Alpinloch: Another World Episode 24
The Truth About the Princess’ Secret Power II
Oberon
dan seluruh anak buahnya, ksatria kerajaan Alpinloch, memiliki keuntungan lebih
ketika menghadapi Mark dan kawan-kawan. Mereka sama sekali tidak menunjukkan
mata panda, gerak tubuh lemas, dan tenaga mereka masih terbilang prima hanya
berdasarkan betapa semangat mereka untuk menyerang.
Satu
per satu ksatria kerajaan Alpinloch berlarian tepat menuju Mark dan kawan-kawan
yang sedang dalam keadaan merugikan, sama sekali belum beristirahat semenjak
mereka berada di Verona hingga menyelamatkan Justice di Oakwood.
Hanya
Ashmore yang mampu mengerahkan seluruh tenaga seperti biasa. Larinya kini
begitu cepat ketika berhadapan dengan seluruh ksatria kerajaan Alpinloch.
Pedangnya dia ayunkan untuk menebas beberapa ksatria berzirah yang
menghadapinya.
Lain
cerita bagi yang lain, terutama penyerang jarak jauh, Jason, Justice, G, dan
Griffin. Karena begitu lelah, otak mereka kini penuh beban berat, lebih berat,
apalagi mereka sudah menguras tenaga ketika bertarung melawan Goldblum di
Oakwood demi menyelamatkan Justice. Serangan ereka terpengaruh oleh kelelahan
yang mereka pendam.
Begitu
Jason bersiap menembakkan panah, kedua tangannya gemetar tidak ingin diam,
fokusnya juga seperti buram, menandakan dia sudah terlalu lelah untuk
bertarung, apalagi menembak panah. Meski dia menembak panah sekuat tenaga,
panahnya ternyata meleset dari target yang dia incar.
Begitu
juga dengan G, Griffin, dan Justice. Justice yang menggunakan sihir ledakan
apinya sama sekali tidak memperhitungkan jarak target. Karena kelelahannya,
sihir ledakan api akhirnya meledak hampir mengenai beberapa ksatria kerajaan
Alpinloch. G dan Griffin juga sama sekali tidak membantu, serangan sihir
embusan angin kencang mereka juga tidak sekuat yang mereka harapkan, malah
lebih buruk, kecepatan angin dari sihir mereka benar-benar lemah.
Tetapi,
hal itu agaknya belum berpengaruh banyak pada Cooper. Cooper mengikuti langkah
Ashmore sambil menebas setiap ksatria kerajaan Alpinloch yang mendekatinya.
Tetapi, pada saat yang sama, dia kurang peka terhadap sekitarnya, setiap
serangan pedang dia tangkis dengan respon lambat. Dia begitu terlambat
menajamkan fokus dan respon sambil menebas setiap serangan musuh-musuhnya.
Mark
hanya terdiam menatap Anna yang masih tergeletak lemas di tanah. Dia rela
mengajukan diri secara tidak langsung untuk melindungi Anna dari cengkraman
ksatria kerajaan Alpinloch, terutama Oberon.
Mark
mengeluarkan pedangnya dan menghadapkannya ke depan hanya untuk berjaga-jaga
jika situasi terburuk harus terjadi. Dia dan Anna berada di posisi terbelakang
formasi seluruh teman-temannya. Dia menatap Ashmore dan Cooper menangkis setiap
serangan ksatria kerajaan Alpinloch hanya dengan tebasan pedang tanpa perisai
sama sekali. Hal yang dia bisa lakukan adalah melindungi Anna.
Oberon
menggelengkan kepala sambil tertawa kecil di barisan terbelakang seluruh
ksatria bawahannya. “Begitu saja yang kalian punya?”
“Ah
…. Sialan, sihirku tidak mampu sampai. Mungkin aku telah kehabisan tenaga,”
keluh G.
“Lebih
parahnya, ledakan tak terdugaku sama sekali tidak kena tahu!” jerit Justice
panik.
“Sial,
tembakanku meleset semua,” ucap Jason menurunkan busurnya. “Kita harus tetap
menyerang jarak jauh dan tepat sasaran.”
“Kenapa
semua serangan kita meleset!” jerit Griffin.
“Ah!
Aku tidak bisa menahan pegal! Pegal sekali!” jerit Justice tidak tahan lagi
terhadap tubuhnya yang lelah.
Ashmore
dan Cooper benar-benar kewalahan begitu menghadapi setiap ksatria kerajaan
Alpinloch. Setiap tebasan pedang mereka tangkis, tetapi respon mereka relatif
lebih lambat, terutama Cooper yang harus kehabisan tenaga ketika menghadapi
setiap ksatria kerajaan Alpinloch.
“Bertahanlah!”
jerit Ashmore.
Satu
per satu ksatria kerajaan Alpinloch berjatuhan akibat tangkisan pedang Ashmore
dan Cooper. Tetapi, mereka menunjukkan respon terhadap serangan Ashmore dan
Cooper dengan menyerang dari segala sisi. Ashmore pun mampu menangkis dan
menebas baju zirah setiap ksatria itu.
Cooper
pun akhirnya mencapai batas kemampuan untuk menangkis serangan setiap ksatria kerajaan
Alpinloch. Tangan kanannya tidak dapat dipaksa untuk mengenggam erat pedang
lebih lama lagi, begitu juga dengan menangkis setiap serangan. Tangan Cooper
terasa ingin copot akibat menangkis terlalu banyak serangan.
“Uh!”
jerit Cooper berusaha sekuat tenaga untuk mengenggam erat pedangnya sambil
menangkis setiap tebasan pedang.
“HA!”
jerit Ashmore menumbangkan beberapa ksatria kerajaan Alpinloch sekaligus ke
tanah hanya sekali tebasan.
“Sial
…,” ucap Oberon begitu dia menatap bawahannya hanya tinggal berjumlah 10 orang
yang masih terjaga dan sama sekali tidak tumbang menghadapi Ashmore dan Cooper.
“Ah!”
jerit Cooper mendadak tumbang karena kelelahan telah mendominasi tubuhnya.
“Cooper!”
jerit Jason.
“Cooper,
tidak!” ucap Mark ketika Cooper menjatuhkan pedangnya ke tanah dekat beberapa
ksatria yang telah tumbang.
“Ke-kenapa
… tubuhku …. Tidak! Aku belum capek!” Cooper berupaya untuk kembali berdiri.
“Serang!”
jerit tiga orang ksatria kerajaan Alpinloch yang berlari menghadapi Cooper.
“Tumbangkan dia!”
“Sial!”
Ashmore segera berbalik dan menebas ketiga ksatria yang menghadapi Cooper itu
hanya dengan sekali tebasan.
“Ah!”
jerit ketiga ksatria itu begitu tumbang.
“Jason,
jaga Anna. Aku akan bantu Ashmore dan Cooper!” perintah Mark.
“Kenapa!
Kenapa selalu meleset!” jerit G tidak dapat menerima setiap serangan sihirnya
gagal sesuai yang dia harapkan.
“Huh
… huh …,” Griffin menarik napas mencoba mengumpulkan kembali tenaga. “Sialan,
tenagaku … cukup terkuras setelah … menggunakan sihir.”
“Wah,
boleh juga, anak muda,” ucap Oberon menyiapkan pedangnya begitu menatap Mark
mulai melaju.
“Mark!”
seru Ashmore.
“Akan
kubantu!” jerit Mark menghadapi salah satu ksatria yang berlari menghadapnya.
“Ha!”
Mark
memulai serangan ayunan pedang pada ksatria itu. Tebasan pedangnya pun
tertangkis menimbulkan suara tajam pada telinga. Sama seperti Cooper, Mark
menangkis setiap serangan ksatia yang sedang dia hadapi meski tenaganya juga
kurang lebih sama dengan seluruh rekannya.
“Mark
…,” ucap Cooper.
“Cooper!”
seru Griffin melaju menemuinya. “Kamu tak apa?”
“Aku
… aku … tidak tahu,” jawab Cooper.
“Ha!”
jerit Ashmore berhasil menebas sisa dari para ksatria yang berdatangan
menghadapinya. Tebasan pedangnya mampu menumbangkan mereka ke tanah seraya
tidak tahan dengan rasa sakit pada luka.
“Oberon!”
jerit Ashmore ketika menyadari Oberon mengincar Mark yang masih berhadapan
dengan satu ksatria kerajaan Alpinloch. “Hadapi aku dulu!” Dia melaju sambil
mengenggam erat pedangnya.
“Sialan!
Ashmore!” jerit Oberon begitu menatap Ashmore mendatanginya.
Ashmore
dan Oberon kini saling menangkis serangan satu sama lain. Kali ini, mereka
mengerahkan seluruh tenaga dan kekuatan demi mengayunkan pedang, baik itu dalam
posisi menyerang atau bertahan. Jeritan mereka berdua terdengar begitu jelas
ketika kedua pengawal kerajaan Alpinloch itu saling adu pedang.
“Teganya
kamu mengkhianati Raja Lucius, Ashmore! Pantas saja kamu lebih menghormati
Thais! Kamu bahkan tidak rela Lucius mengambil alih kerajaan!” Oberon mulai
memprovokasi.
“Itu
karena Lucius tidak pantas untuk menjadi raja! Dia tidak memiliki kemampuan
khusus untuk menegakkan keadilan bagi seluruh rakyat kerajaannya sendiri! Kamu
lihat sendiri, bukan? Bagaimana Lucius menggunakan kekuasaannya! Dia ingin
memperlebar kekuasaannya pada seluruh pulau, apalagi seluruh dunia!”
“Itu
karena menurutnya akan lebih baik jika kerajaan Alpinloch menguasai seluruh
dunia, dimulai dari sini! Akan lebih praktis kalau seluruh pulau ini hanya
dikuasai satu orang, yaitu Raja Lucius seorang.”
“Itu
omong kosong!” Ashmore kembali mengayunkan pedangnya.
Oberon
terus menangkis serangan Ashmore sambil menjelaskan, “Itu karena Thais mempengaruhimu!
Thais memang terlalu baik menjadi seorang raja, makanya dia lemah dalam
kekuasaannya! Sangat lemah! Dia tidak melakukan apapun sama sekali untuk
memberi pengaruh pada kerajaan, Ashmore!
“Kenapa
tidak begini saja? Raja Lucius memberi kesempatan agar kerajaan Alpinloch dapat
berjaya kembali! Mulai dari menguasai semua kota di pulau ini, lalu … seluruh
dunia! Kamu tahu kenapa Putri Anna dia butuhkan? Kekuatannya adalah aset untuk
menguasai dunia! Itu karena Raja Lucius tahu apa yang Thais sembunyikan selama
ini!
“Akan
lebih leluasa kalau kerajaan Alpinloch memang ikut campur dengan kekuasaan
seluruh dunia, otomatis dia akan memberi bantuan pada semua kota yang ada di
pulau ini, bahkan kerajaan Haven sekalipun! Kerajaan Alpinloch akan membuat
kehidupan semua orang lebih baik!”
Ashmore
menantang, “Lantas, kenapa hampir semua orang, terutama di kerajaan Haven,
berani menentang kekuasaan Lucius! Kenapa! Lucius sejak awal tidak bisa
dipercaya sebagai seorang raja, benar-benar tidak bisa dipercaya!”
“Kamu
salah!” bentak Oberon sambil mengayunkan pedangnya.
“Itu
kebenarannya!” Ashmore berani menentang perkataan Oberon. “Ini bukan cara
kerajaan Alpinloch, apalagi Raja Thais, untuk menggunakan kekuasaannya!”
“Raja
Thais sudah mati!”
Justice
panik ketika menatap Mark sudah kewalahan berhadapan dengan salah satu ksatria
kerajaan Alpinloch. “Ah! Tidak! Apa yang harus kita lakukan? Apa yang harus
kita lakukan!”
“Mark!”
jerit Cooper yang duduk di samping Griffin.
Mark
benar-benar kehilangan seluruh tenaga akibat berhadapan dengan ksatria kerajaan
Alpinloch terakhir yang masih bertahan. Ayunan pedangnya semakin melemah dan
melambat ketika menangkis serangan ksatria itu.
Mark
pun akhirnya mencapai titik terendah ketika pedang birunya berhasil terlempar
akibat respon lambat serangan ksatria kerajaan Alpinloch itu. Dia memundurkan
langkah menatap pedang birunya jatuh di tanah tak jauh dari sebelah kanannya.
Tetapi,
Mark tahu dia tidak akan sempat mengambil pedangnya, ksatria kerajaan Alpinloch
terakhir itu kini mengayunkan pedangnya mengarah pada dada Mark. Mark hanya
terdiam tidak dapat bereaksi, tidak ada lagi yang dia bisa lakukan kecuali hanya
mengembuskan napas bersiap untuk menunggu surat kematiannya.
“Mark!”
jerit Ashmore ketika beralih dari menangkis serangan Oberon.
“Mark!”
jerit Jason.
Ashmore
pun akhirnya berlari menuju Mark dan mengayunkan pedangnya pada ksatria kerajaan
terakhir itu. Seketika dia berhasil menjatuhkan ksatria itu hanya dengan tebasan
pedang pada tubuh.
Ksatria
kerajaan itu seketika tumbang tidak dapat menahan rasa sakit pada perutnya yang
telah terkena tebasan pedang Ashmore, tubuhnya kini roboh ke tanah. Ancaman
pada Mark seketika hilang.
Tetapi,
Ashmore masih memiliki ancaman terbesar tepat di belakangnya, Oberon. Oberon mengayunkan
kencang pedangnya tepat menuju Ashmore yang masih membelakanginya.
Ashmore
terlambat bereaksi hanya dengan menatap ke belakang tanpa sempat mengayunkan
pedangnya. Lehernya menjadi korban tebasan pedang, mengeluarkan cipratan darah.
Dia terlambat bereaksi hingga tercengang bahwa lehernya telah tergores keras
oleh pedang Oberon.
“A-ah
…,” ucap Mark tercengang ketika Oberon berhasil menebas keras.
“Tidak!”
jerit Jason ketika menyaksikan Ashmore tumbang di dekat Mark akibat tebasan
pedang Oberon.
“Tidak
mungkin!” jerit Griffin.
“Rasakan
itu, kamu memang ceroboh, Ashmore,” ucap Oberon memundurkan langkah setelah tubuh
Ashmore mendarat di tanah.
“Ashmore!”
jerit Mark berlutut mendekati Ashmore.
“Ce-cepat
lari …,” ucap Ashmore perlahan.
Anna
langsung bangkit ketika menyadari bahwa Ashmore telah terbunuh oleh Oberon.
Seketika, tenaganya mendadak muncul membuatnya mampu untuk berdiri. Dia tidak
dapat menahan emosinya begitu menatap Ashmore sedang di ambang kematiannya.
“Ashmore?
Ashmore?” Anna tercengang ketika menatap darah menetes dari leher Ashmore
menuju tanah. “Tidak! Tidak! Ashmore!”
“Anna!”
Jason menahan kedua tangan Anna.
“Se-selamatkan
… An-Anna,” Ashmore mengucapkan kata-kata terakhirnya sebelum menutup mata dan
mengembuskan napas terakhir.
“Ashmore!
Ashmore!” jerit Mark menggoyangkan tubuh Ashmore yang sudah tidak dapat
bergerak lagi. “Tidak! Tidak!”
“Ke-kejam
…,” ucap G menundukkan kepala.
“Cih!”
ucap Cooper memalingkan wajah. “Makanya aku … tidak percaya pada kerajaan Alpinloch.”
Oberon
menghentikan waktu duka itu dengan menjentikkan kedua jari, memerintahkan
beberapa dari ksatria bawahannya kembali bangkit, meski telah terkena tebasan
pedang Ashmore.
Satu
per satu ksatria kerajaan Alpinloch yang masih mampu bangkit kini berdiri
menghadapi Mark dan kawan-kawannya. Mereka semua mempersiapkan diri sambil mengenggam
pedang bersiap kembali bertarung.
“Ti-tidak
mungkin,” ucap Griffin. “Padahal Ashmore ….”
“Tidak!”
ucap Justice.
“Itu
akibatnya kalau ceroboh, terutama berhadapan dengan kerajaan Alpinloch.” Oberon
memberi perintah pada bawahannya, “Tangkap mereka! Tangkap mereka semua!”
Mark
dan kawan-kawannya terdiam hanya menyaksikan beberapa ksatria kerajaan
Alpinloch memulai langkah untuk menangkap mereka semua. Tidak ada lagi yang
bisa mereka lakukan. Tenaga mereka telah terkuras habis akibat harus berhadapan
dengan Oberon dan para ksatria bawahannya.
“Ashmore
… ASHMORE!!” jerit Anna meledakkan tangisannya.
Begitu
tangisan Anna meledak hingga seperti berkeping-keping, sebuah bayangan hitam mendadak
muncul menutupi sekelilingnya. Bayangan itu secara cepat melayang menuju atas
langit, mengagetkan semua orang.
“A-Anna?”
ucap Mark tercengang ketika menatap kejadian itu.
“A-apa
ini?” jerit Oberon.
Jason
dan seluruh rekan Mark menjauh dari Anna saking kagetnya dengan munculnya sebuah
bayangan hitam pekat yang menutupi Anna. Mereka tidak tahu apa yang sedang
terjadi pada sang putri kerajaan Alpinloch itu.
“Ini
… apa?” ucap Justice panik. “Kenapa jadi begini!”
“Anna
… jadi ini—” Mark menggelengkan kepalanya.
“Tidak
mungkin! Kenapa! Kenapa!” jerit Oberon.
Bayangan
hitam pekat itu akhirnya melesat menuju langit, menandakan sebuah kekuatan yang
begitu dahsyat dan saking menyilaukan mata akibat kegelapan tak terkira. Embusan
angin kencang juga ikut meledakkan hutan sekitar mereka. Dedaunan berterbangan
dari pepohonan dan beberapa orang di sekitarnya menahan diri agar tidak ikut
terbang.
“Uh!
Apa yang sebenarnya terjadi!!” jerit Griffin.
“Ashmore,
jadi ini … yang sebenarnya kamu—” ucap Mark.
***
“A-apa
itu?” jerit Yael menunjuk sebuah bayangan hitam yang meluncur ke atas langit
dari kejauhan di sekitar hutan menuju Oakwood.
“Sial,
apakah itu …,” ucap Nase.
“Nase,
apa maksudmu?” ucap Britt.
“Pengawal
Britt, Nase, sepertinya Mark dan yang lainnya ada di sana!” seru Yael.
“Tampaknya
begitu, tapi … kita masih belum tahu apakah mereka ada di sana. Yang jelas,
kita ke sumber bayangan itu saja! Mungkin saja Putri Anna dan lainnya berada di
sana. Kalau tidak, mau tidak mau, kita harus mencari lagi. Ayo, maju.”
“Baik,
Pengawal Britt!” jawab Nase.
Britt,
Yael, dan Nase kembali berlari melewati pepohonan begitu lebat untuk mencari jalan
menuju sumber bayangan hitam yang meluncur hingga ke atas langit hitam bertaburan
bintang. Tanpa ada penerangan sama sekali, mereka tetap melaju tanpa
menghentikan langkah.
“Bertahanlah,
kalian semua,” gumam Britt.
Comments
Post a Comment