepang serta memiliki rambut pendek hitam, Victoria yang terlihat lugu
dan manis serta memiliki rambut coklat panjang, dan masih ada beberapa teman
mereka yang juga diundang untuk menghadiri pesta makan malam tersebut.
Kirk berkata
pada Arnett “Sepertinya semua teman SMA kita diundang ke pesta ini.”
Arnett
memberitahu Luke “Sepertinya Kirk benar, ini reuni teman-temanku pada saat aku
SMA.”
***
Malamnya,
semua tamu pesta tersebut tiba di ruang makan untuk mengetahui siapa pengirim
undangan tersebut, mereka duduk di kursi masing-masing.
“Ini sangat
canggung, semua tamu pesta ini mendapat undangan yang tidak diketahui nama
pengirimnya untuk menghadiri pesta atau reuni atau semacamnya.” komentar Luke.
Arnett
membalas “Aku tidak tahu, nikmati saja pestanya.”
“Pestanya saja belum dimulai.”
Semua tamu
mulai berbicara kepada satu sama lain, hingga pada akhirnya Louis muncul
sebagai tuan rumah, semua kaget dan mulai geram kepadanya, kemudian Jacquelline
datang mengikuti Louis.
Louis
merupakan lelaki yang sangat tampan, entah mengapa semua tamu mulai marah dan
kesal saat melihat wajahnya, rambutnya yang acak-acakan berwarna coklat tua
bukan hanya alasan kebencian mereka. Sementara Jacquelline adalah seorang gadis
cantik yang memiliki wajah cantik dan rambut hitam panjang dengan jepit rambut
di belakang, ia terlihat sangat seksi saat memakai gaun merah.
“Astaga, kenapa semua mulai terlihat geram?”
tanya Luke.
Arnett
menjelaskan alasannya “Dia Louis, alumni yang paling dibenci seangkatan.”
Louis
menyambut semua tamu yang telah hadir “Selamat malam semuanya, saya Louis,
salah satu teman kalian saat kalian SMA, dan saya ingin memperkenalkan tunangan
saya, Jacquelline.”
“Senang
berkenalan dengan kalian semua.”
Gaz mulai
protes “Hei, apa-apaan ini, Louis, kukira pesta ini diadakan oleh seseorang
bukan dirimu.”
Parker juga
mengikuti “Ya, bukan rahasia lagi bahwa kau adalah alumni yang paling dibenci
seangkatan.”
Louis
menjelaskan “Memang benar, Parker, tapi aku sudah bertobat, aku hanya ingin
meminta maaf pada kalian semua atas kesalahan kecil yang telah saya perbuat.”
“Kesalahan
kecil dari mana coba?!” teriak Sofia.
“Kau telah
mengancam hidup kami selama SMA!” seru Annapurna.
“Hidup kami
hampir menderita berkat dirimu?!” Miriam geram.
“Ya, kau
adalah sampah masyarakat, Louis!!” teriak Gina.
Lalu semua
tamu berteriak dan mencaci maki Louis karena ia merupakan siswa yang paling
dibenci seangkatan karena kesalahan-kesalahan manipulatif yang telah
diperbuatnya.
“Mana makanan
gratisnya!” Melati berseru di luar topik.
Louis berusaha
untuk menenangkan para tamu “Tenang, kalian semua, aku hanya ingin meminta maaf
pada kalian, sebenarnya aku hanya ingin berbaikan dengan kalian semua dan
melupakan semua hal buruk yang menimpa kalian.”
“Tapi itu
tetap kenangan terburuk kami!” Arnett berargumen.
“Tolong, jangan lagi dikenang, dan permisi,
saya harus menyiapkan makan malam untuk kalian semua.” Louis pun akhirnya
berjalan menuju dapur.
“Biar kubantu,
sayang.” ucap Jacquelline mengikuti Louis.
“Ini
benar-benar canggung.” seru Rocco.
Victoria
menambah “Ya, sangat.”
“Kalian jangan
terlalu mendramatisir masalah ini, mungkin kalian harus memaafkannya.” usul
Luke.
“Tindakan Louis
tidak bisa dimaafkan, Luke, dia sudah menyebabkan masalah yang menimpa kita
semua.” tolak Arnett.
“Jangan begitu
dong, aku sedang kencan dengan Parker.” kata Melati sambil tersenyum.
“Diam kau!
Diam kau! Diam kau!!!” bisik Parker kesal.
“Mungkin
seteguk minuman seperti ini bisa menenangkan kalian semua, oh ini sampanye, ya,
Parker?” Melati berdiri dan mendekati kursi Louis sambil mengambil segelas
penuh sampanye.
“Sudah cukup,
Melati.”
“Ya, kita
harus minum agar menenangkan diri sejenak.” Melati meminum segelas sampanye
tersebut, ia merasa lega “Ah…”
Annapurna
setuju “Dia benar, kita harus minum dulu supaya pikiran lebih fresh dan tenang,” Ia mengambil botol
sampanye yang masih tertutup, ia kesulitan untuk membuka tutup botol tersebut “Uh,
sial, Rocco, bisakah kau bukakan ini?”
Rocco
mengambil botol sampanye tersebut “Tentu.” Ia membuka tutup botol tersebut dan
menuangkan sampanye pada gelas Annapurna.
Tiba-tiba
saja, Melati mulai batuk-batuk mengeluarkan darah, setelah itu ia
bertanya-tanya “Apa… yang… terjad…” Melati pun mulai ambruk dan terjatuh ke
lantai, semuanya berdiri dan berteriak dengan keras.
“AAAAAAAAAAAAAARRRRGH!!”
teriak semuanya dengan histeris.
Gaz pun
berlari mendekati Melati dan memeriksa detak jantungnya, ia memberitahu
“Astaga! Dia tewas!! Dia diracuni!!” Hal itu membuat semuanya kaget.
“Dia mati!! Louis
akan membunuh kita semua!! Dia ingin kita mati di sini!!!” Lola mulai panik.
Tak lama
kemudian, Louis datang kembali dari dapur “Ada apa ribut-ribut.” Hal tersebut
membuat semuanya kaget.
“Itu dia! Si
pembunuh!” tuduh Holly.
“Ada apa sih?
Kenapa kalian panik begitu?” Louis heran.
“Kau membunuh
seorang gadis di sini! Di rumahmu sendiri! Aku tahu mengapa kau mengundang kami
semua ke sini! Kau ingin meracuni kita semua saat makan malam!” teriak Arnett
sambil mendekati Louis.
“Tidak! Aku
tidak akan berbuat jahat seperti itu, bung!”
“Oh ya! Kau
membunuh seorang gadis! Gadis yang merupakan pacar Parker!” teriak Gaz.
“Sebenarnya
bukan!” bantah Parker.
“Buktinya kau
di dapur lama sekali!” teriak Rocco.
“Ayolah, aku di dapur hanya beberapa menit
kok!” bantah Louis
“Diamlah, Louis,
kami tahu kau membunuh si gadis itu! Kami akan tangkap kau dan menjebloskan
dirimu ke penjara!” teriak Rocco mendekati Louis.
“Ayolah, aku
tidak membunuh siapapun!”
Tiba-tiba,
suara petir terdengar dan semua lampu mati, semuanya kaget saat lampu dimatikan
secara tiba-tiba setelah petir terdengar.
“Astaga,
Louis, apa kau ingin membunuh kami di kegelapan?” tanya Arnett.
Tiba-tiba saja
suara pisau menancap tubuh seseorang terdengar oleh semua tamu, mereka semua
berteriak dengan keras “AAAAAAAAAAAAAARRRRGH!!” Lampu pun menyala kembali, dan…
Rocco merupakan orang pertama yang melihat Louis tewas terbunuh dengan pisau
masih tertancap di punggungnya.
“Lihat!”
tunjuk Rocco.
“Ah!” teriak
semua tamu kaget melihat Louis terbunuh.
Jacquelline
pun tiba dari dapur dan kaget saat melihat Louis terbunuh
“AAAAAAAAAAAAAAARRRRGH!!!” ia berteriak secara histeris “Astaga!!” Ia pun jatuh
pingsan, Gaz pun menahannya.
“Jangan ada yang sentuh pisau yang tertancap
di punggung Louis, pasti ada sidik jarinya!” perintah Kirk sangat yakin.
“Jadi Louis
tidak membunuh si pacar Parker.” simpul Arnett.
“Sebenarnya
namanya Melati, dan dia bukan pacarku!” bantah Parker sekali lagi.
“Jika Melati
dan Louis terbunuh di sini, kita akan mati di sini! Kita akan mati!! Lari!!
Cepat keluar dari sini!!” seru Gina.
Semuanya
berlari keluar dari ruang makan sambil berteriak panik, mereka melewati pintu
menuju ruang tamu, mereka melihat satu-satunya pintu keluar pada rumah
tersebut, tapi sayangnya pintu tersebut terkunci, semuanya berupaya untuk
membuka pintu tersebut dan gagal.
“Seseorang,
panggil polisi!” perintah Kirk, lalu semuanya mengambil ponsel masing-masing
untuk menelepon polisi, namun tidak ada sinyal sama sekali di rumah tersebut.
“Tidak ada
sinyal telekomunikasi!” seru Arnett.
“Sama!” lanjut
Lola.
“Mungkin kita
bisa menelepon lewat telepon rumah!” usul Parker.
“Jangan
bercanda, Parker, kita ini tamu, tidak sopan menelepon lewat telepon rumah
orang!” larang Miriam.
“Lagipula kau bukan lagi pacarku.” Parker
mengangkat gagang telepon, ia tidak mendengar apapun lewat telepon “Ya,
teleponnya juga tak berfungsi.”
“Semuanya,
kita harus tenang.” Victoria berseru.
“Dengan si
pembunuh berada di rumah ini!” teriak Annapurna.
Kirk mengambil
kesimpulan “Tunggu, jika kita semua membenci Louis, jika Louis merupakan alumni
yang paling dibenci seangkatan… berarti salah satu dari kita adalah orang yang
paling dendam pada Louis, dan siapa yang di sini ingin Louis mati? Pembunuhnya
salah satu dari kita.” Kesimpulan tersebut membuat semuanya kaget, Kirk
menjelaskan kembali “Kita membenci Louis dengan motif-motif yang berbeda,
memang, salah satu dari kita menginginkan Louis tewas.”
“Ya,
setidaknya dia mengundang kita semua ke sini agar kita memaafkannya.” tambah
Annapurna.
“Kurasa ada
satu orang yang patut disalahkan, yaitu… Parker!” Lola menuduh Parker.
Parker pun
membantah “Oke, bukan aku pembunuhnya! Memang benar aku membenci Louis karena
dia mencuri lelucon stand-up-ku! Dia
menang berkat lelucon itu! Seharusnya aku yang menang! Bagaimana denganmu, Gaz?!
Kau juga bilang kau benci Louis ‘kan?”
“Ya, benar,
aku juga benci Louis! Sangat benci! Dia meniduri dan menghamili pacarku, Sofia,
dan itu sebabkan kita putus! Bagaimana dengan Sofia? Dia benci setelah Louis
menghamilinya!” teriak Gaz.
“Ya, aku
dipaksa untuk melakukan aborsi, padahal aku tidak tega melihat bayi diaborsi.
Bagaimana dengan Victoria, dia juga paling benci Louis!” bantah Sofia.
“Ya, benar,
sebenarnya aku benci Louis setelah dia selingkuh denganmu, aku juga membenci
dirimu, Sofia!!”
“Itu tidak
disengaja, Victoria!”
“Kau bohong, Sofia!
Tapi setidaknya Annapurna memiliki motif yang jelas untuk membunuh Louis!”
Annapurna
membantah “Enak saja kau, Victoria! Tentu saja bukan aku yang membunuh Louis!
Aku membenci Louis karena dia memperkosaku! Setidaknya bukan aku yang menderita
lebih parah! Arnett yang paling sering diteror oleh Louis!!”
“Ya, benar,
tapi bukan aku pembunuhnya! Memang aku sering diteror, dan yang paling parah
lagi adalah motif Lola!” Arnett mengatakan alasannya.
“Kalian semua
tahu! Louis diam-diam menukar lembar jawaban ujian kenaikan kelasku dan nilaiku
menjadi NOL BESAR! NOL BESAR!! Aku hampir tidak naik kelas karena itu!
Setidaknya Rocco yang lebih parah lagi!” Lola mulai marah-marah.
“Apa
maksudmu?”
“Dia merusak
motor Kawasaki Ninja-mu! Dia sengaja melakukannya! Dia sama sekali tidak
bertanggung jawab atas kerusakan motormu! Dia tidak ingin mengganti dengan uang
atau apapun sama sekali, kau sangat marah pada Louis, Rocco!”
“Setidaknya
Kirk yang paling benci, sangat benci Louis!!” tuduh Rocco.
“Kalian semua
sudah tahu, tapi kalian malah tidak percaya! Louis curang dalam pemilihan ketua
OSIS, dia menang karena kecurangannya! Seharusnya aku yang menjadi ketua OSIS!
Seharusnya aku yang berkuasa waktu itu!” Kirk mengatakan alasannya, tetapi
sepertinya tidak ada yang percaya “Ah! Kalian memang tidak percaya dengan hal
tersebut!”
“Kau memang sengaja
mengarang itu agar kau tidak terlihat membunuh Louis!”
“Bukan begitu,
bodoh!”
Semuanya mulai
marah-marah dan saling menyalahkan, bahkan Kirk dan Rocco saling memukul satu
sama lain karena bantahan Kirk, sementara Gina dan Lola saling menjambret rambut,
semuanya saling berargumen siapa yang harus disalahkan dengan alasan dan motif
tertentu, tetapi pertengkaran pun terhenti saat Miriam terlihat diam-diam
berupaya untuk memisahkan diri.
“Kurasa kita
menemukan pembunuh Louis!” Kirk berkata.
“Oh ya, dia memang
berusaha untuk kabur dari sini.” tambah Arnett.
“Aku tahu
motifnya, Louis pernah menukar obat tidurnya dengan pil ekstasi, dia bahkan
memaksa dirinya untuk meminum ekstasi itu, tapi dia tetap tidak mau meminum pil
yang ditukar itu, dan Louis memasukkan paksa ekstasi itu ke dalam mulutnya.”
kata Parker.
“Sepertinya
itu motif yang bagus.” seru Sofia sebelum semuanya mendekati Miriam.
Miriam
membantah “Bukan! Bukan aku yang membunuh Louis! Bukan aku! Aku bersumpah demi
Tuhan aku takkan pernah membunuh siapapun! Dan aku tidak ingin meminum ekstasi
karena itu adalah narkoba!”
Rocco pun
melangkah mendekati Miriam sambil mengepalkan tangannya “Miriam, sebaiknya kau
menyerah, akan lebih baik jika kau…”
Rocco belum
selesai menyelesaikan kalimatnya, lampu tiba-tiba kembali mati, semuanya
kembali kaget, ditambah Holly berteriak. Saat lampu kembali menyala, Miriam
sudah tidak ada.
“Miriam
menghilang!” Gaz berkata.
“Dia lolos,
kita harus tangkap dia!” seru Kirk.
Arnett pun
mulai menjelaskan rencananya “Selama si pembunuh masih berkeliaran, tak ada
yang aman. Baiklah, mari kita berpencar saja, aku, Luke, Kirk, dan Holly cari
di ruang makan, Annapurna, Rocco, dan Parker cari di kamar-kamar, Gaz, Lola dan
Gina, kalian cari di loteng, dan Victoria serta Sofia, kalian cari di lantai
bawah tanah.”
***
Annapurna,
Rocco, dan Parker tiba di sebuah ruangan yang terdiri dari papan bilyard, rak
buku, TV LCD flatscreen, jukebox, dan patung-patung, mereka
menyimpulkan bahwa ruangan yang mereka datangi adalah ruang rekreasi.
Parker berseru
saat ia melihat papan bilyard “Wow! Ada papan bilyard!”
Rocco berkata
“Kita tak ada waktu untuk main bilyard, kita ke sini untuk mencari Miriam.”
“Setidaknya
kita butuh refreshing sejenak, kita
harus bersenang-senang sambil menunggu ada bukti.” Annapurna mengusulkan.
“Tapi bisa
saja si pembunuh menemukan kita, si pembunuh bisa saja membunuh kita,
Annapurna!”
“Omong-omong
mana tongkat bilyardnya?” Parker tidak menemukan tongkat bilyard pada papan
bilyard itu, saat ia berbalik, ia melihat singa di dinding, ia berteriak
ketakutan “AAAAAAAAAARRRRGH!!!”
Rocco menatap
Parker “Ada apa?”
Parker pun
menyadari bahwa siaga yang ada di dinding tersebut hanya kepalanya saja “Oh,
tidak ada apa-apa, hanya kepala singa saja.”
Annapurna
melihat tongkat bilyard tertempel pada dinding dekat TV LCD flatscreen “Hei, aku menemukan
tongkatnya!” Ia melangkah mendekati tongkat bilyard tersebut, saat ia
memegangnya, tiba-tiba lantai yang ia injaki terbuka, ia pun berteriak dan
terjatuh ke lubang terbuka tersebut “AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAARRRRGH!!!!” Lubang
tersebut kembali menutup.
“Lho?
Annapurna?” ucap Parker.
“Ada apa?”
tanya Rocco.
“Aku tadi
melihat Annapurna dan… ia menghilang.”
***
Sofia
memanggil nama Miriam saat ia menuruni tangga bersama Victoria “Miriam! Oh,
Miriam!” Suaranya mulai bergema di seluruh ruangan tersebut.
Victoria
mengeluh “Kau berisik sekali, Sofia.”
“Itulah
mengapa kau masih bujangan.”
Sofia dan
Victoria melewati sebuah pintu, mereka melihat banyak sekali patung yang
menghiasi karpet menuju sebuah lukisan Louis yang bisa dibilang jelek atau bisa
diludahi oleh siapapun.
“Dia bisa saja
bersembunyi di belakang salah satu patung-patung ini.” kata Victoria.
Sofia berseru
“Miriam, ini kami, Sofia dan Victoria!” Suaranya kembali bergema.
Victoria
merasa terhina sampai-sampai ia mendorong Sofia ke arah lukisan saat sudah
mendekatinya “Diamlah!”
Sofia tanpa
sengaja menginjak sebuah tombol rahasia yang membuat lukisan tersebut bergeser
menunjukkan ruangan rahasia, ia berseru “Wow, ruangan rahasia.” Ia berjalan
memasuki ruangan rahasia.
Victoria
bertanya pada Sofia “Ada apa di sana, Sofia?” Tiba-tiba saja lukisan tersebut
bergeser kembali menutup ruangan rahasia tersebut, ia kaget dan berupaya untuk
menggeser lukisan tersebut, ia berteriak “Sofia! Sofia!”
***
Arnett, Luke,
Kirk dan Holly mulai mencari petunjuk di ruang makan, tapi mereka menyadari ada
yang menghilang di ruang tersebut.
Luke berkata
“Aneh, sejak kita kembali ke sini, aku rasa ada yang kurang.”
Kirk membalas
“Ya, benar.”
Holly
menyadari sesuatu “Teman-teman, Jacquelline menghilang!”
Mereka
berempat menyadari bahwa Jacquelline tidak ada di ruangan tersebut, terakhir
kali mereka melihat Jacquelline terbaring pingsan di lantai ruang makan.
Arnett
menambah “Sebenarnya bukan hanya Jacquelline, tapi juga Melati.” Saat ia
melangkah ke depan sebuah lemari, ia terpeleset dan menabrak lemari tersebut,
sehingga salah satu piring tersebut pecah.
Luke menyadari
sesuatu “Lihat!” Ia melihat sebuah botol beracun dari tempat piring pecah
tersebut, Kirk pun mengambil botol racun itu.
Kirk
menyimpulkan “Kematian Melati tidak disengaja.”
“Apa
maksudmu?!” tanya Holly
“Pasti si pelaku meracuni minuman yang
seharusnya diminum oleh Louis dengan racun ini.” Ia menunjukkan botol racun
tersebut pada Arnett, Luke, dan Holly, namun tiba-tiba mereka mendengar suara
seorang gadis berteriak, Kirk mengenali wanita tersebut “Itu Miriam!”
Mereka
berempat berlari keluar dari ruang makan dan pergi menuju lantai dua, di mana
mereka menemukan mayat Miriam dengan pisau tertancap di punggungnya, Holly
berteriak, lalu semuanya kecuali Annapurna dan Sofia tiba dan kaget.
Parker pun
mulai berduka “Oh tidak, Miriam! Dia cantik sekali! Dia muda se… Dia sangat
mencin… Dia…, dia bukan pacarku lagi!!”
Luke menunjuk pisau
yang tertancap di punggung Miriam “Lihat, itu pisau yang sama persis yang
digunakan untuk membunuh Louis!”
“Oh Tuhan! Miriam!
AAAAAARRRGGH” teriak Lola dengan panik.
“Kita harus
tenang, Lola.” kata Victoria.
Arnett
menyimpulkan“Berarti bukan Miriam pelakunya.”
Sofia berkata
“Apa yang harus kita lakukan selanjutnya?!”
“Semuanya,
jangan panik, kita harus menemukan si pembunuh dengan tenang, jika tidak, kita
semua akan mati di pagi hari. Mari kembali ke ruang makan.”
Semuanya
berjalan menuruni tangga dan kembali ke ruang makan, Arnett dan Kirk memastikan
semua tamu yang masih hidup berada di meja makan.
“Semuanya di
sini?” tanya Kirk.
“Kami di
sini!” Sofia tiba bersama Annapurna.
Annapurna
menjelaskan “Oh, aku terjatuh ke perangkap menyeramkan!!”
“Yes!” seru
Gina sambil memegang ponselnya.
“Ada apa,
Gina?” tanya Kirk.
“Oh sial, tadi
padahal ada sinyal! Kalau begitu aku pergi mencari sinyal, lalu aku memanggil
polisi untuk menyelamatkan kita semua.”
“Bagus kalau
begitu, kalau begitu, pergilah!” perintah Kirk pada Gina. Setelah Gina pergi,
Kirk berkata pada yang lain “Kita tunggu
sampai Gina kembali setelah ia menelepon polisi.”
“Setidaknya
kita bisa bernapas lega.” kata Holly.
Arnett
membantah “Kita belum bisa bernafas lega, Jacquelline menghilang dari ruang
makan! Berarti dia pembunuhnya!”
Luke berseru
“Tunggu dulu, kita belum tahu hal itu!”
“Jadi si Jacquelline
adalah pelaku di balik semua ini!” spekulasi Holly.
“Tapi dia
tidak sadarkan diri!”
“Dia bisa saja
sadar dan membunuh Miriam!” seru Annapurna.
“Gina adalah
satu-satunya harapan bagi kita untuk lolos dari sini!” Rocco bertutur.
“Percuma! Bisa
saja Jacquelline menemukan kita lalu membunuh kita satu per satu!” bantah Lola.
Arnett berkata
lagi “Jacquelline belum tentu pembunuhnya.”
Semuanya mulai
marah dan saling berargumen bahwa Jacquelline pembunuhnya, dan saat suara
teriakan Gina terdengar, semuanya berlari menuju ruang depan rumah tersebut,
lalu mereka melihat mayat Gina dengan banyak darah keluar dari kepalanya,
semuanya kaget.
“Oh Tuhan!
Kini Gina terbunuh!! Dia sahabat baikku!!” tangis Annapurna.
Victoria
berusaha untuk menenangkan Annapurna “Jangan menangis sekarang, Ai, aku turut
prihatin.”
“Kepalanya
terlihat dipukul dengan sesuatu berkali-kali.” Parker menunjuk luka pada kepala
Gina.
“Pasti otaknya
terkena benda itu, hingga dia mati.” kata Rocco.
“Kalau begitu,
siapa pembunuhnya?!” tanya Parker.
Kirk berkata
“Kita harus bersabar untuk mencari si pembunuh, kalau begitu, kita akan
menyelidiki pembunuhan ini bersama. Semuanya harus tetap bersama, jika ada
salah satu dari kalian yang tidak ada, orang itu akan kami anggap sebagai si
pembunuh. Kalau begitu,” Ia pun berlari ke depan para tamu dan berlagak seperti
ketua “Siap gerak!” Semuanya berbaris di depannya, ia memerintah lagi “Maju
jalan!” Semuanya berjalan seperti pasukan upacara menuju lantai dua, di mana
kamar-kamar terletak, lalu mereka berbelok menuju kamar Louis, semuanya
memasuki kamar tersebut. “Berhenti gerak! Dan silahkan cari petunjuk.”
Semuanya mulai
mencari petunjuk, Rocco, Parker, dan Lola memeriksa tempat tidur Louis yang
tampak terlihat mewah dengan selimut merah keemasan, Arnett, Luke, dan Holly
memeriksa lemari pakaian, sementara yang lainnya hanya melihat-lihat saja,
kecuali Annapurna yang melihat-lihat piala-piala yang tertata dengan rapi di
sebuah lemari dekat tempat tidur.
“Wow, dia
memiliki piala yang cukup banyak, mulai dari olimpiade fisika…”
“Ya, dia
berhasil berkat kecurangannya, lagipula dia sering menyontek ujianku.” kata
Rocco.
“Tapi jika
piala itu tertata dengan rapi, kenapa ada satu celah?” Lola menyadari ada satu
piala yang menghilang dari lemari tersebut.
Kirk
menyimpulkan “Kurasa kita berhasil mengidentifikasi senjata yang digunakan
untuk membunuh Gina, sebuah piala. Ada petunjuk yang kalian temukan?”
Semua menjawab
“Tidak.”
Kirk kembali
berlagak seperti ketua “Kalau begitu, berkumpul! Selanjutnya kita cari di kamar
Parker, maju jalan!”
Semuanya
berjalan keluar dari kamar Louis, lalu mereka berjalan menuju kamar Parker,
saat mereka tiba, mereka berpencar mencari petunjuk.
Parker
membantah“Ayolah, setidaknya tidak ada yang salah dengan kamarku.”
“Belum tentu,
kau masih salah satu dari tersangka, tentunya kita semua tersangka dengan
motif-motif yang berbeda.” kata Rocco.
Annapurna
melihat boneka Barbie di koper Melati yang terbuka “Hai, lihat! Melati masih
bermain boneka Barbie!!”
“Oh sial.”
ucap Parker.
“Mungkin
Barbie sudah cerai dari Ken!” Gaz melucu, semuanya kecuali Parker tertawa
terbahak-bahak.
“Ayolah,
setidaknya Melati sudah mati.”
***
Semuanya
melangkah keluar dari kamar Parker dan berjalan menuju kamar Sofia, lalu
semuanya mulai berpencar mencari petunjuk.
Sofia berkata
“Ini kamarku.”
“Kami tahu.”
ucap Gaz “Apalagi kau memasang fotomu sendiri di kamarmu.” Ia menunjuk foto
ukuran besar Sofia di belakang tempat tidur.
“Kau
benar-benar narsis.” tambah Rocco.
“Oke! Jika kau
tidak suka, mari kita pergi dari sini!” protes Sofia.
“Tidak hingga
kita menemukan sesuatu.” Kirk menambah.
Semuanya
kembali mencari petunjuk di kamar tersebut, saat Holly melihat kolong tempat
tidur, ia kaget, ia mengambil sesuatu dari kolong tersebut.
“Teman-teman…”
Holly menunjukkan senjata untuk membunuh Gina, yaitu piala olimpiade
matematika, piala tersebut terlihat penuh dengan darah, semuanya kaget saat
melihat piala berdarah tersebut, mereka menatap Sofia dengan tajam.
“Sepertinya
kita baru saja melihat si pelaku pembunuhan.” kata Kirk.
“Apa yang
kalian bicarakan?” Sofia mulai panik.
“Jangan
berbohong, Sofia, kau memiliki motif untuk membenci Louis, lalu kau juga
membenci Gina!”
“Aku tidak
membenci Gina, apalagi membunuhnya!”
“Kami sudah
mendapatkan buktinya, piala olimpiade ini!”
“Bukan aku
yang meletakkan piala itu, itu bisa saja dilakukan oleh Jacquelline!”
“Jadi kau
menyalahkan Jacquelline?” tanya Rocco.
“Ya, dia tidak
bersama kita! Dia menghilang begitu saja!”
Tiba-tiba
mayat Jacquelline jatuh dari langit-langit kamar ke lantai, leher Jacquelline
terlihat hampir terpotong dan mengeluarkan banyak darah, semuanya berteriak
keras
Kirk berteriak
“Kau akan ke penjara, Sofia!”
“Enak saja,
Kirk! Jelas-jelas bukan aku pembunuhnya! Aku takkan masuk penjara!!” Sofia
berlari sambil mendorong Annapurna dan Holly untuk meloloskan diri.
“Kejar dia!”
perintah Kirk.
Arnett, Luke,
Kirk, Gaz, Rocco dan Parker berlari mengejar Sofia. Mereka berlari menuju
lantai dasar dan akhirnya ke ruang makan, di mana mereka melihat Sofia berdiri
di depan meja makan.
“Menyerah
saja, Sofia!”
“Paksa diriku,
Kirk!”
Mereka kembali
berlari, dan kali ini seperti kejar-kejaran berkeliling ruang makan. Sementara
Holly, Lola, Victoria, dan Annapurna tiba.
Lola berseru
“Oh Tuhan, lama sekali, mereka kejar-kejaran seperti anak kecil!”
“Kalau begitu
kita kejar dia dari arah yang berlawanan!” usul Annapurna.
“Ide bagus!
Mari lakukan!” seru Holly.
Holly, Lola, Victoria,
dan Annapurna mengejar Sofia dari arah berlawanan, sementara Sofia berbalik dan
akhirnya berhasil tertangkap.
“Bagus, para
wanita!” puji Kirk.
“Lepaskan aku,
kalian menangkap orang yang salah!” teriak Sofia sambil ditahan Arnett, Luke,
Kirk, Parker, Rocco, dan Gaz.
Kirk memukul
wajah Sofia “Sudah jelas kau pelaku di balik semua ini, kami takkan biarkan kau
melarikan diri lagi.”
Arnett
mengakhiri dengan kata “Akhirnya, kasus selesai.”
***
Keesokan
paginya, semua tamu akhirnya mulai berkemas untuk pulang, sementara Sofia
ditangkap polisi atas pembunuhan Louis, Melati, Gina dan Jacquelline. Semua
tamu terlihat berjalan keluar dari mansion
tersebut satu per satu.
Lola berbicara
pada Annapurna sambil berjalan melewati halaman depan mansion itu “Aku tidak menyangka kalau Sofia yang membunuh Louis!”
Annapurna
membalas “Ya, dia dihamili oleh Louis, lalu dia dipaksa aborsi, sebenarnya dia
tidak mau melakukan aborsi. Pantas saja motifnya seperti itu.”
“Ini merupakan
salah satu reuni yang terburuk.”
“Aku
sependapat denganmu.”
***
Arnett meminta
maaf sambil berkemas “Luke, maafkan aku, ini seharusnya pesta yang sangat
menyenangkan.”
“Tidak, tidak
apa. Oh, kau melihat ponselku?” Luke memasukkan kedua tangannya ke saku
celananya.
“Memang tidak
ada di sakumu?”
“Tidak, tidak
ada di kamar ini juga, mungkin aku meninggalkannya di ruang makan.”
“Oke, biar
kuambilkan, bro.” Arnett pergi meninggalkan kamar tersebut, lalu melangkah
menuju ruang makan untuk mengambil ponsel Luke, saat ia akan kembali ke kamar,
ia memandang Victoria yang sedang mengemas barangnya sambil bersedih di
kamarnya, ia masuk ke dalam kamar tersebut, ia menyapa gadis tersebut “Hai,
Victoria.”
“Oh, hei,
Arnett,”
“Aku turut
prihatin sekali, teman dekatmu, Sofia, ditangkap polisi atas pembunuhan Louis.”
“Oh, tidak
apa, dan sayang sekali bagi Sofia.”
“Oh, jadi apa
yang akan kau lakukan sekarang?”
“Aku akan
kembali bekerja tanpanya lalu aku… Oh, aku ingat saat Sofia memberikan jaket
ini sebagai hadiah ulang tahunku. Tak kusangka dia akan tertangkap tiga minggu
setelah ia memberikan ini.” Victoria menunjukkan jaket hitam pemberian Sofia
pada Arnett sebelum meletakkannya kembali di tempat tidur.
“Oh, dia
memang gadis…” Arnett berhenti berbicara saat Victoria menatapnya dengan tajam
“Um, aku harus kembali ke kamarku, aku harus memberikan ponsel Luke.”
Victoria
segera mengambil pistol dari sakunya “Tidak, enak saja kau!”
Arnett sangat
kaget “Astaga, jadi ternyata kau! Kau pembunuhnya!”
“Ya, benar
sekali, Arnett, seharusnya kau tidak datang kemari kalau kau ingin tetap
hidup.”
“Tapi kenapa, Victoria,
kenapa kau tega sekali membunuh mereka?”
Victoria mulai
bercerita “Ini dimulai saat kita berada di SMA, dan kau pasti tahu hal itu. Aku
pertama kali bertemu Louis saat ia berkampanye untuk menjadi ketua OSIS, aku
langsung jatuh hati padanya. Saat kami bertemu secara langsung, kami langsung
pacaran dan berciuman untuk pertama kalinya, kami bahkan bercinta untuk pertama
kalinya. Tapi saat ulang tahunku yang keenambelas, aku mendapatkan kado terburukku,
Louis berselingkuh dengan Sofia dan menghamilinya, kita langsung putus setelah
aku mendengar hal itu. Pada saat itu, hidupku terasa hancur, dan aku merasa
dendam kepada mereka berdua karena mereka menghancurkan hidupku. Saat aku masuk
universitas, aku bertemu gadis cantik yang bernama Jacquelline, dia memang
gadis cantik, jadi kuputuskan untuk memanfaatkannya untuk membuat Louis jatuh
cinta padanya. Lalu Jacquelline membujuknya untuk meminta maaf kepada semua
teman-teman sealumni, dan dia akhirnya mengundang kita semua untuk reunian
seperti tadi malam.”
“Tunggu dulu,
jadi ini rencanamu?”
“Ya, ini salah
satu rencanaku, tentu saja Jacquelline tidak tahu apa rencanaku yang sebenarnya
bahwa aku berencana untuk membunuh Louis dan menyalahkan Sofia, kedua orang itu
telah menghancurkan hidupku saat SMA.”
“Oh tidak!
Tapi mengapa kau membunuh yang lainnya?”
Sofia
melanjutkan ceritanya “Seharusnya rencanaku untuk membunuh Louis berjalan
sangat mulus, seharusnya gampang sekali, aku masukkan racun pada minuman yang seharusnya
diminum oleh Louis. Louis mati keracunan, aku masukkan botol racun ke koper Sofia,
dan Sofia masuk penjara, sesederhana itu. Tapi rencanaku gagal saat Melati
meminum minuman itu, jadi aku harus memikirkan rencana lain, saat lampu mati,
momen itu merupakan saat paling sempurna untuk membunuh Louis, jadi aku ambil
pisau dan segera menusuk Louis. Tapi Kirk mengatakan bahwa ada sidik jari di
pisau itu. Jadi saat aku terpisah dari Sofia, aku diam-diam kembali ke ruang
makan dan mengambil pisau itu, tapi sayangnya Jacquelline sadar dan ia langsung
berteriak panik, dan aku tahu aku tak bisa membiarkannya, jadi aku langsung
saja menggorok leher Jacquelline, tak lama kemudian, aku menyembunyikan
mayatnya di langit-langit kamar Sofia. Dan saat aku akan menaruh pisau itu di
koper Sofia, Miriam menangkap basah diriku, dia memang tidak bersalah, tapi…
setidaknya dia harus mati, aku menusuknya hingga dia mati. Sebelum aku
meninggalkan mayat Miriam, aku mengelap pisau tersebut agar sidik jarinya tidak
terdeteksi, saat kalian berkumpul melihat mayat Miriam, aku diam-diam
bergabung, aku masih butuh waktu untuk membuat Sofia disalahkan. Saat Gina
pergi mencari sinyal untuk menelepon polisi, aku berpikir dia tidak bisa
dibiarkan begitu saja, jadi aku diam-diam pergi ke kamar Louis dan mengambil
piala Olimpiade Matematikanya, lalu aku membunuhnya, kemudian, aku menaruh
piala itu di kolong tempat tidur Sofia. Aku diam-diam kembali berkumpul dengan
kalian untuk melihat mayat Gina. Ya, sisanya, kalian melakukan apa yang kuinginkan,
yaitu menyalahkan Sofia. Selesai sudah.”
Arnett masih
heran “Tunggu, jika mayat Louis, Jacquelline dan Miriam masih ada, bagaimana
dengan mayat Melati? Bukankah itu masih menjadi misteri?”
“Hal itu tidak
kuketahui.”
“Arnett!”
panggil Luke tiba “Di sini kau rupanya, kau sudah menemukan ponselku?”
“Ya, kau
benar, ada di ruang makan, ini” Arnett memberikan ponsel tersebut kepada Luke.
“Arnett, ada
apa? Kau terlihat panik.”
Victoria
menjelaskan sambil menggerakkan pistolnya ke arah punggung Arnett “Ya, kami
baru saja membicarakan saat Arnett disalahkan karena membunuh mantan pacarnya,
tapi beruntung sekali, dia tidak bersalah.”
“Tolong aku,
Luke.” bisik Arnett.
“Ada apa?”
bisik Luke.
“Sebaiknya kau
segera pergi dari sini, karena aku harus berbicara berdua dengan Arnett.”
Victoria berkata.
“Oke, Arnett,
kalau sudah, aku menunggu di depan rumah ini.” saat Luke melangkah meninggalkan
kamar tersebut, ia menatap Arnett sambil berbisik “Maaf.”
“Ayo kita
jalan.” Victoria mendekatkan pistolnya ke arah punggung Arnett.
Arnett dan
Victoria melangkah keluar dari kamar tersebut berserta rumah tersebut, mereka
diam-diam berjalan menuju tebing tanpa terlihat oleh siapapun.
Saat Arnett
tiba di sebuah tebing curam belakang mansion
tersebut, Victoria mengarahkan pistolnya ke arah punggung Arnett “Sayang
sekali kau sudah mengetahui segalanya, Arnett, kalau begitu kau harus mati! Dan
sisi positifnya, kau akan tampil di headline
news di koran dan televisi.”
Arnett: “Victoria,
aku memang sudah mengetahui segalanya! Kau tak harus melakukan ini! Aku
bersumpah demi Tuhan, aku takkan mengatakannya kepada siapapun!”
“Ya, kau
takkan pernah mengatakannya kepada siapapun, memang. Matilah kau, Arnett.”
Victoria memegang pelatuk pistol tersebut untuk menembak Arnett, tapi suara tembakan
terdengar. Namun Arnett tidak tertembak melainkan Victoria, Victoria kaget saat
ia memandang luka tembak di dadanya sendiri dan terlihat tidak bisa bernapas,
melangkah mendekati jurang sebelum akhirnya terjatuh “Aa… Aa…” Akhirnya ia
terjatuh ke jurang dan tewas seketika.
Arnett pun
hanya menatap jatuhnya Victoria, ia berbalik mencari penembak misterius, namun
tidak ada siapapun, Arnett segera berjalan kembali ke halaman depan mansion tersebut.
“Arnett, di
situ kau rupanya! Apa yang terjadi?” tanya Luke menemui Arnett.
Arnett
menjawab “Ceritanya panjang.”
“Sebaiknya kau
menceritakan itu saat kita di jalan menuju kampus.”
“Ya, kau
takkan percaya ini.” Arnett dan Luke berjalan memasuki sebuah bus yang juga
ditumpangi oleh semua tamu pesta. Bus tersebut pun segera pergi meninggalkan mansion tersebut.
Sementara itu,
bagaimana dengan penembak misterius? Ya, identitasnya akan tetap menjadi
misteri.
Comments
Post a Comment