I Can't Believe My Love is A Gamer Episode 21

U Got 2 Know

JuJu on that beat
JuJu on that beat
JuJu on that, JuJu on that, JuJu on that beat
Now slide, drop
Hit dem folks, don't stop, aye
Don't stop, aye
Don't stop, aye
Running man on that beat, aye
Running man on that beat, aye
Running man on that beat, aye
Running man on that beat
Nah, do your dance, do your dance, do your dance, aye
You're ugly
You're your daddy's son

Oktavian dan Abi bermain Just Dance 2017 memilih lagu JuJu on That Beat, oke, lagu itu setidaknya lebih baik daripada Despacito sampah itu. Mereka menari mengikuti koreografi yang terpampang di layar sambil menyanyi keras-keras.
Sebenarnya cara bermain Just Dance kurang lebih sama dengan Danz Base, hanya koreografinya terlihat lebih sederhana. Bedanya, lebih banyak lagu Barat yang sudah lebih beken dan teranyar.
Aku menggelengkan kepala menatap kedua sahabatku yang bodoh bersenang-senang sambil menari heboh dan bernyanyi mengikuti lirik, masalahnya, Fatin dan Vera juga ikut-ikutan. Alih-alih aku ikut-ikutan, aku hanya ingin mendengar musik yang lebih baik daripada musik mainstream, musik dari game.
Kubuka aplikasi YouTube dan kuketik “max u got 2 know”, aku hanya ingin mendengar lagu dari Pump It Up itu. Kubuka salah satu video hasil pencarian lagu tersebut.
Begitu kudengar lagu itu, irama beat hip-hop bisa kubilang lebih baik daripada lagu-lagu hip-hop mainstream. Kudengar pula suara vokalis wanita malah lebih baik daripada suara penyanyi mainstream yang menggunakan auto-tune.
Setidaknya, lagu-lagu original bisa kubilang lebih baik daripada lagu-lagu mainstream yang telah menjadi sampah, sampah, sungguh. Aku bahkan tidak ingin bermain Just Dance karena hal itu, hampir tidak ada lagu original, kalau ada pasti remix atau dari game lain.
“Arfian, main gih!” seru Oktavian.
“Enggak,” aku menolak. “Aku enggak gitu minat sama lagu-lagunya.”
Fatin membujukku, “Ah! Lo jangan gitu dulu dong! Lagunya pada enak-enak nih! Main aja sama gue, Arfian!”
Oke, ini dia, aku kembali terpaksa mendengar lagu-lagu mainstream, lebih buruknya, aku juga harus menari sebagai bagian dari gameplay Just Dance. Setidaknya, aku berdiri seketika ingin menghindar bermain sama Nabila, si gadis brengsek. Beruntung, Fatin yang mengajakku duluan.
“Oke deh, gue main sama lo, Fatin,” ucapku.
“Eh! Sayang!” Ugh, Nabila, dia lagi-lagi mengeluh. “Habis ini bareng aku ya!”
“Iya,” jawabku polos.
“Lo pilih mau lagu apa deh. Gue ngikutin aja,” ucap Fatin begitu kami berdua mengenggam kontroler PlayStation Move dari Abi dan Oktavian.
Kulihat lagu-lagu yang tersedia di Just Dance, mulai dari Gentleman dari PSY hingga bahkan PoPiPo yang dinyanyikan Hatsune Miku. Aku memutuskan untuk memilih Gentleman dari PSY.
“Yes! Bagus, itu juga gue suka!” seru Fatin.
Kami pun mulai menari mengikuti koreografi avatar di layar ketika lagu mulai terdengar, bahkan Oktavian dan Abi sampai ikut-ikutan bernyanyi. Aku tahu, PSY itu salah satu artis K-Pop terpopuler, berkat Gangnam Style sebagai video pertama yang menembus satu milyar view.

Ah~!
allangga molla wae
hwakkeun haeya haneun geonji
allangga molla wae
malkkeum haeya haneun geonji
allangga molla arikkari
hamyeon kkarihae
allangga molla We Like
We We We Like Party hae ~

itjanha mariya
i sarameuro malsseum
deuri jamyeon mariya
yonggi paegi ttolkki meot jaengi mariya
neoga deudgo peunmal
hago peunge nande mariya
Damn! Girl! You so freakin sexy!

Ah Ah Ah Ah~ I’m a…
Ah Ah Ah Ah~ I’m a…
Ah Ah Ah Ah~
I’m a mother father gentleman

I’m a…
Ah I’m a
I’m a mother father gentleman
I’m a…
Ah I’m a
I’m a mother father gentleman

Tidak seperti Danz Base yang lagu-lagunya kebanyakan merupakan cut version, lagu di Just Dance merupakan full version sama seperti waktu aku bermain Tap Tap Revenge dulu di hp. Wajar saja Just Dance merupakan salah satu rhythm game terpopuler di dunia bukan hanya daftar lagu-lagu mainstream, tetapi juga lagu-lagunya pada full version.
Setelah lagu selesai, layar menunjukkan hasil stage tersebut. Kulihat skorku lebih tinggi daripada Fatin, memang aku lebih mengikuti koreografi di layar.
“Hebat banget! Kamu emang jago main Danz Base?” tanya Fatin.
“Gue udah enggak main Danz Base,” jawabku.
Oktavian lagi-lagi memotong, “Ah! Lo diajakin main Danz Base, joget-joget, enggak mau. Lo harusnya main dong kalau jago dance.”
“Gue deh!” seru Nabila mengambil kontroler PlayStation Move dari Fatin. “Gue yang pilih lagunya ya, Sayang!”
Kulihat Nabila melihat-lihat lagu yang ingin dia mainkan. Sepertinya dia suka lagu-lagu mainstream selain lagu-lagu original di rhythm game. Sialnya, dia memutuskan memilih lagu Single Ladies (Put A Ring on It) dari Beyonce. Itu lagu feminin!
“Yang ini ya, Sayang,” ucapan Nabila terlalu berlebihan. “Yuk mulai!”
Kami memulai lagu itu sambil menari. Sialan, kebanyakan gerakannya benar-benar memalukan bagi seorang laki-laki. Ini lebih cocok wanita yang menarinya! Aku tersipu malu ketika menari lagu ini.

All the single ladies
(All the single ladies)
All the single ladies
(All the single ladies)
All the single ladies
(All the single ladies)
All the single ladies
Now put your hands up

Up in the club, just broke up
I'm doing my own little thing
You decided to dip and now you wanna trip
'Cause another brother noticed me
I'm up on him, he up on me
Don't pay him any attention
'Cause I cried my tears for three good years
You can't be mad at me

'Cause if you liked it, then you should have put a ring on it
If you liked it, then you should have put a ring on it
Don't be mad once you see that he want it
If you liked it, then you should have put a ring on it
Oh, oh, oh
Oh, oh, oh, oh, oh, oh
Oh, oh, oh
Oh, oh, oh
Oh, oh, oh, oh, oh, oh
Oh, oh, oh
'Cause if you liked it, then you should have put a ring on it
If you liked it, then you should have put a ring on it
Don't be mad once you see that he want it
If you liked it, then you should have put a ring on it

***
Cukup melelahkan, kami harus berpuas-puas diri bermain Just Dance hingga sore. Cukup sayang, kami harus pulang begitu sore sebelum langit jingga berubah menjadi kehitaman. Setidaknya, aku bisa menyingkir dari gadis brengsek itu.
Beruntung, Oktavian menawar untuk mengantarku pulang ke rumah. Kebetulan dompetku untuk bulan ini agak menipis, tentu karena aktivitas saat mabal minggu lalu. Aku terlalu banyak menghabiskan uang hanya untuk menonton Thor: Ragnarok ditemani combo popcorn dan segelas Coca Cola, bermain di game center, dan makan-makan lagi di sebuah kafe.
Aku duduk di kursi belakang motor Oktavian begitu yang lainnya sudah pamit. Oktavian menyalakan mesin dan kami pun berangkat setelah pamit pada Nabila.
“Oh ya, lo belum nembak si Vera ya?” tanyaku.
“Entar lah, gue pengen perfect-in dulu puisinya, terus kayaknya entar Senin deh gue nembaknya. Gue juga enggak sabar nih, entar direbut orang lain,” jawab Oktavian. “Eh, lo kelihatannya baik-baik aja sama Nabila.”
“Eh? Masa sih?”
“Iya, katanya mau putus, katanya mau udahan hubungan pura-pura dia sama lo. Nyatanya lo kelihatan akrab banget pas main Just Dance sama dia.”
“Ya, enggak lah!” tolakku. “Gue tetap aja sebel sama Nabila. Coba aja, dia punya lebih banyak game lah.”
“Ya, gue tahu semuanya pada iri sama Nabila yang ternyata orang kaya. Tapi katanya sih, kekayaan berupa uang enggak bisa membeli kebahagiaan, money can’t buy happiness, itu dia. Biarin aja, kita coba hidup cara kita. Mau itu kaya atau kagak, kita coba enjoy hidup.”
“Iya juga sih. Mikirin terus uang malah bikin enggak happy,” ucapku.
“Oh ya, kita futsal sama kelasnya dia, kelasnya Vera, Fatin, sama Nabila.”
Hah? Terus, aku harus ikut futsal karena ini? Abi sama Oktavian ternyata ngajak kelasnya Nabila? Oh tidak, peluangku untuk bertemu Nabila semakin bertambah besok.
“Udah deh, relain aja. Lo coba baik-baik sama dia, terus, kalau emang kagak cocok, lo putusin aja. Simple.”
“Ya, enggak gitu juga kali. Gue masalahnya pengen cepat-cepat putusin hubungan bohongan yang dia buat. Kayak lo sih kayaknya, pengen cepat-cepat jadi gebetannya Vera.”
“Apa hubungannya dengan itu?”
“Udah deh, fokus ke jalan!”
***
Aku sedang membaca-baca kembali buku catatan biologi sebagai pencari jawaban sebuah tugas untuk besok. Kutulis setiap kata sebagai jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang tertera di tugas tersebut.
Cukup adil, aku tidak perlu bermain PlayStation di kamar untuk sekarang, karena aku sudah main Just Dance, game dance yang penuh lagu-lagu mainstream sampah, di rumah Nabila, gadis brengsek.
Aku berhenti sejenak ketika memikirkan bagaimana caranya untuk menghentikan semua kelakuan Nabila, termasuk membuat hubungan pura-pura, pura-pura memanggilku sebagai sayang-nya. Aku hanya ingin menyingkir dari gadis brengsek yang mencoba untuk menghancurkan hidupku.
Entah kenapa, aku ingin mendengar lagu We Got 2 Know karya MAX dari Pump It Up, semacam sekuel dari U Got 2 Know yang tadi kudengarkan di rumah Nabila. Aku membuka aplikasi YouTube dan mengetik judul lagu itu sebagai kata kunci pencarian. Kumainkan video musik lagu itu.

Try now this time
To lose control

Baby I’ve turned on
come on everybody
That was the spirit of free yeah (don’t stop feel)
No one that have a good with me
come on everybody
That was the spirit of free
Baby go away now

All my gangs stripped under a checkers game
On my knees game are quit, I never party
I’m never livin up to choose like you, this is
I named a robot that’s called Rocky
Shut the door to find and you lock me
This keeps sticking in, nobody stop me
And you see that’s why do I want once more

“Arfian!” Sahutan ibuku lantas menghentikan konsentrasi mendengarkan lagu. “Sini!”
Aku merespon dengan menghentikan lagu itu dan keluar dari kamar. Kali ini tidak kukunci seperti biasanya. Kulihat ibu menatap pada meja makan. Begitu dia menatapku, oh tidak, ini tidak bagus.
“Ini nilai quiz fisika?” tanya ibuku selayaknya mengonfrontasi.
Aku tidak bisa berkata-kata begitu melihat hasil quiz fisika yang waktu itu ternyata berada di tangan ibuku. Sialan, padahal aku sama sekali tidak ingin ayah dan ibu masuk ke dalam kamarku.
“Kamu selama ini nilai fisikanya jelek?” tanya ibuku lagi sebelum mengungkapkan nasihat. “Kenapa nilai kamu jadi jelek gini? Padahal fisika itu pelajaran penting buat jurusan IPA lho! Kalau nanti kamu enggak naik kelas gimana?
“Udah, nanti Ibu hubungin guru fisikamu. Ini demi kebaikanmu, ini demi masa depanmu juga!”

Justru, ibuku yang memaksa diriku mengambil jurusan IPA. Aku hanya merasa terpaksa mengikuti keinginan kedua orangtuaku. Aku seakan-akan tidak diberi ruang untuk berpendapat. Seharusnya aku masuk IPS! IPS!

Comments

Popular Posts