Alpinloch: Another World Episode 23
The Truth About the Princess’ Secret Power I
“A-Ashmore?
Kenapa kamu ada di sini? Bukankah terakhir kali kamu melindungi aku dan Mark
dengan menarik perhatian Oberon dan ksatria kerajaan Alpinloch yang
mengejarku?” Anna tertegun ketika menatap Ashmore menemui mereka ketika telah
meninggalkan Oakwood.
Jason
menunjuk Ashmore sambil bertanya, “Mark, Anna, jadi … ini yang namanya Ashmore?
Yang pernah kalian ceritakan padaku sebelum kita bertualang?”
“Dia
memang pengawal setiaku, semuanya. Dia adalah orang yang paling bisa kupercaya
semenjak Ibu menyuruhku untuk melarikan diri dari kerajaan. Dia adalah pengawal
setia Raja Thais.”
“Pe-pengawal
setia Raja Thais?” ulang G heran. “Jadi dia itu juga pengawal sang Ratu dan
juga dirimu, ya, Anna?”
Mark
mengangkat tangan kanan pada Ashmore. “Ashmore, darimana … darimana kamu tahu
kami berdua ada di sini? Aku benar-benar kebingungan setelah melihatmu
mengorbankan diri agar kami berdua bisa lari ke Springmaple.”
“Beruntung,
aku bisa lolos dari kejaran Oberon dan ksatria-ksatria kejinya,” Ashmore mulai
bercerita, “Saat kalian melarikan diri menuju Springmaple, beruntung, aku dapat
bersembunyi ketika aku mengalahkan beberapa para ksatria kerajaan Alpinloch.”
“Aku
tidak mengerti,” ucap Justice.
“Hei,
buktikan kalau kamu tidak ikut-ikutan membela Raja Lucius!” Cooper mulai
menggenggam pedangnya dengan erat.
“Cooper,
tidak apa, dia pengawal setiaku. Seperti yang kubilang sebelumnya!” lanjut
Anna.
“Semuanya,
kalian sedang dalam bahaya. Kerajaan Alpinloch sedang mengejar kalian. Mereka
tahu kalian singgah di Verona hingga sore!” ucap Ashmore.
“Ah!
Paling tidak kita habis menyelamatkan walikota Ellie yang diculik mereka,” ucap
Cooper.
“Darimana
kamu tahu kalau kerajaan Alpinloch sedang mengejar kami?” tanya Griffin.
“Nanti
kuceritakan saat kita keluar dari hutan gelap ini, lagipula, ini tengah malam.
Seharusnya kalian memang berada di sebuah kota!” Ashmore memulai langkah.
“Kami
baru saja menyelamatkan Justice, teman kami, dari Oakwood,” jawab Mark ketika
dia dan teman-temannya mulai mengikuti Ashmore melewati hutan gelap.
***
Keadaan
Verona pada tengah malam tidak merusak keindahan kota, melainkan beberapa
cahaya yang tersebar dari setiap lampu pijar terpasang pada masing-masing rumah
atau bangunan turut menambah nilai kecantikan kota meski beberapa jenis bunga
tampak layu.
Britt,
Yael, dan ksatria kerajaan Haven telah mencari informasi dari setiap penjaga
kota yang sedang bertugas. Mereka mengetahui bahwa walikota Ellie tengah
beristirahat pada tengah malam sehabis penculikannya. Setiap penjaga yang
berhubungan dekat dengan walikota Ellie pun sempat mengira bahwa Mark, Anna,
dan yang lainnya telah kembali ke kerajaan Haven.
“Aneh
sekali,” ucap Britt. “Padahal tadi mereka kemari, seharusnya mereka sudah tiba
saat malam tadi.”
“Jadi,
Pangeran Holland mengirim mereka tujuannya agar mendapat dukungan dari Verona,
lalu seharusnya mereka kembali secepatnya begitu mendapat persetujuan dari
mereka. Begitu?” ucap Yael.
“Mungkinkah
… jangan-jangan, ksatria kerajaan Alpinloch telah mengetahui misi mereka.
Apakah mereka memang tertangkap?”
“Hah?
Jadi … sebelum mereka ke Verona, memangnya ksatria kerajaan Alpinloch memblokir
jalan utama dari kerajaan Haven maksudmu? Pengawal Britt, kenapa Anda dan
Pangeran Holland memberi misi berbahaya kalau memang mengetahui risikonya!
Kenapa?”
“Pangeran
Holland hanya ingin mempercepat rencana resistensi terhadap kerajaan Alpinloch
secepatnya. Kota Verona merupakan kunci utama dalam strateginya. Kota ini juga berada
cukup dekat dengan gunung perbatasan kerajaan Alpinloch. Jadi … akan mudah
kalau Verona memberi dukungan pada rencana kami.”
“Apakah
kalian sudah mendapat dukungan dari kota lain, misalnya Sedona, kampung
halamanku? Soalnya, Sedona juga pernah dijaga oleh ksatria kerajaan Alpinloch
sebelum mereka pergi begitu mendengar kabar kematian Raja Thais.”
“Kami
telah menempatkan beberapa mata-mata yang bertugas di sana sejak kabar kematian
Raja Thais dari Alpinloch. Inilah yang Pangeran Holland takutkan, kalau Raja
Lucius mengambil alih takhtanya, rencananya untuk menyatukan kekuasaan dunia
ini.”
“Lebih
tepatnya dia akan menyalahgunakan kekuasaannya,” ucap seorang pemuda yang telah
berdiri di depan Yael.
Yael
tercengang ketika mendengar suara pemuda asing yang berdiri di belakangnya. Dia
berbalik menatap pria itu sambil memundurkan langkah. Saking kagetnya, dia
sampai tersandung ke tanah.
Pria
itu merupakan seorang pria yang sama persis ketika dia bertemu Mark di pasar
gua. Topeng singa putihnya yang menutupi wajah demi mengamankan identitas cukup
membuat Yael tertegun, mengira bahwa pria itu akan menyerangnya.
“Si-siapa
kamu?” ucap Yael.
“Yael,
maafkan aku. Kamu cukup kaget melihat salah satu mata-mata kami,” jawab Britt.
“Mata-mata?”
ucap Yael berdiri menatap pria itu.
“Benar.
Namaku Nase,” sapa pria itu sambil berlutut pada Britt. “Pengawal Britt, apa
yang membawa Anda kemari?”
“Nase,”
panggil Britt ketika Nase berdiri. “Maaf telah menganggu istirahatmu malam ini,
tapi para utusan kami yang telah ke Verona siang ini belum kembali juga.”
“Pengawal
Britt, maksud Anda … mereka yang bersama Putri Anna itu?”
“Benar,
tidak salah lagi. Apa Anda melihat mereka?”
Nase
mulai bercerita, “Yang Mulia, sebenarnya saya melihat Putri Anna dan
teman-temannya sedang berbelanja saat siang tadi di pasar gua. Aku juga
mengingatkan seorang pemuda yang merupakan salah satu teman Putri Anna agar
segera keluar dari kota ini. Kota ini memang sedang dalam pengawasan kerajaan
Alpinloch, terutama Raja Lucius.
“Tapi
… saat sore hari, mereka sempat berdiskusi sebelum benar-benar meninggalkan kota
ini. Dari situ saya menyadari, hanya kurang satu orang, seorang penyihir dari
Oakwood, kota penyihir yang berbahaya bagi setiap orang asing.”
“Oakwood?
Jadi mereka pergi ke Oakwood? Untuk menyelamatkan … Justice?” ucap Britt.
“Oakwood?
Memang kenapa kota itu disebut berbahaya? Yang kudengar Oakwood itu kota yang
penuh dengan penyihir.,” balas Yael.
“Tidakkah
kamu tahu bagaimana Pangeran Holland bereaksi terhadap Justice yang berkata
kalau dia berasal dari Oakwood?” Britt mengingatkan.
Yael
menggeleng. “Tentu saja tidak.”
“Pengawal
Britt!” sahut salah satu ksatria kerajaan Haven yang berdatangan. “Ini gawat!
Ksatria kerajaan Alpinloch! Mereka datang!”
“Tengah
malam begini?” Britt sampai harus mengangkat alis.
“Kurasa
mereka sedang mencari Putri Anna di sekitar sini!”
“Ya
sudah. Kalau begitu, kita berpencar. Aku, Yael, dan Nase akan mengarah ke
Oakwood untuk mencari Putri Anna, kalian halangi ksatria kerajaan Alpinloch!”
“Ta-tapi
….”
“Jangan
banyak omong!”
“Siap,
Yang Mulia!” seru salah satu ksatria kerajaan Haven yang berlari menuju
perbatasan kota.
“Bagaimana
… apakah dari Kerajaan Alpinloch ada beberapa jalan menuju hutan perbatasan
kota ini?” tanya Yael.
Britt
menjawab sambil menyiapkan rapier-nya,
“Kurasa mereka datang dari barat daya kota, atau mungkin saja mereka berpencar
dari arah tenggara langsung menuju Oakwood. Siapkan senjata kalian, kita akan
ke Oakwood untuk menyelamatkan Putri Anna dan yang lainnya!”
***
Mark
dan seluruh rekannya termasuk Ashmore kini melanjutkan langkah menuju kerajaan
Haven melewati gelapnya hutan pada tengah malam. Suara burung hantu yang bersantai
di beberapa pohon turut menemani mereka mengurangi kesuraman layunya tanaman
pada malam hari.
Angin
malam turut berembus menghasilkan udara dingin menuju tubuh. Meski udara dingin
seketika menghilangkan keringat pada tubuh, tenaga tetap harus terkuras,
apalagi mereka sama sekali belum tidur. Mereka hanya meneruskan langkah tanpa
perlu beristirahat semenjak pergi untuk menyelamatkan Justice.
“Huh,
apa kalian tidak capek begini? Ini sudah tengah malam. Memang seharusnya kita beristirahat
sejenak sebelum kembali ke kerajaan Haven,” ucap G seraya berlutut menahan
lelah.
“Benar,
aku juga lapar …. Rasa takutku waktu hukuman mati membuatku benar-benar lapar,”
Justice juga ikut berlutut di dekat G.
Griffin
menghentikan langkah berbalik menatap kedua penyihir wanita itu, “Hah? Memang
seharusnya kita berada di kerajaan Haven, tidur dan menikmati istirahat pada …
tengah malam begini!”
“Baiklah.
Kita beristirahat dulu sejenak,” ucap Ashmore.
“Hah?”
ucap Cooper. “Memangnya bisa-bisa santai selagi kita terburu-buru ke kerajaan
Haven. Pangeran Holland sudah menunggu kita dari kemarin!”
“Ya,
sebaiknya kita memang beristirahat. Kasihan yang lain dari tadi ke Verona,
terus ke Oakwood, dan kita harus kembali ke kerajaan Haven untuk sekarang,” sanggah
Jason.
“Dia
benar,” Ashmore setuju. “Kita istirahat dulu sejenak. Dan … Mark,”
“Apa?”
jawab Mark.
“Bisakah
aku berbicara padamu sebentar, hanya berdua. Ini penting.”
“Ba-baik.”
Ashmore
akhirnya mengambil lokasi agar dia dapat berbicara dengan Mark di balik
semak-semak sebelah kiri tempat istirahat seluruh rekan yang telah terlibat.
Anna pun terdiam ketika menatap mereka berdua melangkah menuju semak-semak itu.
Jason
menepuk pundak Anna. “Kurasa mereka punya urusan yang belum sempat
diselesaikan. Jangan khawatir.”
“Bu-bukan
begitu, hanya saja—” Ucapan Anna terhenti ketika dirinya terserang sakit kepala
bagaikan terkena kejutan petir. “Ah!”
“Anna!”
ucap Jason ketika Anna mulai berlutut.
“Hei!
Ada apa? Anna kenapa lagi?” tanya Cooper angkuh. “Jangan bilang ini seperti
yang waktu itu.”
“Kepalaku
sakit. Ini … ini … tidak seperti yang … waktu itu, waktu kita berada di Sedona.
Sakit sekali …,” ucap Anna seraya menahan sakit. “Aku … aku … ini pusing
sekali.”
“Anna,
berbaringlah. Kamu akan baik-baik saja!” ucap Jason membantu membaringkan Anna
di atas tanah.
***
“Tunggu
dulu, Ashmore. Kenapa harus begitu jauh dari yang lain?” tanya Mark ketika
dirinya tiba di balik semak-semak dengan Ashmore.
“Mark,
apakah Anna pernah sakit kepala selagi kalian berpergian?” tanya Ashmore.
Mark
mengingat kembali berapa kali Anna telah pingsan selama perjalanan demi
menyelamatkan kerajaan Alpinloch. Yang paling bisa Mark ingat adalah dua
kejadian ketika Anna pingsan. Pertama, ketika tiba di Sedona, Anna berlutut tiba-tiba
bertingkah aneh sambil berharap semua orang dapat mempertahankan kedamaian.
Kedua, yang terjadi pada siang lalu, ketika dirinya dan teman-temannya berdebat
dengan Cooper agar bisa menyelamatkan walikota Ellie dari tangan ksatria
kerajaan Alpinloch.
Mark
kini menyadari apa hubungan kondisi Anna dan kekuatan tersembunyinya. Dia juga
teringat kembali ketika Ashmore berkata bahwa Anna memiliki kekuatan spesial,
sangat spesial.
Mark
sampai harus berpikir dua kali karena kekuatan tersembunyi Anna sama sekali
tidak pernah disebutkan dalam novel Alpinloch
Kingdom yang berakhir menggantung. Terlebih, Alpinloch Kingdom yang telah dia baca hanya berfokus tentang
petualangan Anna mencari jati diri sebagai sang putri kerajaan Alpinloch dengan
bimbingan dari Raja Thais.
Mark
juga pernah melihat Anna mengalami keluhan yang sama persis ketika berada di
kerajaan Haven selama seminggu sebagai murid tamu kehormatan School of Knight
and Magic. Seluruh benaknya memutar kilasan balik berdasarkan ingatannya.
“Mark?”
Ashmore membuyarkan lamunan Mark.
“Eh?
Iya. Anna sering seperti itu. Siang tadi, Anna pingsan saat kami berada di
Verona,” jawab Mark.
“Berarti
… kekuatannya. Sudah mau keluar. Kekuatannya sudah mau kembali terbuka dengan
sendirinya.”
“Terbuka
dengan sendirinya? Maksudmu?”
“Mark,
sebenarnya, dulu, Anna memiliki kekuatan spesial, dari saat dia masih gadis
kecil.”
Mark
tentu kebingungan ketika mendengar jawaban Ashmore bahwa Anna sebenarnya
memiliki kekuatan spesial yang telah disebut. Tidak ada adegan ketika Anna
masih gadis kecil pada awal jalan cerita Alpinloch
Kingdom sama sekali.
Mark
bergumam sendiri sambil memalingkan wajah, “Padahal tidak disebutkan apakah
Anna memiliki sebuah kekuatan dari saat dia kecil.”
“Kekuatan
Anna … begitu berbahaya jika dia tidak siap mengontrolnya. Tiba-tiba saja,
kekuatan itu keluar dan … membahayakan seluruh staf kerajaan. Entah kenapa,
Anna memiliki kekuatan itu. Beruntung, Anna … tidak pernah menginginkan
kekuatan itu, meski Raja Thais berkata berkali-kali kalau kekuatannya akan
berguna jika dia bisa mengontrolnya.
“Oleh
karena itu, Raja Thais meminta pada tabib kerajaan, Rona, agar mengunci
kekuatannya dan melupakan ingatannya tentang hal itu. Tetapi, Rona
memperingatkan Raja Thais kalau kekuatan Anna akan kembali aktif begitu dia
menginjak usia dewasa dengan tanda-tandanya berupa melemahnya tubuh dan sakit
kepala. Aku yang paling dekat oleh Raja Thais diberitahu agar mengatakan yang
sebenarnya begitu Anna menginjak usia dewasa. Tetapi, aku baru memberitahunya
saat kami berdua … melarikan diri dari kerajaan.”
“Anna
…,” Mark kembali merenung. “Jadi Raja Thais sengaja menghapus ingatannya
tentang kekuatan itu. Lalu kekuatannya tersegel hingga dia dewasa nanti?
Kenapa? Apa memang kekuatannya berbahaya? Kekuatannya seperti apa?”
“Aku
tidak tahu seperti apa kekuatannya yang pasti. Yang jelas, waspada saja kalau
kekuatannya benar-benar muncul.”
“Mark!”
panggil Jason menemui mereka berdua. “Anna! Dia … mendadak lemas!”
“Begitu,
sudah kuduga tengah malam begini—” respon Ashmore.
***
“Jadi
begitu, Anna memiliki kekuatan spesial yang tersegel sejak kecil. Pamtas saja
dia sering sekali seperti ini,” ucap Jason begitu menatap G, Griffin, dan
Justice duduk di atas tanah hanya dengan pepohonan mengelilingi.
“Kekuatan
macam apakah yang dimiliki putri kerajaan Alpinloch seperti dia?” ungkap Cooper
ketika menatap Anna sedang terbaring lemas sambil menutup mata. “Kenapa dia
tidak bilang dari awal?”
“Karena
Raja Thais telah menyegel kekuatannya, terlalu berbahaya jika Anna tidak bisa
mengontrol kekuatan itu. Rona, tabib kerajaan Alpinloch, pernah meramalkan
kalau kekuatan sang putri adalah penentu masa depan kerajaan,” tambah Ashmore.
Mark
menyentuh dagu dengan kedua jari. “Begitu. Pantas Raja Lucius mengincar Anna
sejak kematian Raja Thais.”
“Yang
paling penting.” Cooper mengepalkan kedua tangan. “Sebentar saja istirahatnya,
kita memang masih ada tugas, kan? Kembali ke kerajaan Haven dan melapor
semuanya pada Pangeran Holland. Aku ingin bebas dari hukuman dari Britt yang
brengek itu!”
“Tentu
saja, Pangeran Holland dan Pengawal Britt pasti khawatir sekali kita belum
kembali juga—” ucap Jason.
Ashmore
tertegun sampai harus memotong ucapan Jason karena da berbalik ke belakang
sambil mengayunkan pedangnya. Dia menggelengkan kepala ketika menyadari sesuatu
telah terjadi pada jalan lurus menuju jalan keluar dari hutan perbatasan antara
Verona dan Oakwood.
“Ashmore,
ada apa?” tanya Mark.
“Eh?”
ucap Griffin berdiri. “Ada apa?”
Ashmore
menghadap pada pepohonan lebat yang menjadi jalan keluar dari hutan perbatasan
Oakwood. “Aku tahu kamu telah tiba. Keluarlah kamu, Oberon.”
“O-Oberon?”
respon Mark tertegun.
“Mark,
kamu kenal dia?” tanya Jason.
“Uh!”
ucap Cooper sambil mempersiapkan pedangnya.
Oberon
pun akhirnya menampakkan diri dari tempat persembunyiannya dengan menghadap
Ashmore dan yang lainnya. Dia menggelengkan tangan sambil bertepuk tangan pada
Ashmore.
“Ashmore,
selamat. Tak kusangka kamu tahu keberadaanku. Kamu memang beruntung bukan hanya
saat kamu lolos dari kejaran kami,” ucap Oberon. “Sekarang, kamu tidak akan
lolos lagi. Begitu juga dengan Putri Anna. Kalian, bukan, kalian semua akan
dibawa menuju kerajaan Alpinloch. Biar Raja Lucius yang menyelesaikan semuanya.
Berhubung kalian semua sedang lelah tengah malam begini.”
“A-apa
maksudmu!” jerit Cooper.
“Mark,
apa kamu pernah berhadapan dengan orang brengsek seperti ini?” tanya Jason.
“Benar-benar picik. Dia memanfaatkan kelelahan kita semua.”
“Ah!
Itu siapa?” jerit Justice berdiri menunjuk Oberon.
“Kamu
benar juga, anak muda,” Oberon menjawab pertanyaan dan pernyataan Jason. “Aku
sempat bertemu dengan anak muda yang melarikan diri dengan Putri Anna itu,
selagi Ashmore menyerangku dan anggota pasukanku sendirian. Tapi, Ashmore
benar-benar picik, dia malah melarikan diri selagi kita sedang bertarung. Aku
tidak suka pengecut seperti itu.”
“Oberon,
kukatakan sekali lagi, aku akan tetap setia pada Putri Anna dan Raja Thais. Aku
takkan sudi patuh dengan Raja Lucius yang terlaknat itu. Raja Lucius memang
dari awal masa kejayaan Raja Thais sudah tidak bisa dipercaya lagi. Dia adalah
orang paling laknat di kerajaan!” Ashmore bersikukuh.
“Sudah
kuduga, sebagai pengawal setia Raja Thais dan Putri Anna, kamu akan berkata
seperti itu, Ashmore.” Oberon akhirnya menjentikkan jari begitu keras.
Seluruh
pasukan Oberon denga jumlah tidak sedikit, bahkan lebih banyak daripada seluruh
teman-teman Mark yang bertualang kembali menuju kerajaan Haven, akhirnya keluar
dari tempat persembunyian berupa pepohonan.
Seluruh
ksatria kerajaan Alpinloch berzirah besi perak akhirnya mempersiapkan diri
dengan mengenggam pedang, bersiap untuk bertempur sekali lagi. Oberon pun
tersenyum begitu menatap reaksi Jason, Cooper, dan Justice yang tertegun.
Griffin
bereaksi, “Me-mereka banyak sekali!”
G
berdiri meninggalkan Anna yang masih tergeletak lemas, “Tunggu! Apa ini sebuah
lelucon? Padahal kita sedang beristirahat, tapi … kenapa mereka menghadapi kita
semua saat penting begini!”
“Entahlah!
Lebih baik, persiapkan diri kalian untuk bertempur!” jerit Cooper.
“Tapi
aku masih lelah tahu!” keluh Justice.
“Benar,
kalian semua masih lelah, sangat terlihat. Itu menjadi keuntungan bagi kami.”
Oberon tersenyum sinis. “Keuntungan yang akan membantu kami menangkap kalian
semua, terutama karena telah membantu Putri Anna melarikan diri dari kerajaan.”
“Picik
sekali kamu!” jerit Jason mulai mengenggam busurnya.
“Oberon!”
gumam Mark ketika dia mulai mengenggam pedangnya.
“Baiklah,
kalian semua memang sudah siap, meski kalian takkan sekuat kami,” sindir Oberon
sebelum memberi perintah, “Serang mereka … dan tangkap Putri Anna!”
“Serang!!”
jerit mayoritas dari ksatria kerajaan Alpinloch yang mulai melaju mengayunkan
pedang menghadapi Mark dan teman-temannya.
“Baik!
Kalau itu maumu!” seru Ashmore mulai melaju terlebih dahulu sambil mengenggam
pedangnya.
Comments
Post a Comment