Alpinloch: Another World Episode 22
The Imperishable Witches’ Hell Town IV
Mark,
Anna, Jason, dan Cooper terlempar akibat serangan sihir Goldblum yang
mendebarkan mata. Tubuh mereka mendarat di tanah akibat terkena serangan itu.
Goldblum
agaknya tidak ingin membiarkan mereka menyerangnya kembali, dia meluncurkan
serangan berbentuk kembang api kehitaman yang terlihat bagaikan roket. Sihir
kembang api hitam itu mengunci target-targetnya.
Cooper
secara cepat menangkisnya dengan pedang. Dia menjerit membiarkan serangan sihir
Goldblum mengenai pedangnya hingga harus merasakan rasa terbakar pada tubuhnya.
“Cooper!”
seru Jason.
“Jason,
kamu lindungi Anna.” Mark bangkit. “Aku akan bantu Cooper!”
“Baiklah!
Aku akan bantu dari jarak jauh! Anna, tetaplah di belakangku!” Jason mengambil
panah untuk menyerang Goldblum menggunakan busur.
“AH!”
jerit Cooper terdorong ketika tidak mampu menahan serangan Goldblum lebih lama
menggunakan pedangnya.
Dengan
cepat, Mark mulai berlari mengarah pada Goldblum yang mulai mengubah serangan
berbentuk beberapa cannon bercahaya
putih. Sihirnya meluncur mengarah pada Mark dan Cooper yang berlari menghindari
setiap sihir.
Cooper
dengan gesit menghindari setiap sihir cannon
milik Goldblum, tetapi Mark harus terdorong ketika terkena serangan itu dan
terjatuh karena ketangkasannya begitu kurang. Panah yang Jason tembakkan juga
harus rela terkena sihir cannon Goldblum.
Tidak
ingin ketinggalan, Gillies juga memunculkan serangan sihirnya. Dia lentangkan
tangan sambil berkata, “Tancapan berduri hitam!”
Gillies
munculkan garis panjang berduri hitam begitu banyak dari kedua telapak
tangannya, garis itu memang setajam mata pedang ketika mulai meluncur mengejar
Mark dan Cooper hingga melengserkan mereka ke tanah.
“Ah!”
jerit Cooper terjatuh ke tanah ketika dirinya terkena serangan berduri Gillies.
Beruntung, dia hanya sedikit terkena pada lengan kirinya. “Sialan!”
“Uh!”
jerit Mark ketika pinggang kanannya terkena serangan Gillies dan terjatuh ke
tanah, menjatuhkan pedangnya ketika rasa sakit menyerang. Pinggangnya tergores
hingga darah mulai membasahi sisi kanan kaosnya.
“Sialan!
Anna, menghindar!” jerit Jason ketika salah satu serangan Gillies mengarah pada
mereka berdua.
Dengan
cepat, Anna bergeser ke kanan seraya menghindari serangan tajam Gillies. Jason
sedikit terlambat bergeser menghindari serangan tersebut mengikuti Anna.
Sayangnya, lengan kiri Jason harus ikut terkena serangan tersebut hingga
menggores kulit mengeluarkan darah.
“Ah!”
jerit Jason seraya menahan rasa sakit.
“Jason!
Kamu tak apa?” ucap Anna tertegun menatap Jason yang terluka.
“Aku
baik-baik saja, Anna,” Jason meyakinkan Anna sebelum menyusun strategi.
“Cooper, Mark, kalian serang Goldblum! Akan kuserang gadis itu!”
“Mark!”
Anna tertegun ketika Mark masih terbaring.
“Sialan
….” Mark menyentuh pinggang kanannya sambil merangkak hanya menggunakan tangan
kanan mendekati pedangnya dan menahan sakit yang menusuk pikiran.
“Mudah
bagimu untuk berbicara!” jerit Cooper pada Jason.
“Masih
belum selesai!” jerit Gillies. “Badai es!”
Gillies
mengempaskan kedua tangan membuat sihir hujan es dari langit. Es berbentuk
bebatuan berjatuhan mengarah tepat menuju keempat targetnya sekaligus.
“Sialan!”
jerit Cooper ketika dia berlari tidak ingin memedulikan serangan badai es
Gillies, baginya, target utamanya adalah Goldblum.
“Cooper!”
jerit Jason memperingatkan. “Jangan gegabah!”
“Ah!
Ah!” jerit Mark ketika kepalanya terkena sihir hujan es Gillies berkali-kali,
menambah rasa sakit yang dia terima dan membuatnya tidak mampu merangkak
mengambil pedangnya.
“Terima
ini!” jerit Cooper melompat ketika mendekati Goldblum sambil mengayunkan
pedangnya.
“Segitu
saja yang kamu punya?” ucap Goldblum bergeser dengan cepat seraya meluncurkan cannon cahaya putih pada Cooper.
“AAAH!”
jerit Cooper terlempar menuju tanah oleh cannon
cahaya putih milik Goldblum. Badannya kembali tertabrak rasa sakit akibat
serangan itu.
“Kalian
pikir kalian siapa?” sindir Goldblum. “Kalian hanyalah gerombolan penyusup yang
bukan apa-apa. Kalian memang sedang menghadapi diriku yang lebih kuat, pemimpin
kota Oakwood! Gilles, hukum mati penyihir berambut pink itu! Aku akan menghukum
mati mereka semua!”
“Baik,
Tuan Goldblum,” jawab Gillies sebelum berbalik menghadapi Justice yang masih
terbaring di atas kayu. “Ini saatnya.”
Gillies
menggerakkan kedua tangan ketika berjalan mendekati Justice seraya membuat
surat hukuman mati berupa mantra kematian padanya. Tetapi, baru saja dia
membaca mantra itu, ucapannya terpotong ketika sebuah panah mengenai tepat pada
punggungnya.
Ternyata,
panah itu mengeluarkan cairan ungu yang membasahi pakaiannya. Cairan itu
menyebabkan Gillies kehilangan kendali atas tubuhnya. Dirinya terhentak ke
tanah hingga lengan kirinya mendarat terlebih dahulu.
Tubuh
Gillies bergerak spontan tanpa kendali, terutama lengan dan kaki yang bergerak
secara acak. Goldblum tertegun ketika Gillies telah terkalahkan dengan cepat.
“Kenapa!”
jerit Goldblum ketika hujan es dari sihir Gillies terhenti. “Kenapa bisa
begitu?”
Jason
mengungkapkan, “Gillies memang lengah saat dia ingin menghukum mati Justice.
Lagipula, panah yang kutembakkan bukan panah biasa.”
“Ja-jadi,
itu … jangan-jangan panah beracun?”
“Kenapa
… tidak bilang kalau …,” ucap Cooper terbata-bata ketika berupaya untuk
berdiri.
“Kurang
ajar!” jerit Goldblum mengeluarkan beberapa gelembung cairan ungu mendidih
berterbangan dari kedua tangannya.
“Tiarap!”
jerit Jason menyuruh Cooper dan Anna menghindari kumpulan gelembung itu.
“Uh!
Kamu beli panah itu saat di pasar gua itu, kan?” jerit Cooper menubrukkan
tubuhnya di tanah menghindari gelembung itu.
“Ya,
harganya hanya 10 permata satunya!” jawab Jason.
“Ini
belum selesai!” jerit Goldblum seraya mengepalkan kedua tangan menyebabkan
seluruh gelembung ungu yang berterbangan meledak mengeluarkan hujan beracun.
“AH!”
jerit Anna menatap beberapa cairan yang bagaikan hujan mengarah pada dirinya
dan Jason.
“Dapat!”
ucap Mark ketika gagang pedangnya dia berhasil genggam menggunakan tangan
kanan. Tetapi, pandangannya teralihkan pada hujan cairan ungu ketika dia akan
bangkit. “Oh tidak!”
“Itu
cairan beracun!” jerit Cooper sambil menutup mata tidak dapat menahan diri
untuk melihat semua rekannya terkena cairan ungu tersebut.
Sebuah
sihir api meluncur lurus membentuk tembok horizontal di langit, membakar habis
seluruh cairan ungu hingga menghilang seketika. Goldblum tertegun ketika
melihat serangan sihir api tiba-tiba itu.
Jason
dan Anna juga berbalik ketika sihir api itu menghilang menandakan serangan
telah selesai. Griffin dan G telah tiba untuk membantu mereka demi
menyelamatkan Justice.
“Akhirnya!”
seru Griffin.
Cooper
protes ketika dia kembali bangkit, “Bukannya kalian sedang melawan anak buah
pimpinan kota Oakwood?”
“Sebenarnya,
hanya tinggal sedikit, jadi masuk akal kalau kita datang kemari untuk membantu
kalian. Dan … sebenarnya, kekuatan kerja sama rakyat Oakwood yang memberontak
di luar dugaan,” respon G.
Cooper
kembali bangkit ketika Goldblum berada tidak jauh di depannya sambil mengenggam
pedang. “Ini saatnya!” Seketika, dia kembali berlari sambil mengumpulkan tenaga
pada genggaman pedangnya, bersiap untuk mengayun.
“Takkan
kubiarkan!” jerit Goldblum kembali mengayunkan kedua tangan kembali meggunakan
sihirnya. “Pohon petir merah!”
Sebuah
pohon bercabang begitu banyak berwarna merah muncul dari kedua tangan Goldblum
yang menghadap ke langit. Dengan cepat pohon itu membelah diri dan menjadi
sebuah tembakan bagaikan dahan-dahan berterbangan.
“Uwaa!”
jerit Cooper kembali tiarap ke tanah samping kanan demi menghindari serangan
itu.
“AAAAAH!”
jerit Mark terlempar ketika terkena beberapa tembakan sihir petir merah
Goldblum. Padahal dia sudah bersusah payah berdiri dengan tangan kiri memegang
rasa sakit pinggang kanannya.
“Jadilah
pelindung!” seru Griffin memunculkan perisai berbentuk lingkaran besar demi
melindungi dirinya, G, Jason, dan Anna.
Tetapi
pelindung sihir Griffin juga tidak bertahan lama ketika terkena begitu banyak
tembakan sihir petir Goldblum. Mulai dari kedua kaki Griffin yang terdorong ke
belakang akibat beratnya serangan Goldblum hingga perisai itu menghilang
seketika, membuat mereka terlempar ke tanah.
“AAAAH!”
jerit Anna dan G jelas ketika terlempar dengan Jason dan Griffin.
“Sialan!”
jerit Mark kembali terbaring di tanah menatap Goldblum tetap menggunakan
sihirnya untuk menjatuhkan Cooper.
“Uh!”
jerit Cooper kembali bangkit perlahan hingga bergeser berusaha menghindari setiap
tembakan sihir Goldblum.
Meski
tembakan yang dia terima mengundang rasa sakit ketika terkena sedikit pun,
Cooper tetap melaju tanpa peduli bagaimana rasa sakit yang melanda mulai dari
lengannya. Dia menahan dengan jeritan sambil menghadapi Goldblum dan
mengayunkan pedangnya.
“HAAAAAA!”
jerit Cooper.
“Ba-bagaimana
bisa? Seharusnya … kamu tumbang akibat sihirku!” jerit Goldblum ketika Cooper
hampir mendekatinya.
“Ini
bukan … seberapa …,” balas Cooper mengambil ancang-ancang.
“Tidak!
Aku pemimpin Oakwood! Aku yang lebih kuat! Kalian penyusup pantas untuk …. Ah!”
Cooper
mendekatkan mata pedangnya tepat pada leher Goldblum sebagai target. Ketika
target telah terkunci, dia dengan cepat menyayat leher pemimpin Oakwood yang
tidak berkutik itu.
Darah
pun bercipratan dari leher Goldblum akibat sayatan pedang Cooper. Pemimpin
Oakwood itu akhirnya sudah tidak berkutik bereaksi terhadap serangan Cooper.
Dia akhirnya tumbang ke tanah akibat kehilangan keseimbangan dan kesadaran.
Cooper
pun akhirnya ikut tumbang ketika dia menjatuhkan pedang ke tanah akibat
kehilangan begitu banyak tenaga. Rasa sakit yang dia dapatkan akibat serangan
Goldblum juga berkontribusi terhadap pengurasan tenaga.
“Coo-Cooper!”
jerit Jason ketika bangkit sebelum berlari menemuinya.
“Mark!”
jerit Anna ikut bangkit untuk menemui Mark.
“Si-sial,”
ucap Griffin bangkit memasukkan tangan ke saku untuk mengambil sesuatu sambil
mengikuti langkah Anna.
“Ah
…. Sakit sekali!” ucap Mark sambil menahan pinggang kanannya yang tetap
menyimpan rasa sakit.
“Gunakan
ini!” seru Griffin berlutut menemui Anna. “Usapkan pada lukanya!”
Griffin
mengambil sebotol kecil sebuah cairan merah, sama persis ketika Yael
menyembuhkan Justice waktu di Sedona. Dia menyerahkan botol itu pada genggaman
Anna.
Anna
membuka penutup botol berbentuk gabus kecil dan menuangkan cairan merah itu
pada tangan kanannya. Dia usapkan cairan itu menuju luka pada pinggang kanan
Mark secara perlahan.
Griffin
dengan cepat kembali berlari menemui Cooper dan Jason sambil mengambil botol
yang sama. Dia berlutut seraya membuka botol itu dan menuangkan cairan pada
tangan kanannya sebelum mulai menyembuhkan Cooper.
“Justice!”
ucap Mark bangkit tanpa memedulikan apakah lukanya telah tertutup oleh cairan
merah yang Anna usapkan.
“Mark!”
panggil Anna.
Mark
menemui Justice yang masih terbaring di atas kayu masih terikat oleh tali di
dekat Gillies. “Justice! Akhirnya!” Dia melepas ikatan tali itu menggunakan mata
pedangnya.
Justice
tetap menundukkan kepala. “Aku … aku … aku telah melanggar aturan terberat kota
ini, kota kelahiranku. Seharusnya aku tetap tinggal, seharusnya aku tidak
mengetahui rahasia itu. Kalau aku tidak mengetahui begitu banyak, aku … aku …
semua ini takkan terjadi.”
“Justice,”
ucap Mark.
“Kenapa?
Kenapa kamu tidak menceritakannya dari awal?” Jason mengambil langkah untuk
menemui Justice. “Saat kita bertemu, kamu bisa saja memberitahu kami kalau …
kamu memang melarikan diri dari kota ini.”
“Tidak!
Aku tidak bisa!” jerit Justice. “Aku terlalu takut sampai-sampai aku harus
menyembunyikannya! Aku tidak ingin kalian khawatir padaku! Kalian sudah punya
masalah tentang kerajaan Alpinloch!” Justice menggeleng sambil mengeluarkan air
matanya. “Aku … ketakutan … setelah menyaksikan orangtuaku dihukum mati
Goldblum setelah mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Aku … aku … aku seharusnya
melarikan diri dan tidak pernah kembali lagi.”
“Justice,
semuanya sudah selesai, untuk sekarang. Goldblum sudah kami kalahkan,” jawab
Mark. “Kamu tidak perlu khawatir lagi, banyak rakyat yang juga melawan kekuasaan
Goldblum yang kejam dan tidak manusiawi.”
“Justice.”
Jason berlutut. “Sekarang kota ini bebas dari segala kekejaman yang ada, untuk
sekarang. Sekarang, kamu bisa melanjutkan petualangan bersama kami demi
menyelamatkan kerajaan Alpinloch. Kita akan saling melindungi. Untuk sekarang,
kita kembali ke kerajaan Haven.”
“Benar!”
seru G. “Pangeran Holland sudah menunggu, ini masih tengah malam, kan?”
“Ah!”
seru Cooper bangkit. “Kalau kita tiba di istana untuk menemui Pangeran Holland fajar
nanti, nanti kita langsung tidur, beristirahat. Aku hanya ingin semua masalah
ini berakhir.”
“Baiklah.”
Mark bangkit menatap yang lain. “Mari kita kembali ke kerajaan Haven.”
“Benar!”
tambah Anna. “Bukan hanya Pangeran Holland, tapi Pengawal Britt juga sudah
menunggu kita sejak lama.”
“Tadi
itu … menakutkan sekali!” jerit Justice tidak dapat menahan tangisan dan keinginan
untuk memeluk Mark.
“Whoa!
Justice!” jerit Mark ketika dada Justice mendarat pada perut Mark.
***
Suara
terompet menandakan bahwa proses kudeta pemimpin Oakwood telah selesai, meski
korban berjatuhan, pihak petinggi kota akhirnya memutuskan untuk mundur begitu
mendengar kabar kematian Goldblum dan Gillies. Kabar itu tersebar dengan cepat semenjak
Mark dan yang lainnya telah kembali ke alun-alun kota.
Rakyat
Oakwood pun akhirnya dapat kembali merasakan suka cita yang terpendam sejak
lama. Mereka tidak pernah begitu sebahagia ini, wajah mereka pun berseri-seri
menyambut keruntuhan kekuasaan Goldblum, mereka telah bebas dari segala aturan
ketat dari kekuasaannya, meski beberapa bangunan kota telah hancur entah
terbakar atau menjadi reruntuhan akibat perang kudeta.
Anna
pun mengulum senyuman manis menatap sebagian besar rakyat Oakwood berterima
kasih pada teman-temannya telah membantu
mereka menyingkirkan kekuasaan Goldblum. Tetapi, dia juga berpesan agar Oakwood
dapat memilih pemimpin yang lebih baik dan adil serta dapat terpercaya dalam
kekuasaan.
Mark
dan teman-temannya akhirnya pamit pada seluruh rakyat Oakwood karena masih ada
urusan yang harus mereka kerjakan menuju kerajaan Haven. Seluruh rakyat Oakwood
dengan senang hati melambaikan tangan dan bersahut pamit berterima kasih.
Mark
dan teman-temannya akhirnya meninggalkan Oakwood, kini mereka kembali melewati
hutan tanpa penerangan apapun. Pepohonan yang begitu tinggi menunjukkan suasana
kegelapan hitam di balik tengah malam.
Cooper
memberitahu mereka, “Aku tidak yakin apakah Oakwood akan berubah atau sama saja
seperti dulu. Goldblum, aku tidak menyangka pemimpin Oakwood akan sekejam itu.
G
mengingatkan, “Kamu juga seperti itu pada Anna, akibatnya kamu harus ikut
begini.”
“Kamu!”
bantah Cooper. “Enak saja! Aku hanya belum mengetahui apa yang sebenarnya
terjadi!”
“Kita
harus kembali ke kerajaan Haven sebelum fajar. Pangeran Holland sudah menunggu
kita,” Jason mengingatkan. “Sebaiknya kita percepat langkah.”
“Lebih
cepat, lebih cepat lagi kita menyelamatkan kerajaan Alpinloch,” tambah Mark memimpin
mereka melangkah.
“Aku
lelah sekali …,” ucap Justice hingga menguap.
“Sama.
Kenapa tidak istirahat dulu saja di sana?” tutur G seraya berlutut.
“Tidak
ada waktu. Kita harus cepat kembali menemui Pangeran Holland!” bantah Griffin. “Dan
… G, jangan pernah membuang permatamu lagi hanya untuk barang-barang tidak
penting.”
“Hah?
Tidak penting apanya? Itu penting bagi wanita sepertiku!” G mulai berargumen
keras.
“Sialan,
bisa kalian tidak bertengkar!” jerit Cooper.
“Berhenti!”
jerit seseorang yang melompat dari sisi kanan semak-semak untuk menghentikan
mereka.
Cooper
terhentak ketika mereka menghentikan langkah, kaget dengan kedatangan tamu tak diundang
di hadapan mereka. Dia dengan cepat mengenggam pedang seraya siap bertarung.
Jason juga tidak kalah, dia mengenggam busurnya dan mengambil salah satu panah
bersiap untuk menembak. Mark yang juga tercengang bereaksi mengenggam
pedangnya, meski refleksnya lebih lambat daripada Cooper.
“Siapa
kamu!” jerit Cooper.
“Ayolah!
Kenapa harus ada halangan lagi!” jerit G tidak sabaran.
“Dengar,
aku tidak ingin mencari masalah,” ucap orang itu sebelum cahaya dari sinar
bulan terpancar seraya menunjukkan wajahnya.
Anna
tertegun menggelengkan kepala sambil menyentuh mulutnya, tidak percaya bahwa
seseorang yang dia kenal sejak lama telah berada di hadapan mereka. “Ti-tidak mungkin!”
“Apa?”
ucap Mark melemaskan genggaman pada pedangnya.
“Putri
Anna. Mark,” pria berjenggot coklat dengan seragam zirah sama dengan ksatria
kerajaan yang tampak tidak asing itu memanggil.
“A-Ashmore?”
panggil Mark tertegun.
Comments
Post a Comment