Strange Case Episode 4
Strange Case is classified 15+, it contains strong violence and supernatural themes, it is not recommended for people under 15.
4. In Case of Disturbed
Soul
Hari Selasa,
Steven tiba di kelasnya dan melihat Greg yang sedang duduk di bangkunya serta
memegang Samsung Galaxy Note-nya.
Steven bertanya apa yang Greg sedang baca. Greg menjawab bahwa ia sedang
membaca berita ditemukannya dua buah mayat di sebuah pemakaman. Mereka
mengetahui bahwa kedua mayat itu adalah Listi dan Ringgo yang bersekolah di SMA
8 Bandung.
“Sepertinya ada
kasus lagi yang harus kita pecahkan, seperti kasus pembunuhan yang diceritakan
di artikel ini.” kata Greg “Kau dapat petunjuk tentang keberadaan orangtuamu
lagi?”
“Aku menemukan
buku tahunan milik ayahku, buku tahunan itu banyak sekali halamannya, sehingga
aku mengetahui bahwa data ayahku ada di tengah-tengah buku. Coba tebak, apa
cita-cita ayahku?”
“Detektif?”
“Lebih dari itu,
pemburu hantu atau bisa kita sebutkan Ghost
Hunter, kupikir dia ingin seperti para pemburu hantu yang ada di acara Ghost Hunters atau Destination Truth.”
“Wow, mungkin
tidak masuk akal, tapi Steven, kau bisa melihat hantu, jadi kau bilang itu
masuk akal ‘kan?”
“Mungkin hantu
yang kutemui itu tidak nyata.”
Bel masuk pun
akhirnya berdering, semua murid mulai duduk di bangku masing-masing. Guru
biologi yang bernama Pak Rahmat masuk ke dalam kelas. Semua murid memberi salam
seperti biasa. Setelah itu, Pak Rahmat memberitahu bahwa banyak hasil ulangan
biologi kelas tersebut lebih buruk dari yang beliau bayangkan, beliau
membagikan hasil ulangan tersebut. Seperti yang dikatakan, banyak sekali murid
yang mendapat hasil jelek pada ulangan biologi, termasuk Steven yang mendapat
nilai 68, dan bahkan Greg yang mendapat nilai 42.
“Oh tidak, aku
tak menyangka kau akan ikut remedial.” kata Greg.
“Biologi
benar-benar membingungkan.” jawab Steven.
***
Saat waktu
istirahat, di kantin yang terlihat ramai itu, Steven dan Greg duduk di kursi
sambil memakan risoles dan cireng, serta meminum Teh Botol. Greg mengambil Samsung Galaxy Note-nya dan mulai
membuka Facebook, ia mencari akun yang bernama Listi Susan dan Ringgo Akbar.
Saat ditemukan, ia tidak melihat ada status
update sejak dua bulan yang lalu dari mereka berdua.
“Mereka sudah
tidak menggunakan akun Facebook
mereka lagi sejak dua bulan yang lalu, mereka terakhir meng-update status mereka pada waktu yang
sama. Tapi ada post dari seorang
cewek yang bernama Lana Galang di timeline
Ringgo.
“Greg, Lana
Galang itu mantannya Ringgo ya? Tulisannya, ‘kau selingkuh dariku! Kita
putus!’. Atau memang dia hanya main-main.” kata Steven.
“Ya, dia bahkan
tidak mengubah relationship status-nya
jadi single, statusnya masih in
relationship with Ringgo Akbar. Dan lihat post di timeline Listi
oleh akun tanpa nama, isinya I Know What
You Did Last May. Post yang sama
ditemukan di timeline Lana.”
“Setelah KBM
selesai, kita harus menemui Lana di SMA 8, kita harus bertanya pada dia.” usul
Steven.
“Tepat setelah kita
belajar fisika, salah satu pelajaran yang kubenci.” kata Greg.
“Aku akan
membantumu untuk paham apa rumusnya.” ucap Steven “Sambil kita berbicara
tentang kasus itu.”
Tengku pun duduk
di samping Greg dan berbicara “Kasus apa?”
Greg menjawab
“Ya, tentang kasus dua orang mayat ditemukan di kuburan.”
Abby pun muncul
bersama para gadis yang lain duduk di meja yang sama “Sepertinya kasus yang
akan dibicarakan akan semakin menarik.”
Gabe pun juga
duduk di meja yang sama “Kudengar nama mereka itu Listi dan Ringgo, sebelumnya
mereka menghilang selama dua minggu ‘kan?”
“Sebenarnya,
menurut berita, dua bulan.” tambah Abby.
“Bukan, mereka
menghilang selama sebulan sebelum mayat mereka ditemukan.” bantah Tengku.
Abby bertanya
“Darimana kau dapat informasi itu, Tengku?”
“Dari berita di
koran tadi pagi.”
Steven memotong
“Jadi yang mana yang benar? Sebulan atau dua bulan?”
Greg membuka
video YouTube, video tersebut
merupakan berita yang disiarkan IBS Bandung tadi pagi yang melaporkan bahwa dua
orang mayat ditemukan di sebuah pemakaman semalam, polisi tengah mengotopsi
kedua mayat tersebut untuk mengetahui penyebab kematian mereka. Dari dugaan
sementara, kedua korban dibunuh dengan dipukuli kepala mereka.
“Kejam sekali…”
ucap Tengku.
Bel masuk pun
akhirnya dibunyikan, semua siswa yang berada di kantin segera pergi ke kelas
masing-masing untuk melanjutkan KBM. Steven dan Greg masuk ke kelas mereka,
bertepatan dengan itu, guru fisika yang bernama pak Ridho masuk ke dalam kelas
tersebut.
Pak Ridho
memberikan latihan soal yang banyak sekali mengingat beliau mengatakan bahwa
pertemuan selanjutnya akan ada ulangan bab kinematika gerak. Semua murid mulai
mengerjakan soal-soal tersebut.
Steven pun mulai
membantu Greg untuk mengerjakan soal-soal tersebut sambil berbicara soal kasus
pembunuhan Listi dan Ringgo.
“Sepertinya ini
tak ada hubungannya dengan hal supernatural, ini kasus pembunuhan yang hanya
dilakukan oleh orang-orang yang normal, yang masih hidup, dan yang tidak
berhubungan dengan makhluk gaib. Aku sudah menduga kalau mereka hanya dipukul
dengan pemukul besi ke arah kepala mereka.” kata Steven.
“Aku berpikir
bahwa kau 50% benar, 50%-nya lagi mungkin saja dibantu oleh hantu, karena
pembunuhan itu terjadi di kuburan, jadi bisa saja hantu berdatangan, dan hantu
itu membunuh mereka berdua.” ucap Greg “Omong-omong, aku masih bingung dengan
soal gerak parabola yang seperti ini.”
Steven pun
membantu Greg untuk mengerjakan soal tersebut sambil berbicara apa kasus
tersebut berhubungan dengan hal supernatural, mereka benar-benar berbeda
pendapat tentang kasus tersebut. Mereka tahu bahwa mereka harus pergi ke SMA 8
untuk bertanya kepada Lana.
***
Setelah KBM
berakhir, Steven dan Greg langsung berangkat menuju SMA 8 Bandung yang berada
di Jalan Solontongan no. 8 itu. Sesampai di sana, mereka memarkirkan sepeda
motor mereka, dan mulai mencari seorang gadis yang bernama Lana Galang sambil
melihat gambar profil Facebook gadis itu. Steven melihat seorang gadis yang
mirip dengan gadis yang dicari yang sedang duduk sambil menikmati makan siang sendirian
dan memandang lapangan basket. Mereka berdua menemui gadis tersebut, dan benar,
gadis itu adalah Lana Galang.
“Apa yang kalian
inginkan?” tanya Lana.
“Kami ingin
bertanya sesuatu.” jawab Steven.
“Apa kalian ini
detektif? Ataukah hanya wartawan untuk buletin sekolah?”
“Sebenarnya kami
detektif, tapi belum resmi. Apa benar Ringgo adalah mantan pacarmu?”
“Sebenarnya
Ringgo adalah pacarku sebelum ia mati, tapi dua minggu sebelum ia mati, aku
mengetahui bahwa dia selingkuh dengan Listi, aku juga mengetahui bahwa dia itu playboy, sungguh tidak bisa diterima!
Sungguh! Terutama sejak saat bulan Mei lalu, aku seharusnya mencurigai kalau
dia itu playboy.”
Greg bertanya
“Kau dapat tulisan I know what you did
last May? Apa itu berhubungan dengan hal yang kau ceritakan?”
Lana mengangguk
dan mulai bercerita:
Sabtu malam di
akhir Mei, Ringgo, Listi, Lana, beserta dua orang teman mereka yang bernama
Hiru dan Laras sedang bersenang-senang di dalam mobil yang dikemudikan oleh
Ringgo sambil bernyanyi lagu I Am The
Best yang dipopulerkan oleh 2NE1. Mereka menaikkan volume musik tersebut
sambil bersenang-senang. Tapi semua berubah ketika mereka menabrak seorang pria
yang berjalan melewati zebra cross.
Semuanya pun keluar dari mobil tersebut saat mobil dihentikan. Mereka melihat
bahwa orang yang ditabrak itu telah tewas, banyak yang terlihat panik dan
ketahuan, terutama Listi, Lana, dan Laras, yang melihat banyak darah keluar
dari kepala mayat tersebut.
“Bagaimana ini?!
Kita harus bagaimana?!” tanya Listi panik.
“Apa kita harus
membawa mayat ini??” tanya Lana.
“Tapi jika kita
membawa mayat ini, kita akan langsung ketahuan kalau kita membunuhnya!!” teriak
Laras.
“Kita tak tahu
harus bagaimana! Harus diapakan mayat ini?” tanya Listi.
Ringgo menjawab
“Tenanglah, kita tak usah bicarakan ini lagi, kita biarkan mayat ini tergeletak
di jalan ini, lalu kita pulang, oke? Kita tak usah permasalahkan ini lagi.”
Semuanya
mengangguk dan segera kembali masuk ke dalam mobil, mereka pergi meninggalkan
jalan itu.
Lana
menyelesaikan cerita tersebut “Kami memutuskan untuk tidak membicarakan hal itu
lagi sejak itu.”
Steven bertanya
sekali lagi “Jadi apa cerita itu ada hubungannya dengan I Know What You Did Last May?”
“Sudah
kubilang.”
“Setelah kalian
menabrak pria itu hingga tewas, apa yang terjadi selanjutnya?” tanya Greg.
Lana menolak
untuk menjawab dengan alasan “Aku agak lupa, em…, aku tak tahu, aku lupa apa
yang terjadi setelah aku mendapat tulisan itu, maaf. Mungkin, kalian bisa tanya
Laras atau Hiru.”
Ben pun
tiba-tiba muncul di samping Steven dan berkata “Dia berbohong.”
Steven dan Greg
berterima kasih pada Lana atas cerita tersebut. Greg pun bertanya pada Steven
untuk membeli milkshake karena ia
merasa haus. Steven meminta Greg untuk membelikan milkshake Oreo. Greg mengangguk dan segera melangkah ke kantin.
Steven memandang Ben.
“Apa? Aku sudah
menemukan buku tahunan milik ayah.” ucap Steven.
“Kau sudah
melihat biodata ayah ‘kan?”
“Aku sudah
melihat semuanya, dia bercita-cita agar ayah menjadi pemburu hantu, ayah bukan
detektif biasa ternyata, dia benar-benar pemburu hantu di malam hari! Benar,
kak!”
“Kalau begitu
kau sudah mendapat bukti?”
“Belum, aku
belum bisa membuktikan kalau ayah itu pemburu hantu. Ayolah, kak, setidaknya
muncul jangan sebentar! Aku butuh bantuanmu!”
Seorang siswa memandang
Steven dan bertanya “Kau bicara pada siapa?”
“Tidak, bukan
siapa-siapa?” tanggap Steven, ia segera pamit pada kakaknya dan menemui orang
itu “Kau kenal Lana Galang?”
“Ya, aku kenal,
aku sahabatnya, Hiru.”
“Hiru, ya? Kau
dapat post I Know What You Did Last May?”
“Ya, aku merasa
aneh mengapa aku, maksudku kami, maksudku semuanya dapat post itu di Facebook.”
“Apa maksud
‘semuanya’ itu kau dan teman-temanmu?”
“Sekitar
seminggu setelah kecelakaan itu, kami masuk ke kelas seperti biasa, Listi
mengambil BlackBerry-nya dan mendapat sebuah post di Facebook yang tertulis ‘I Know What You Did Last May’, ia
kaget hingga menjatuhkan BB-nya. Lana juga kaget setelah melihat post itu, kami melakukan hal yang sama
dan berteriak hingga seluruh siswa di kelas memandang kami. Kami pun panik,
kami pun bertanya pada diri sendiri, apa ada orang lain yang melihat kecelakaan
itu? Pokoknya kami merahasiakan hal tersebut, kami pun mulai membicarakan
kecelakaan itu lagi.”
Greg pun tiba
sambil meminum milkshake-nya, ia
menemui Steven setelah Hiru pergi. Greg memberi milkshake Oreo pada Steven.
“Terima kasih.”
ucap Steven “Aku sudah mendapat cerita dari Hiru, saat Ringgo, Lana, dan
kawan-kawan mendapat post itu, mereka
kaget setengah mati.”
“Sudah kuduga,
berarti kita harus tanya Laras, atau sebaiknya kita tanya Lana lagi?”
“Sebaiknya kita
tanya Laras.”
Steven dan Greg
mulai mencari seorang gadis yang bernama Laras, mereka bertanya kepada
siswa-siswi yang berjalan melewati samping kelas, apakah salah satu dari mereka
Laras, ataukah ada yang tahu Laras. Mereka tidak menemukan Laras di SMA 8,
melainkan seorang gadis berjilbab putih mengatakan bahwa Laras sudah pindah
sekolah ke SMA BPI 1.
Steven dan Greg
memutuskan untuk bertanya kembali pada Lana sebelum pergi ke SMA BPI 1, tapi
mereka tidak menemukan Lana. Lana sudah pulang sepertinya. Steven dan Greg
memutuskan untuk pergi ke SMA BPI 1, mereka melangkah menuju tempat parkir dan
menaiki sepeda motor masing-masing. Mereka langsung mengebut menuju SMA BPI 1.
***
Sesampai di
sekolah yang beralamat di Jl. Burangrang No. 8 itu, Steven dan Greg memasuki
sekolah tersebut. Mereka melihat masih banyak siswa-siswi yang berjalan di
selasar lantai atas dan bahkan ada yang bermain basket di lapangan. Mereka
melihat seorang gadis yang sedang duduk sendiri memandang lapangan tersebut.
Mereka hanya menebak bahwa gadis itu bernama Laras. Steven dan Greg menemui
Laras yang sedang duduk menyendiri.
“Kau tak ikut
main?” tanya Steven.
“Aku pendiam,
aku tak ingin ikut siapa-siapa, sejak hilangnya Listi dan Ringgo, aku
memutuskan untuk drop out dari SMA 8
karena aku dinyatakan tidak naik, aku pindah ke sini.” jawab Laras.
“Laras, kau
dapat post I Know What You Did Last May
di Facebook-mu? Teman-temanmu mendapatkan post
itu lho.” tanya Greg.
Laras menjawab
“Tidak, aku tidak mendapat itu di timeline-ku,
tapi aku tahu Listi dan Ringgo mendapat post
itu, kami pun pergi ke rumah Ringgo sehabis sekolah. Padahal waktu itu
sudah mendekati ujian kenaikan kelas, Ringgo berkata itu ada kaitannya dengan
korban yang kami tabrak. Tapi Lana berkata agar kita mengaku pada polisi, aku
berpikir itu hal gila, begitu juga dengan Hiru. Lana berkata lebih baik jujur
daripada bohong, Ringgo pun setuju, tapi Listi dan Hiru menentang keputusan
itu. Aku... berteriak mendengar ada semacam makhluk halus yang berbicara
padaku.” Laras mulai menangis “Jika Ringgo tidak menabrak orang itu, Listi dan
Ringgo takkan mati, dan… aku takkan hidup menderita seperti sekarang!”
“Aku turut
prihatin.” ucap Steven.
***
Steven tiba di
depan rumahnya bersama Greg setelah memarkirkan sepeda motor mereka. Mereka
berdua masuk ke dalam rumah, menaiki tangga menuju lantai atas, dan masuk ke
dalam kamar Steven. Steven menyalakan laptopnya dan membuka akun Facebooknya
sambil berbicara apa yang mereka temukan dari cerita-cerita yang dikemukakan
oleh saksi.
“Tadi Lana
terkesan tergesa-gesa, sepertinya dia sibuk, sementara Hiru bilang bahwa mereka
panik setelah mendapat post itu, dan
hanya Laras yang tidak mendapat post itu
di timeline Facebook-nya, ditambah,
dia merasakan arwah, yang membuat yang lainnya tidak percaya.” jelas Greg.
“Greg, aku
melihat timeline Lana Galang, dan aku
tidak melihat post I Know What You Did
Last May, Lana menghapus post itu,
hal yang sama juga terjadi di timeline
Listi.”
“Jadi apa? Apa
yang kita harus lakukan sekarang?”
“Ben
memberitahuku bahwa Lana berbohong, dia tidak ingat apa yang terjadi setelah
mendapat tulisan itu, aku tak tahu Ben tahu dari mana dia berbohong.”
“Mungkin kau
juga harus mencari petunjuk keberadaan ayahmu sambil memikirkan apa yang
terjadi selanjutnya, tanya saja Lana, dia itu berbohong.”
Steven mengganti
bajunya sambil berbicara “Greg, kau tahu alamat Lana Galang?”
“Tidak, aku
tidak kenal dia dari dulu, jadi aku tak tahu alamatnya, lagipula, alamatnya
tidak tercantum di Facebook. Jika aku menjadi Hiru, aku pasti tahu alamatnya,
selesai.”
“Oke, kita break dulu, kita harus cari petunjuk
yang mungkin berkaitan dengan orangtuaku, tapi aku tak tahu apa yang harus aku
cari setelah aku menemukan buku tahunan ayah.”
“Kapan terakhir
kali kau melihat ayah? Di rumahmu, ‘kan? Mereka bilang apa sebelum menghilang?”
“Aku tak tahu
pasti, tapi aku memakai akun Facebook ayahku, dan aku mengetahui bahwa ia
menghilang sejak reuni SMA beliau bersama ibu.”
“Undangan reuni
itu! Pasti ayahmu menyimpannya! Setelah kasus ini selesai, kita pergi ke tempat
reuni ayahmu dan lihat apa yang terjadi di sana.”
“Oke, kita cari,
tapi aku yang mencari di kamar-kamar, kau cari di ruang keluarga, oke?”
Mereka berdua
melangkah keluar dari kamar tersebut dan mulai mencari undangan reuni yang
dihadiri oleh ayah Steven. Steven mulai mencari di kamar om dan tantenya, ia
membuka laci-laci yang penuh dengan file-file,
beberapa pakaian, dan CD yang menumpuk itu. Ia juga mencari dari sekitar kolong
tempat tidur, kolong sekitar laci-laci, dan bahkan di bawah lemari pakaian.
Steven melihat
ada sesuatu yang hijau terlihat berbentuk persegi panjang di bawah lemari
pakaian, ia mengambil benda tersebut dengan sapu lidi, ia pun berhasil
mengambil benda tersebut. Ia melihat benda berbentuk bujur sangkar tersebut,
ada tulisan bahwa benda tersebut merupakan undangan reuni SMA yang dihadiri
oleh ayahnya. Steven pun segera menemui Greg di ruang keluarga untuk
menunjukkan undangan tersebut.
Kedua pemuda itu
duduk di sofa dan mulai membuka undangan tersebut, memang benar bahwa undangan
tersebut merupakan undangan reuni yang dihadiri oleh ayahnya, mereka pun
melihat lokasi diadakannya reuni itu, reuni itu diadakan di sebuah hotel tanpa
nama, tapi alamatnya sudah jelas di mana.
Samsung Galaxy Note Greg berbunyi
menandakan ada SMS, Greg membaca SMS tersebut dan berkata pada Steven “Steve,
aku harus siaran malam ini, aku duluan.”
“Oke, bro.” ucap Steven sambil mengantar Greg
menuju garasi.
“Kau akan
mendengar siaran radioku ‘kan?” tanya Greg sambil mengambil helmnya.
“Pastinya! Besok
kita kembali ke SMA 8 setelah KBM selesai, jika aku mendapat informasi lagi,
aku akan kirim SMS, dan good luck untuk
siarannya.”
Kedua pemuda itu
melakukan fist bump seperti biasa,
Greg pun menaiki motornya dan langsung meninggalkan rumah Steven.
***
Rabu siang,
Steven dan Greg kembali ke SMA 8 Bandung setelah KBM selesai, mereka segera
menemui Lana yang sedang duduk di depan lapangan basket.
“Lana, kami tahu
kau berbohong!” kata Steven “Kami tahu kau pura-pura lupa agar kami bisa
bingung dengan cerita yang lain, tapi sebenarnya kami tidak bingung, tak ada
versi apapun sama sekali.”
“Sudah kubilang
aku lupa sebagian dari cerita itu, aku benar-benar marah saat aku melihat
Ringgo selingkuh dariku, dia selingkuh dengan Listi.” ucap Lana.
“Lana, apa
Ringgo tahu bahwa kau melihat dirinya berselingkuh dengan Listi? Apakah kau
marah-marah pada Ringgo?” tanya Greg.
“Aku hanya
melihatnya, itu saja, lalu Laras memanggil kami semua untuk mengadakan rapat.
Kami duduk di sofa dan mulai ketakutan saat kami mendapat surat ancaman, Listi
tetap tidak mau agar kami mengaku kepada polisi. Kami mengadakan voting untuk menentukan apa kita harus
mengaku atau tidak. Ringgo dan aku setuju, Laras dan Hiru tidak, Listi yang
jadi tiebreaker-nya, dia menjawab
tidak. Meski mayoritas menjawab tidak, Ringgo tetap bersikukuh agar mengubah
pikiran mereka dan mengaku pada polisi. Dan, malamnya, dia selingkuh dariku,
dia berciuman dengan Listi.”
Greg menjawab
“Kau melihatnya dan kau tak memarahinya?”
“Aku berencana
untuk putus dengannya, tapi dia menemuiku dan berkata ‘semuanya akan baik-baik
saja, Lana’, dia pun menciumku, saat itu, aku melihat ada yang memanggilku dari
belakang, saat aku berbalik, aku merasa ada arwah, dia mungkin berusaha untuk memperingatkanku.
Hiru juga mengaku bahwa ia merasakan hal yang sama, mungkin…, oh, temanku
memanggilku, aku harus pergi.” Lana pun pergi masuk ke kelasnya.
Steven berbicara
pada Greg sambil berjalan mengelilingi selasar sekolah “Tiga orang menjawab
‘tidak’, dua orang menjawab ‘ya’, tapi Ringgo bersikukuh sekali menurut Lana.”
“Lalu Ringgo
berselingkuh dengan Listi hanya untuk meminta agar menjawab ya, pasti takkan
mungkin dengan cara seperti itu.” ucap Greg.
Kedua pemuda itu
melihat dua orang polisi menemui satpam di depan sekolah tersebut, mereka
mendengar bahwa ada yang tidak beres pada Lana, mereka pun bertanya pada polisi
apa yang terjadi.
Kedua polisi
tersebut mengatakan bahwa sidik jari milik Lana Galang tidak cocok dengan sidik
jari yang ada di SIM-nya, kedua sampel sidik jari tersebut benar-benar terlihat
berbeda seperti yang diperlihatkan polisi. Greg berpikir bahwa kedua sidik jari
itu tampak sama, tapi Steven setuju dengan polisi.
Greg memutuskan
untuk menemui Hiru, sementara Steven akan kembali menemui Lana, mereka
tampaknya tahu apa yang menyebabkan kematian Ringgo dan Listi serta mengapa
arwah itu dirasakan oleh mereka berdua.
Greg mulai
melangkah melewati selasar sekolah, ia mencari Hiru, dari ruangan kelas, sampai
laboratorium kimia, di mana ia memandang Hiru yang menyelesaikan praktikum
kimia bersama teman-teman sekelasnya dari luar. Greg memanggil Hiru dan
mengatakan bahwa ia ingin bicara padanya. Hiru pun menemuinya.
“Kali ini apa
lagi? Kau tak bisa berhenti ya?” tanya Hiru.
“Aku tahu kau
merasakan ada arwah, apa yang kau lakukan setelah itu? Kau memanggilnya, bukan?
Hiru, aku tahu kau merencanakan sesuatu bersama Listi sebelum kematiannya
bersama Ringgo, mereka tidak dibunuh di kuburan, ‘kan? Aku ingin kau menjawab
semua pertanyaanku, tapi apa kau tak bisa menjawab?!” tanya Greg.
“Ringgo salah
paham, padahal aku benar-benar takut jika kami mengaku pada polisi, kami akan
dipenjara dan…”
“Jika kau
mengaku pada masa lalu, kau pasti akan dipenjara! Pasti!”
“Tapi yang
menyetir itu Ringgo, dia yang menabrak pria itu hingga tewas! Arwah yang
kutemui bersama Listi itu sebenarnya adalah arwah pria itu. Tampaknya arwah itu
ingin membunuh kami, tapi kami paham bahwa arwah itu hanya mengincar Ringgo.
Tamat bagiku, begitu saja, permisi, tapi aku harus pulang.”
Greg berteriak
menghentikan Hiru “Lalu kau membunuhnya? Dengan mengandalkan kekuatan arwah itu
hanya untuk menakut-nakuti mereka?”
Hiru merasa
kaget dengan perkataan Greg, ia berusaha membantah hal tersebut, tapi
sepertinya Greg sudah tahu bahwa ia tak bisa apa-apa lagi.
Steven masuk ke
sebuah ruangan kelas, di mana Lana sedang berkumpul dengan teman-temannya yang
merupakan cheerleader.
Steven memuji
Lana “Sepertinya kau cukup populer karena kau ini adalah cheerleader, kau juga punya teman-teman yang cukup cantik dan
menarik. Tapi apa kau bisa mempertahankan popularitasmu ‘kan, Lana Galang? Atau harus kupanggil kau Listi Lunor?”
Perkataan Steven
membuat kaget para cheerleader,
mereka curiga bahwa Lana yang mereka temui sekarang merupakan Listi.
Lana membantah
“Listi Lunor sudah mati, aku Lana Galang! Sekarang aku bisa menjalankan
kehidupan yang aku mau karena aku populer dibandingkan dulu! Aku bebas
melakukan apa saja! Aku bebas!”
“Tidak jika kau
mencuri identitas Lana Galang. Cheerleaders,
Lana Galang yang kalian temui sekarang bukanlah dirinya yang sekarang,
melainkan Listi Lunor. Lana Galang yang asli sebenarnya tewas terbunuh bersama
Ringgo.”
Semua cheerleader kaget bahwa Lana Galang yang
sekarang mereka temui merupakan Listi Lunor, mereka juga berpikir bahwa Listi
yang membunuh Lana demi balas dendam. Salah satu cheerleader menampar wajah Listi dan mengeluarkannya. Para cheerleader itu keluar dari ruangan
kelas, pada saat yang sama dua orang polisi terlihat melangkah melewati
selasar.
“Tidak! Jangan!
Jangan tangkap aku di sini! Aku bisa dipermalukan! Aku tak mau dipermalukan!
Aku tak mau kehilangan popularitasku! Tidak! Tidak!!”
“Listi, kau
sudah dipermalukan, sekarang ceritakan bagaimana kau membunuh mereka dengan
mengandalkan kekuatan arwah?”
Listi pun
bercerita bahwa sekitar dua menit sebelum kematian Ringgo dan Lana pada malam
hari, ia dan Hiru membuat kesepakatan dengan arwah bahwa mereka takkan dihantui
lagi dengan syarat untuk membantu membunuh Ringgo. Listi dan Hiru sepakat dan
mengambil pemukul kasti yang terbuat dari besi itu.
Ringgo dan Lana
tengah berciuman di depan rumah yang sekarang tampak sepi itu, mereka
memutuskan untuk melapor kepada polisi meski mayoritas menjawab tidak. Beberapa
saat kemudian, mereka melihat ada arwah yang mulai menakut-nakuti mereka.
Keduanya pun berteriak ketakutan, mereka pun berlari masuk ke dalam rumah.
Mereka sekali
lagi merasakan arwah di dalam rumah dan mereka sekali lagi berlari sambil
benar-benar ketakutan. Saat mereka tiba di dapur, tiba-tiba Ringgo dipukul dari
belakang dengan keras hingga terjatuh dan tewas.
“Ringgo!!
Tidak!!!” teriak Lana melihat banyak darah keluar dari kepala Ringgo, ia pun
melihat Listi dan Hiru yang memegang pemukul kasti, ia pun kaget bahwa mereka
berdua yang membunuh Ringgo.
“Lana, tenang,
kau takkan melapor ke polisi, kami ingin kau dan Ringgo pergi ke neraka.” kata
Hiru.
“Tenang saja,
kau tak akan merasa kematian sudah dekat, tapi ini akan sangat sakit sekali.”
ucap Listi, ia pun memukul wajah Lana hingga tewas dengan darah banyak keluar
dari wajahnya.
***
Listi dan Hiru
akhirnya ditangkap polisi bukan hanya terbukti terlibat pembunuhan Ringgo dan
Lana, tapi juga pencurian identitas Lana Galang oleh Listi, kedua tangan mereka
terlihat diborgol oleh polisi, lalu mereka dimasukkan ke dalam mobil polisi.
Steven dan Greg
berpikir bahwa Laras tidak akan sedih lagi karena pelaku pembunuhan yang
sebenarnya sudah ditangkap. Mereka juga menaiki sepeda motor mereka
masing-masing dan pergi meninggalkan SMA 8 Bandung serta berpisah menuju jalan
yang berbeda. Steven pulang ke rumahnya, sementara Greg harus siaran radio pada
malam hari di IBS Radio Bandung.
Saat Steven tiba
di rumah dan memarkirkan motornya di garasi, ia melihat Ben di depan pintu
rumah, ia menjelaskan bahwa undangan reuni SMA yang didatangi kedua orangtuanya
sudah didapatnya. Ia pun memperlihatkan undangan tersebut.
“Wow, berarti
kau harus ke hotel ini untuk menemukan ayahmu, jika tempat itu terakhir kali di
mana ayahmu berada.” ucap Ben.
“Kurasa tak
mungkin ayah masih tetap di situ, ayah pasti sudah pergi dari hotel itu, aku
yakin sekali! Mungkin ayah kembali berburu hantu dan menghilang agar aku tidak
khawatir seperti yang dikatakan ayah! Aku sangat khawatir sekali, kak! Sungguh!
Kenapa kakak terbunuh waktu itu?!”
“Oke, kakak mengacaukannya,
kakak tahu kakak akan terbunuh meski harus menghentikan si pembunuh itu!”
“Kakak
seharusnya jangan dekati pembunuh itu! Aku benar-benar kecewa kakak menjadi
hantu yang menghantuiku setiap saat!”
“Kau tahu
dibanding diriku!”
“Tapi kakak
benar-benar mengecewakanku! Jika kakak tak begini, dan jika ayah dan ibu tidak
menghilang, aku takkan hidup seperti ini!”
“Oke, kau ingin
salahkan kakak? Silahkan, lagipula, kakak yakin kau pasti takkan bisa menemukan
ayah dan ibu jika kau bersikap seperti
itu!” Setelah mengatakan kalimat tersebut, Ben pun menghilang. Steven pun
membuka kunci pintu rumahnya dengan kesal.
“Aku tahu kau
siapa.” ucap seorang pria dari belakang Steven.
Steven berbalik
dan memandang pria tersebut sambil kaget, ia berpikir pria itu tahu dari mana
identitas dirinya.
Comments
Post a Comment