Strange Case Episode 7
Strange Case is classified 15+, it contains strong violence and supernatural themes, it is unsuitable for people under 15.
7. In Case of Ghost
Hunters
Minggu pagi,
seperti biasa, semua warga kota Bandung menikmati hari libur mereka, ada yang
pergi ke luar kota, jalan-jalan di pusat kota, jogging, dan kegiatan libur lainnya yang menurut mereka
menyenangkan.
Steven
mengunjungi IBS Radio Bandung HQ pada
jam 8:45, di mana Greg sedang siaran radio dari jam 6 pagi di ruang siaran on air, sebenarnya ia hanya mengisi
penyiar yang seharusnya siaran pada pagi itu dan sedang absen. Steven memanggil
Greg saat lagu Ada Cinta yang
dipopulerkan Sm*sh dimainkan. Greg pun menemui Steven.
“Bro, tumben kau ke sini, padahal kau tak
kuberitahu kalau aku siaran radio!” ucap Greg.
“Aku tahu dari
Twitter IBS Radio Bandung kalau kau sedang begini sekarang, siaran radio. Aku
belikan sarapan dari KFC, kau mau?”
“Kau beli Striker?”
“Ya, aku beli
dua.” Steven dan Greg mulai memakan gulungan tortilla yang berisi daging ayam, kentang, keju, mayonaise, dan
keju mozzarella itu, menurut mereka gulungan tortilla yang bernama striker
itu terasa lebih enak dibanding Riser.
“Kau sama siapa
saja ke KFC untuk beli sarapan ini?” tanya Greg.
“Aku hanya ingin
beli sarapan di KFC sendiri.”
“Bagaimana tadi
malam, kau temukan sesuatu?”
“Sebuah kaset
VHS yang isinya perburuan hantu yang dilakukan oleh kedua orangtuaku, kupikir
ternyata benar mereka ingin menjadi pemburu hantu, aku benar-benar tak
menyangka kalau cita-cita ayahku benar-benar terwujud. Oke, kau siaran sampai
jam berapa?”
“Sampai jam 9,
saat IBS Radio Bandung masuk ke siaran nasional. Oke, aku ingin ke rumahmu
untuk menonton video itu, aku juga penasaran apa yang terjadi saat kedua
orangtuamu berburu hantu. Aku harus on
air lagi, sebentar lagi selesai.” Greg memberikan salam khasnya kepada
Steven setelah berkata.
“Sip, aku tunggu
di luar.” ucap Steven sambil melangkah keluar sambil makan.
“Jangan makan
sambil berdiri, Steve, nanti itu akan berakibat buruk untuk pencernaanmu.” ujar
Greg.
“Oke.” Steven
pun kembali melangkah keluar sambil membawa makanannya.
Greg pun kembali
on air “Sm*sh, Ada Cinta, everyone! Oke, sepuluh menit terakhir
acara IBS Bandung Breakfast Sunday
akan berakhir, bersama saya, Greg. Dan ini kabar terakhir…”
Sementara Steven
menunggu di luar bangunan tersebut, ia menerima telepon dari Gabe “Gabe, ada
apa?”
“Kau harus
datang ke rumahku sekarang juga!” seru Gabe.
“Ada apa?”
“Kakakku…
menghilang, tadi malam aku ke sebuah rumah sakit jiwa yang berhantu bersama
kakak dan temanku, tapi saat kami keluar… kakakku… menghilang.”
“Gabe, aku akan
segera ke sana, dan undang temanmu juga!” ucap Steven, ia menutup teleponnya
dan mulai menunggu hingga Greg keluar dari IBS Radio Bandung Headquarters.
Pukul 9:05, Greg
pun keluar dari bangunan tersebut dan bertanya apa kasus kali ini sambil
menaiki sepeda motornya yang diparkir di samping kanan bangunan tersebut.
“Kali ini klien
kita teman sekelas kita sendiri, Gabe, dia dan kakaknya serta temannya pergi ke
rumah sakit jiwa, aku tak yakin dia melakukan apa di sana, tapi intinya
kakaknya belum pulang sejak tadi malam.” jawab Steven, ia menaiki sepeda
motornya dan memakai helmnya.
Steven dan Greg mulai mengendarai
sepeda motor masing-masing menuju rumah Gabe yang terletak di jalan Cidurian
Selatan. Mereka tiba di rumah tersebut lebih cepat dari dugaan karena
jalan-jalan yang mereka lewati tidak mengalami kemacetan. Steven dan Greg
memarkirkan sepeda motor mereka di samping rumah itu.
Steven pun
menekan tombol bel pintu rumah tersebut, Gabe pun membukakan pintu.
“Steven, Greg,
aku butuh bantuan kalian, ini urgent!”
seru Gabe.
“Kenapa ini
penting sekali bagimu?” tanya Greg sambil melangkah masuk rumah bersama Steven.
“Tadi malam kami
berburu hantu, tapi itu berakhir dengan kakakku yang menghilang, terlebih di
rumah sakit jiwa yang dikabarkan berhantu! Kami kira kabar itu salah, ternyata
benar! Sekarang aku kehilangan kakakku, jika orangtuaku tahu, maka aku…, aku…”
Steven berkata
“Jangan panik, nanti kita akan ke rumah sakit jiwa itu dan temukan kakakmu,
omong-omong, aku ingin bertanya sesuatu, kenapa kau ingin berburu hantu?”
Gabe menjawab
“Aku tak percaya dengan Ghost Hunters,
mereka benar-benar palsu, hantu yang ditampilkan merupakan rekayasa saja, jadi
aku putuskan untuk berburu hantu dan mendapat bukti bahwa hantu itu ada.”
Ben muncul di
samping Steven dan berkata “Termasuk diriku.”
Steven bertanya
kepada Gabe “Omong-omong, temanmu sudah di sini?”
“Dia sedang
dalam perjalanan, permisi, ada telepon, aku harus angkat.” Gabe pun berdiri dan
mengangkat telepon rumahnya.
“Kali ini
pemburu hantu?” tanya Ben pada Steven.
“Ya, sama dengan
bukti yang kita temukan kemarin.” jawab Steven.
“Steve, aku akan
temui Gabe, aku akan membiarkan kau berbicara dengan kakakmu.” kata Greg “Dan
jangan sampai Gabe tahu kau berbicara sendiri.” Greg pun melangkah menemui
Gabe.
“Intinya dia
melakukan hal yang sama dengan yang dilakukan oleh ayah dan ibu, memburu
hantu.”
“Jangan
bandingan keduanya, kak!”
“Aku tahu kau
tak ingin membicarakan hal ini, tapi rumah sakit jiwa itu mungkin sama dengan
tempat di mana ayah dan ibu melakukan pemburuan hantu.”
“Kakak memang
tahu kalau itu mungkin sama?”
“Saat kau sedang
melihat Greg siaran, kakak mengunjungi rumah sakit jiwa itu, kakak juga curi
dengar percakapan Gabe dari luar rumahnya.”
“Tunggu, kakak
berlagak tidak sopan?!”
“Kakak ini
hantu, dia tidak bisa melihat kakak, tapi hanya kau yang bisa.”
“Meski kau
hantu, tapi kakak harus lebih sopan!” teriak Steven.
“Kau bicara pada
siapa?” tanya seorang remaja laki-laki yang merupakan teman Gabe datang.
“Maaf, tapi kau
teman Gabe ‘kan?” tanya Steven,
“Ya, dan kau
Steven, orang yang memecahkan kasus pembunuhan Linda, ya? Kau bisa jadi
detektif yang hebat di masa depan kelak.”
“Terima kasih
banyak.”
Gabe pun kembali
bersama Greg dan memanggil temannya “Hilmi” Ia memberi salam pada temannya itu.
“Gabe, aku turut
menyesal atas hilangnya kakakmu.”
“Hilmi, kita
akan kembali ke rumah sakit jiwa itu, tapi kali ini bersama Steven dan Greg,
untuk menemukan kakakku.”
“Oke, tapi apa
kita akan merekam perburuan hantu di sana?” tanya Greg pada Gabe.
“Ya, karena
hantu itu merebut kakakku, kita akan berburu untuk menemukannya, kita akan menemukan
kakakku dan segera keluar dari rumah sakit jiwa itu.” jawab Gabe.
“Gabe, kau rekam
perburuan hantu tadi malam, ‘kan?” tanya Steven “Kalau ya, aku ingin pinjam
agar aku bisa menontonnya, aku juga harus pulang untuk membuat PR.”
“Sebenarnya
bukan dalam bentuk CD, tapi dalam bentuk file,
kau bawa USB?” tanya Gabe.
“Aku bawa.”
jawab Greg “Copy-kan ini ke Galaxy Note-ku.” Ia mengambil kabel USB Galaxy
Note-nya, ia menyambungkan Galaxy
Note-nya dengan komputer Gabe dengan kabel itu. Gabe mencari video perburuan
hantunya dan mencopynya. Setelah itu,
Greg mencabut kabel USB-nya dan
mengambil Galaxy Note-nya.
“Kita kumpul di
rumah sakit jiwa itu pada jam 8 malam, oke?” ucap Gabe.
“Sip!” kata
Steven dan Greg pamit, mereka melangkah keluar dari rumah tersebut, menaiki
sepeda motor mereka dan berangkat menuju rumah Steven.
Saat mereka
tiba, mereka pun masuk ke dalam rumah setelah memarkirkan sepeda motor mereka
di dalam garasi. Mereka melangkah menuju ruang keluarga. Steven menyetel kaset
video pemburuan hantu yang dilakukan oleh orangtua mereka, sementara Greg
membuka video pemburuan hantu yang dilakukan oleh Gabe. Mereka membandingkan
tempat pemburuan hantu tersebut, Steven berpikir bahwa tempat tersebut terlihat
sama, rumah sakit jiwa yang sama.
“Itu palsu sekali.”
komentar Ailee datang “Kenapa mereka masih percaya hantu kalau itu tidak ada
secara teknis?”
“Ailee, mereka
hanya iseng-iseng saja, mungkin mereka membuat penonton percaya bahwa hantu itu
ada.” kata Steven.
“Terserah,
omong-omong, kakak yang buatkan makan siang nanti, aku sudah capek sekali
berlagak sebagai ibu rumah tangga atau pembantu.”
“Makan siang?
Aku akan memasak.” kata Steven, ia pun berbisik pada Greg “Tolong aku.”
“Oke, aku akan
menolongmu untuk memasak.” ucap Greg.
Ailee pun pergi
ke kamarnya, sementara Steven dan Greg kembali membandingkan lokasi pemburuan
hantu tersebut, Steven yakin sekali bahwa lokasi kedua pemburuan hantu itu
sama. Greg pun bingung mengapa Steven yakin sekali, ia mendapat jawaban bahwa
lokasi kedua perburuan hantu itu terlihat mirip, tapi tidak secara teknis. Dan
Greg berpikir bahwa rumah sakit jiwa itu benar-benar berhantu, Steven pun juga
setuju.
Sambil menunggu
hingga jam 8 malam, Steven dan Greg melakukan pekerjaan rumah tangga yang Ailee
suruh, termasuk memasak makan siang seperti telur dadar dan nasi goreng untuk
makan siang, setelah memasak, mereka makan siang bersama Ailee. Ailee pun
memuji telur dadar yang dibuat oleh Steven dan Greg, tapi menyadari ada yang
kurang dengan nasi gorengnya, yaitu kurang asin, tapi setidaknya Ailee
mengatakan bahwa makanan tersebut enak.
Setelah makan,
Steven dan Greg mencuci piring di dapur, lalu mencuci pakaian di halaman
belakang, Steven dan Greg sempat kesulitan dalam mencuci pakaian, tapi mereka
berhasil melakukannya. Mereka juga menyapu dan mengepel semua lantai di rumah
tersebut, serta mereka juga membersihkan peralatan-peralatan yang ada di rumah.
Pekerjaan mereka
selesai pada pukul 19:30, saat mereka melihat jam, Steven kaget. Ia pun segera
berlari menuju garasi, diikuti oleh Greg. Mereka berdua menaiki sepeda motor
mereka dan berangkat menuju rumah sakit jiwa yang dibilang Gabe.
Pukul 20:00,
mereka berdua tiba di rumah sakit jiwa itu, Gabe dan Hilmi sudah menunggu di
depan gedung tersebut. Steven dan Greg turun dari sepeda motor mereka.
“Rumah sakit
jiwa ini?” tanya Steven.
“Ya, benar,
rumah sakit jiwa ini benar-benar dikabarkan berhantu, dan sering ada perburuan
hantu di sini, tapi banyak yang tidak melihat hantu itu dan seseorang berakhir
menghilang.” jawab Gabe “Hilmi, bawa peralatan berburu hantu kita?”
“Sip, bawa!”
ucap Hilmi sambil menaruh tasnya yang berisi peralatan untuk memburu hantu, ia
membuka tas tersebut dan memperlihatkan isinya termometer digital, EMF Meter,
kamera termografik, kamera video digital, perekam audio digital, dan laptop.
Gabe mengambil
kamera video digital tersebut dan mulai merekam menggunakan sambil menggunakan night vision. Gabe menjelaskan sambil
menghadap ke arah kamera bahwa rumah sakit jiwa tersebut sebelumnya terbakar
saat listrik mati dan membunuh semua karyawan di rumah sakit itu, termasuk
pelaku penyebab kebakaran yang merupakan dokter yang memiliki kepala botak dan
terlihat gila serta jelek.
Keempat pemuda
itu melangkah masuk ke dalam rumah sakit jiwa itu. Greg berkata pada Steven
bahwa ia benar, rumah sakit itu merupakan lokasi yang juga digunakan dalam
perburuan hantu yang dilakukan oleh kedua orangtua Steven.
Mereka berempat
melewati lobi yang tampak terabaikan, banyak barang-barang terbakar seperti
meja reseptionis, kursi-kursi, dan bahkan jalan-jalan yang rusak dan berdebu.
Sementara Gabe dan Hilmi merekam. Ben muncul di samping Steven.
“Kakak merasa
ada yang tidak beres dengan rumah sakit ini.” ucap Ben.
“Memang, rumah
sakit ini dikabarkan berhantu, seperti yang dikatakan ayah dan Gabe. Bisakah
kakak pergi sebelum Gabe menganggapku sebagai orang gila?”
“Sudah kubilang
aku tidak bisa mengendalikan kapan aku bisa muncul.”
“Kau bicara pada
Ben lagi?” tanya Greg pada Steven.
“Ya, dia
muncul.” jawab Steven.
Tiba-tiba sebuah
ada suara sesuatu yang pecah dan itu mengagetkan mereka, Gabe menjelaskan bahwa
hantu-hantu sudah datang hanya untuk menakut-nakuti mereka, ia juga menjelaskan
bahwa mereka juga penyebab hilangnya kakaknya. Tak lama, muncul kursi roda yang
bergerak sendiri, kursi roda itu bergerak melewati mereka. Tapi Greg mendadak
terdorong ke dalam sebuah ruangan.
“Greg!” teriak
Steven mengejar Greg, diikuti oleh Gabe dan Hilmi, namun saat mereka masuk,
pintu ruangan tersebut ditutup rapat-rapat. Mereka kaget bahwa mereka dikurung
oleh para hantu di ruangan tanpa jendela itu. Gabe dan Hilmi pun segera
mengetuk pintu dengan keras-keras dan meminta untuk pintu dibukakan.
“Gabe, apa itu
kau?” tanya seorang gadis, Steven menatapnya setelah berbalik, ternyata gadis
itu adalah kakak Gabe. Gadis yang memiliki rambut pendek dan berwarna hitam itu
berdiri di depannya.
“Kak! Kau tak
apa-apa! Kau masih hidup!” ucap Gabe sambil memeluk kakaknya.
“Mereka akan
membunuh kita, Gabe! Mereka akan membunuh kita!” teriak kakaknya Gabe.
Steven dan Greg
pun memikirkan cara keluar dari ruangan tersebut, mereka tahu bahwa jendela
sudah benar-benar dikunci dan mereka tidak bisa keluar sama sekali.
“Hantu-hantu itu
ingin melukai kita semua! Mereka ingin kita tetap di sini menderita!!” teriak
kakaknya Gabe.
“Sebaiknya kita
panggil polisi!” ucap Hilmi.
“Percuma, tak
ada gunanya! Mereka pasti menganggap kita main-main jika kita melakukan itu di
sini!!” teriak Greg “Sekarang kita harus bagaimana, Steve?”
Semuanya
mendengar suara saat listrik mati, semua lampu benar-benar mati, semuanya mulai
ketakutan dan berpikir bahwa hantu-hantu yang ada di dalam rumah sakit jiwa itu
akan menyiksa mereka. Mereka tidak tahu harus bagaimana agar keluar dari
ruangan tersebut.
“Cukup, kita tak
bisa tinggal di sini lebih lama lagi! Kita harus keluar dari sini!” teriak Gabe.
“Bagaimana
caranya?” tanya Hilmi.
“Ada kapak di
samping Greg, aku akan menggunakannya untuk menghancurkan tembok.”
Greg pun tidak
menyadari ada sebuah kapak yang tersimpan di sampingnya, Gabe mengambil kapak
tersebut dan menghancurkan tembok samping pintu untuk keluar dari ruangan
tersebut. Gabe dengan mudah menghancurkan tembok tersebut.
“Kalian tetap di
sini, aku akan cari jalan untuk keluar dari sini.” ucap Gabe, ia segera keluar
dari ruangan tersebut.
Tapi Steven juga
keluar dan menghentikannya “Gabe, kita seharusnya tidak keluar dari sini dulu!
Mungkin hantu yang ada di sini mencoba untuk memperingatkan kita agar kita tak
dalam bahaya.”
“Kau tahu
darimana? Buktinya mereka hanya ingin menyiksa kita! Bagi mereka, mereka ingin
membunuh kita jika perlu! Apa kau gila?! Kita harus keluar dari sini sebelum
mereka menyiksa kita lagi!”
“Kau salah!
Mereka tidak bermaksud untuk membunuh kita semua, tapi untuk memperingatkan
bahwa ada bahaya saat listrik mati! Aku tahu mungkin ada yang salah dengan
dokter itu, kau ingat kalau kau mengatakan dokter itu pelaku pembunuhan semua
pasien dan staf di rumah sakit jiwa ini, termasuk dirinya sendiri, ‘kan?!”
“Aku tak peduli
dengan itu, aku akan cari jalan keluar dari sini!” ucap Gabe, ia pun pergi.
“Gabe, kembali!”
teriak Steven, setelah itu Ben muncul di sampingnya.
“Kau benar, para
hantu yang ada di sini sudah memperingatkan ada bahaya di rumah sakit jiwa ini,
dokter gila itu ingin membunuh dirimu, dan juga teman-temanmu. Tapi Gabe tidak
percaya.” ucap Ben.
“Padahal aku sudah
memperingatkannya, tapi dia malah tidak percaya dengan hal itu dan malah
mencari jalan keluar meski lampu mati dan ada bahaya.” kata Steven, ia pun
masuk kembali ke dalam ruangan tersebut dan menemui Greg “Greg, aku tahu ini
terdengar gila tapi aku dengar apa yang dikatakan para hantu itu, mereka
mencoba memperingatkan bahwa setelah lampu mati, dokter gila itu akan mengambil
mereka ke ruang operasi dan membunuh mereka. Apa kau percaya padaku?”
Greg menjawab
“Aku percaya dengan hal itu mengingat hanya kau yang bisa melihat hantu. Apa
kau mengatakan pada Gabe? Apa dia mengabaikan kalimatmu?”
“Tidak, dia
tidak percaya. Aku akan mengejar Gabe agar ia segera kembali ke sini.” Steven
pun pergi meninggalkan ruangan tersebut dan mulai mencari Gabe sambil memanggil
namanya dan berlari.
“Kau mencari Gabe
meski para hantu sudah memperingatkan?” tanya Ben mengejar Steven.
“Aku tak ingin
Gabe mati dibunuh oleh dokter gila itu!”
Tiba-tiba ada
suara seorang wanita yang tertawa terbahak-bahak menakuti, Steven pun berbalik
ke belakang. Ada sebuah tempat tidur rumah sakit yang bergerak sendiri melewati
jalan. Steven pun bersembunyi bersama Ben hingga tempat tidur rumah sakit itu
melewati jalan tersebut, Steven mengetahui bahwa yang membuat tempat tidur
rumah sakit yang seolah bergerak sendiri adalah dokter gila itu.
“Hampir saja.”
ucap Ben.
Steven dan Ben
memulai kembali pencarian mereka, tiba-tiba mereka mendengar suara teriakan
Gabe.
“Gabe! Dia dalam
bahaya!” teriak Steven, ia pun berlari, diikuti oleh Ben, jalan yang mereka
lewati mengantar mereka menuju ruang operasi, ruang yang paling berbahaya.
Di ruang
operasi, Gabe pun berlari masuk ketakutan setelah ia dikejar oleh tempat tidur
rumah sakit yang digerakkan oleh dokter gila yang tidak memiliki rambut dan
memakai ikat kepalanya yang tertulis “Semua Harus Mati”. Gabe tidak bisa
melihat dokter gila itu secara teknis. Ia pun tiba-tiba ditarik dan dibaringkan
di tempat tidur itu, tangan dan kakinya juga diborgol. Ia pun berteriak dengan
panik saat dokter gila itu mengambil sebuah gergaji mesin dan menyalakannya.
Gabe panik saat melihat gergaji mesin itu menyala, ia berpikir bahwa ia akan
terbunuh secara digergaji.
Steven dan Ben
akhirnya tiba di ruang operasi tersebut dan Steven berteriak “Hei! Menjauhlah
dari temanku!”
Tiba-tiba muncul
lagi suara seorang wanita yang tertawa terbahak-bahak, setelah itu Ben terlihat
ditarik oleh seseorang dan dibaringkan di tempat tidur, hal yang sama juga
terjadi pada Steven. Hidup mereka dalam bahaya sekarang.
***
Greg, Hilmi, dan
kakaknya Gabe mendengar suara teriakan Gabe. Kakaknya Gabe mulai panik dan
keluar dari ruangan tersebut.
“Hei! Sudah
kubilang jangan keluar sebelum mereka kembali!” ucap Greg.
“Aku mendengar
teriakan Gabe, dia dalam bahaya sekarang! Aku tahu dia sedang disiksa oleh
hantu itu. Kita harus menyelamatkannya sekarang juga!” teriak kakaknya Gabe.
Greg juga
mendengar suara teriakan Gabe dan menjawab “Oke, ada yang bawa senjata?”
Hilmi mengangkat
tangan kanannya “Untung aku bawa shotgun
untuk berjaga-jaga jika ada apa-apa. Ini, Greg.”
Greg mengambil shotgun tersebut dari Hilmi “Aku akan
menyelamatkan mereka, kalian tetap di sini.” Ia pun berlari keluar dari ruangan
tersebut, sebelumnya kakaknya Gabe meminta untuk menyelamatkan adiknya, Greg
pun berkata bahwa ia pasti akan menyelamatkannya, Hilmi juga memberikan
kacamata night vision. Greg pun
akhirnya pergi.
***
“Steven,
bagaimana ini? Kita dalam bahaya! Dan kita diborgol sambil berbaring di tempat
tidur ini, kita akan mati!!” teriak Ben.
“Kak, kita akan
cari cara untuk keluar dari sini!” kata Steven.
Gabe bertanya
“Kenapa kau seolah-olah berbicara sendiri?! Kita sedang dalam bahaya!”
Steven
mengatakan yang sebenarnya “Gabe, aku tahu kau tidak akan percaya ini, tapi aku
tahu kalau hantu-hantu itu sebenarnya hanya untuk memperingatkan kita, bukan
untuk menyakiti kita.”
“Kau bisa
melihat hantu?”
“Aku bisa
melihat beberapa, termasuk dokter gila yang akan menyiksa kita ini, dia membuat
seolah-olah kita dibaringkan di tempat tidur ini.”
“Oh tidak!
Kurasa dia akan memotong tempat tidur kosong itu!”
Ben berteriak
“Steven, kurasa aku duluan yang akan disiksa! Lakukan sesuatu!”
“Aku tak bisa,
kak! Tangan dan kakiku diborgol!” teriak Steven.
Dokter gila itu
menyalakan gergaji mesinnya dan akan memotong Ben, tapi usahanya gagal saat tiba-tiba
ia ditembak oleh seseorang. Ternyata Greg yang menembak dokter gila itu walau
ia tidak bisa melihat dokter tersebut.
“Menjauhlah dari
temanku!” teriak Greg, ia terus menembak dokter gila itu. Dokter gila itu
terjatuh dan tanpa sengaja membiarkan gergaji mesin yang menyala itu memotong
dirinya, hingga terlihat banyak darah yang terlihat terciprat di dinding, meski
ia hantu. Greg akhirnya melepas borgol Steven dan Gabe. Steven juga melepas
borgol Ben, ia juga melihat dokter gila yang terbelah menjadi dua dan
mengeluarkan banyak darah yang terciprat ke lantai dan dinding.
Steven, Greg,
dan Gabe kembali menemui kakaknya Gabe dan Hilmi serta berkata bahwa tempat
tersebut sudah aman, mereka pun segera keluar dari rumah sakit jiwa itu.
Saat mereka
keluar, jam menunjukkan pukul 22:30, Hilmi dan Greg langsung pamit untuk
pulang. Sementara Gabe mulai berbicara pada Steven.
“Steven, aku
percaya kau bisa melihat hantu, dan… terima kasih untuk menyelamatkan kakakku
dan aku, tadi itu benar-benar pengalaman nyaris mati.” ucap Gabe.
“Sama-sama.”
ucap Steven sambil berjabat tangan dengan Gabe “Sampai jumpa di sekolah?”
“Sip.” balas
Gabe setelah kakaknya memanggilnya, ia pun pulang bersama kakaknya.
Steven menaiki
sepeda motornya dan mulai mengendarai meninggalkan rumah sakit jiwa itu dan
kembali ke rumahnya. Dalam perjalanan, Ben muncul kembali duduk di belakangnya
saat Steven belok ke kiri menuju jalan Jakarta.
“Tadi itu
pengalaman nyaris mati pertamamu, Steven.” ucap Ben.
“Ya, kau memang
sudah mati, jadi aku anggap itu bukan pengalaman nyaris matimu. Dan tempat itu
sama dengan tempat pemburuan hantu yang dilakukan oleh orangtuaku. Aku tak tahu
apa mereka disiksa oleh dokter gila itu sebelum menghilang, setidaknya aku
yakin mereka pernah bertemu dokter gila itu.”
Saat melihat
papan komplek Setra Dago, ia belok kiri menuju komplek tersebut, ia pun
akhirnya tiba di rumahnya, ia memarkirkan sepeda motornya di garasi, ia pun
langsung masuk ke dalam kamarnya.
Ia pun menerima
telepon dari Gina.
“Steven, om dan
tante akan tiba di rumah sebentar lagi, tolong buka garasinya.”
“Ya, tante.”
Steven langsung menutup teleponnya dan melangkah kembali menuju garasi setelah
ia mengganti bajunya. Ia kembali membuka garasi, tak lama, Steven menerima
telepon dari nomor yang tak dikenal “Halo, ini siapa?”
“Selangkah lagi
kau akan selesai…” Telepon pun langsung putus.
Steven menerima
kiriman gambar di iPhone-nya, gambar tersebut adalah robot kotak yang biasa
dimainkan oleh anak kecil, tapi kali ini ada banyak darah pada robot itu.
Comments
Post a Comment