Alpinloch: Another World Episode 25 (SEASON FINALE)
The Truth About the Princess’ Secret Power III
“AAAAH!!”
jerit G dan Justice tidak dapat menahan embusan angin kencang akibat gelombang
hitam yang menyelimuti Anna. Mereka menutup mata tidak ingin melihat apa yang
sedang terjadi sambil mendekatkan tangan pada kepala.
Bayangan
hitam pekat yang menyelimuti Anna menjadi bagaikan kepompong, bahkan melebihi
itu. Bayang hitam pekat itu justru sampai melayang ke atas langit, menunjukkan
bagaimana akan dahsyatnya kekuatan tersembunyinya.
“A-Anna!”
jerit Jason tidak dapat menerima kekuatan itu telah menyelimuti Anna.
“I-ini
… aku tidak mengerti lagi apa yang sedang terjadi,” ucap Mark sambil menahan
dirinya dari embusan angin kencang.
Bayangan
hitam pekat itu kemudian mulai menunjukkan retakan seperti telur atau kepompong
menetas. Bedanya, sebuah kekuatan berbentuk bayangan hitam pekat mulai menyebar
senada dengan angin kencang dari dalamnya.
“AAAH!”
jerit seluruh ksatria kerajaan Alpinloch ketika bayangan itu mengarah pada
mereka.
“UHH!”
jerit Griffin memalingkan wajah ketika bayangan hitam itu juga menyebar
mengarah pada dirinya.
Setiap
bayangan yang menyebar pada seluruh orang di sekitar Anna hanya seperti angin
lewat, tidak berpengaruh apapun, terutama rasa sakit jika kena. Ketegangan
tetap menyelimuti hati semua orang yang menatap bangkitnya kekuatan terpendam
sang putri dari kerajaan Alpinloch itu.
Begitu
retakan pada bayangan hitam pekat yang menyelimuti Anna semakin banyak, sebuah
cahaya hitam menyilaukan mata hingga semua orang tidak ingin menyaksikan
bagaimana kekuatan terpendamnya selesai menginvasi dirinya.
Semuanya
tercengang ketika bayangan hitam pekat itu menghilang seketika seakan-akan
seperti angin lewat. Yang lebih membuat semuanya menggelengkan kepala adalah
perubahan drastis penampilan sang putri kerajaan Alpinloch.
“Ti-tidak
mungkin,” ucap Oberon.
Baju
putihnya telah berubah menjadi gaun hitam pekat tanpa lengan, menunjukkan
begitu mulus kulit sang putri dari kerajaan Alpinloch. Tatapannya juga semakin
tajam ketika menghadapi Oberon dan ksatrianya. Auranya seketika berubah menjadi
dingin, mengagetkan semua orang.
Mark
bergumam, “Ja-jadi … ini kekuatan Anna yang sebenarnya tersembunyi?”
“Ti-tidak
mungkin! Segel dari Raja Thais sudah terbuka!” Oberon memundurkan langkah.
“Anna, jadi ini kekuatan yang dibicarakan Raja Lucius, untuk memperlancar dia
menguasai dunia?”
Anna
menegakkan kepalanya ketika berhadapan dengan Oberon, “Jadi kamu yang ingin
mengandalkan kekuatan seperti ini untuk mengancam seluruh dunia, ya? Sudah
begitu lama aku ingin menggunakan kekuatan ini setelah Ayahanda melarangku
dengan menyegelnya bertahun-tahun lalu.”
“A-Anna?”
Jason memperhatikan perubahan nada bicara Anna yang menjadi lebih berat dan
berani.
“Kekuatan
macam apa itu yang dimiliki oleh seorang putri seperti dia?” gumam Cooper.
“Semuanya,”
Anna menatap Mark dan seluruh rekannya. “Tidak usah khawatir lagi terhadap
diriku. Aku … kekuatanku telah menyebar ke seluruh tubuhku, aku sangat puas
karena aku bisa berkontribusi dalam pertempuran. Aku tidak tahu darimana aku
dapat kekuatan seperti ini, sejak kecil, tapi … katanya kekuatan ini adalah
aset untuk menguasai seluruh dunia.”
Mark
mengingat kembali setelah mendengar kalimat Anna yang berkata tidak perlu
resah. Dia mengingat ketika pertama kali bertemu Anna setelah masuk ke dalam dunia
novel Alpinloch Kingdom. Kilasan
balik dia putar kembali di dalam otaknya.
Mark
mengingat ketika Anna memang tidak berdaya meski memiliki tujuan untuk
menyelamatkan kerajaan Alpinloch. Dia juga memutar kembali ingatan bagaimana
jalan cerita Alpinloch Kingdom yang
berakhir menggantung sesuai dengan keadaan semenjak dia berada di dunia itu.
Mark
tidak pernah menduga apa kekuatan terpendam Anna yang sebenarnya sejak Ashmore
memberitahunya, apalagi ketika dia mendapat rekan-rekan baru seperti Jason dan
Justice. Dia tidak menyangka kekuatan Anna akan keluar sedahsyat tadi, tetapi
dia masih belum mengetahui seberapa kuat kekuatan sang putri hingga berpotensi
untuk menjadi aset kekuasaan Lucius.
“Baiklah,
Oberon. Katamu kekuatanku bisa menjadi aset untuk menguasai dunia, kan? Untuk
Paman Lucius?” ucap Anna begitu melihat Oberon dan seluruh ksatria bawahannya
mulai memundurkan langkah. “Kenapa kamu tidak mencari tahu saja? Dengan
bertarung denganku?”
“A-Anna?”
Jason juga ikut tercengang. “Anna … dia … kekuatannya … apakah kekuatannya
telah mengubah kepribadiannya sekaligus? Ini jauh berbeda daripada Anna yang
selama ini kukenal.”
“Cih,
kamu meremehkanku, ya? Anna, putri dari kerajaan Alpinloch. Justru, itu bagus,
aku juga belum tahu apa kekuatanmu yang sebenarnya, kekuatan yang telah disegel
oleh Raja Lucius sekian lama!” jerit Oberon. “Apapun kekuatanmu, itu bagus.
Raja Lucius akan senang kalau kamu dapat menunjukkan kekuatanmu, setelah kami
menangkapmu, begitu juga dengan teman-temanmu.”
Anna
membuang ludah ke tanah sebelum berbicara kembali, “Tentu saja, kenapa tidak
menangkap kami saja dulu? Coba saja.”
“Hah?”
jerit Justice mulai berkaca-kaca. “Kenapa! Kenapa Anna berubah total! Ini bukan
Anna yang kukenal!”
“Sialan!”
jerit Oberon. “Kamu meremehkan kami sebagai ksatria kerajaanmu sendiri!
Semuanya, tangkap mereka! Kalau perlu serang Anna!”
“Baik!”
seru seluruh ksatria mulai mengambil ancang-ancang. “Maju!”
“Anna!”
jerit Jason ketika seluruh ksatria bawahan.
“Kalian
tidak mengerti juga,” Anna menggelengkan kepala.
Anna
menghentakkan kaki kanan menggunakan seluruh tenaga dari kekuatan yang dia
miliki. Begitu tenaga pada hentakan kakinya mencapai tanah, seluruh bayangan
hitam muncul melayang menghalangi pandangan seluruh ksatria kerajaan Alpinloch yang
berada di hadapannya.
“A-a-apa-apaan
ini!” jerit beberapa dari ksatria itu.
Anna
langsung melesat memasuki bayangan yang telah dia keluarkan sendiri.
Mengagetkan setiap orang begitu melihat langkahnya secara berani menemui setiap
ksatria kerajaan.
“Dia
mau apa?” seru Griffin.
Setiap
jeritan para ksatria kerajaan meledak di balik bayangan hitam pekat itu senada
dengan munculnya beberapa kristal pertanda serangan yang sesungguhnya telah
dimulai. Beberapa ksatria terlempar begitu merasakan kekuatan sang putri dari
kerajaan Alpinloch dengan kencang. Kebanyakan menabrak pohon dan terjatuh di
tanah di sekitar mereka.
Bayangan
hitam pekat itu menghilang dan di hadapan Anna telah bersih dari ksatria
kerajaan Alpinloch tanpa sisa, tetapi hanya masih ada Oberon yang tertegun
menyaksikan dahsyatnya kekuatan Anna sambil menggelengkan kepala, tidak tahu
apa lagi yang harus dia lakukan.
“Ti-tidak
mungkin!” jerit Oberon memundurkan langkah sekali lagi.
“Kamu
… telah membunuh pengawal setiaku, Ashmore.” Anna melanjutkan langkah mendekati
Oberon. “Kamu … telah mencemar nama baik kerajaan Alpinloch, tentu saja bukan
hanya karena kamu membela Paman Lucius, tetapi … juga menumpahkan darah dengan
membunuh pengawal setianya!”
“Enak
saja!” bantah Oberon kembali menggenggam erat pedangnya. “Aku tidak mencemar
nama baik kerajaan Alpinloch! Aku hanya ingin cita-cita Raja Lucius tercapai,
itu saja! Itu adalah tujuan kerajaan Alpinloch yang sebenarnya! Pertama, akan
kutangkap dan kuberitahu kekuatanmu yang sebenarnya pada Raja Lucius! Kekuatanmu
pantas untuk diandalkan demi tujuannya!”
Oberon
menjerit kembali berlari sambil mengayunkan pedang pada Anna. Tenaga yang masih
dia miliki pun tersalurkan pada ayunan dan akurasi pedangnya, berharap agar
serangannya dapat mengenai tubuh Anna.
“Anna!”
jerit Mark menyuruh Anna untuk menghindar.
Anna
melompat begitu tinggi menghindari ayunan pedang Oberon. Tak disangka, kekuatan
Anna membuat lompatannya dapat dua kali lebih tinggi daripada lompatan manusia
biasa.
“C-Cepat
sekali!” jerit Oberon.
Anna
tiba tepat di belakangnya. “Dan kamu terlalu lambat!”
Anna
menggenggam erat kedua tangan Oberon dan menginjak punggungnya sekaligus.
Oberon yang sama sekali tidak mampu berkutik tercengang hingga harus
menjatuhkan pedangnya.
“Kekuatan
macam apa itu?” gumam Cooper. “Apakah kekuatan sang putri dari kerajaan
Alpinloch harus benar-benar sedahsyat ini?”
“Tidak
mungkin, padahal kamu … kamu ini sang putri dari kerajaan Alpinloch! Kekuatan
seperti ini harusnya digunakan untuk membantu Raja Lucius!” jerit Oberon.
“Kalau
begitu, kamu lihat sendiri bagaimana kekuatanku akan menghancurkan dirimu!”
jerit Anna menambah tenaganya.
Genggaman
Anna pada kedua tangan Oberon kini seperti berputar dengan sepenuh tenaga,
seakan-akan harus menarik paksa. Injakannya pada punggung Oberon juga semakin
dalam.
Seluruh
tenaga telah terkumpul pada seluruh tubuh Anna, berasal dari kemarahan
perbuatan Oberon yang telah membunuh Ashmore. Begitu keras tenaga yang dia
salurkan, lengannya berhasil dia tarik hingga menimbulkan bunyi berasal dari
tulang, menandakan tulang telah rusak secara paksa. Injakan kakinya juga begitu
dalam hingga seperti menjatuhkan besi tepat pada punggung Oberon.
Oberon
menjerit tidak mampu menahan rasa sakit dahsyat akibat tulang kedua lengan dan
punggung telah patah akibat perbuatan Anna, “AAAAAAAAARRRGH!!! AAAAAAAARRRGH!!!”
Mark,
Jason, Justice, Cooper, G, dan Griffin tercengang ketika mendengar suara retak
tulang dari tubuh Oberon, tidak percaya bahwa kekuatan sang putri kerajaan
Alpinloch memang menakutkan.
“Tidak!
Aku tidak bisa melihat penderitaannya!” jerit G menutup wajah secara histeris.
Oberon
pun akhirnya jatuh ke tanah dengan beberapa tulang patah akibat perbuatan Anna.
Dia sama sekali tidak dapat menggerakkan seluruh otot untuk berdiri lagi, dia
hanya mampu terbaring lemas di atas tanah.
“Tidak
mungkin! Kekuatan Anna … benar-benar keterlaluan,” ucap Cooper.
“Anna,
jadi ini kekuatanmu yang pernah kamu bilang?” gumam Mark.
“Sebaiknya
kamu belum puas setelah perbuatmu selama ini, bersiaplah, aku akan semakin
banyak meretakkan seluruh tulangmu hingga kamu tidak mampu bergerak sama sekali,”
ucap Anna mulai menempatkan kaki kanannya di udara mengarah pada punggung
Oberon.
“Ti-tidak!
Ampun! Ampun!” jerit Oberon tidak tahan.
“Cukup!
Cukup!” ucap Justice tidak tahan ingin mengeluarkan air matanya. “Sudah cukup,
Anna. Aku tidak ingin melihat penderitaan seperti ini!”
“Anna!”
jerit Mark. “Sudah cukup! Hentikan!”
“Ah!”
jerit Anna memengang kepalanya sambil menurunkan kaki kanan kembali ke tanah. “Tidak!
Tidak! Ini kekuatan yang kuinginkan! Tidak! Jangan! Jangan!”
Anna
berlutut mengeluarkan bayangan putih terang dari tubuhnya, tidak ingin menerima
hilangnya kekuatan yang telah dia miliki kembali. Dia menggelengkan kepala
tidak tahan dengan rasa pusing seperti tornado di otaknya.
“Apa
ini? Apa yang sedang terjadi?” jerit Jason menyaksikan Anna terselimuti oleh
bayangan putih terang.
“Anna?”
gumam Mark.
Tidak
seperti bayangan hitam pekat yang sebelumnya, bayangan putih terang dengan
cepat terpecah belah setelah menyelimuti Anna. Penampilan Anna pun akhirnya
kembali seperti semula, baju biru kini menggantikan gaun hitam tanpa lengan.
“Anna!”
jerit Mark begitu menatap Anna mulai melemaskan diri dan tengah mandarat ke
tanah.
Beruntung,
genggaman tangan Mark pada punggung Anna berhasil mencegah jatuh ke belakang. Mark
menatap Anna membuka mata pelan, menyadari apa yang baru saja terjadi.
“Ti-tidak!”
jerit Anna begitu melihat segerombolan ksatria kerajaan telah berserakan di sekitar
hutan. “Apa yang baru saja kulakukan?”
“Anna,”
ucap Mark sambil membantu Anna duduk di tanah di hadapan Oberon.
“Apa
… tadi … aku yang melakukan semua ini? Terutama pada dia?” Anna menunjuk Oberon.
“Tidak! Tidak! Kekuatanku! Kekuatanku yang diceritakan Ashmore! Tidak!” Dia
menggelengkan kepala tidak dapat menerima. “Aku … telah berbuat semena-semena
dengan kekuatanku. Kalau kekuatanku memang dibuat untuk menghancurkan, kalau Paman
Lucius memang menginginkan kekuatan seperti ini … aku tidak mau! Aku tidak mau
memiliki kekuatan ini!”
“Anna.
Ini bukan salahmu,” ucap Mark.
“Ashmore!
Ashmore!” jerit Anna memeluk Mark.
“Anna.”
Mark menerima pelukan Anna pada punggungnya. Dia hanya terdiam mendengar isak
tangis Anna.
“Cih!”
ucap Cooper bangkit menggenggam pedangnya begitu mendengar suara langkah.
“Tunggu!”
jerit Jason ketika menatap ketiga orang yang telah tiba.
Britt,
Yael, dan Nase telah menginjakkan kaki di hadapan mereka, menatap seluruh
ksatria kerajaan Alpinloch telah tergeletak tidak dapat bergerak, termasuk
Oberon yang tidak dapat menggerakkan tubuhnya sama sekali akibat serangan Anna.
“A-apa
yang terjadi di sini?” ujar Yael. “Tadi bayangan hitam macam apa itu sampai
mengantar kita ke sini?”
“Ce-ceritanya
panjang,” bujuk Mark menatap Yael.
Nase
berlutut di dekat Mark dan Anna menghadap Oberon. “Oberon, tidak salah lagi,
dia salah satu pemimpin ksatria kerajaan Alpinloch.”
“Ashmore!”
jerit Anna melepas pelukannya pada Mark dan menemui Ashmore begitu Britt berlutut
menemui mayat itu. “Ashmore!”
“Yang
Mulia Putri Anna,” ucap Britt menatap Anna berlutut di dekatnya hanya untuk
menyentuh mayat Ashmore.
“Ashmore!
Ashmore!” jerit Anna. “Dia, dia, dia menyelamatkan kami dari … serangan Oberon.
Dia … dia pengawal setiaku. Dia rela berkorban demi kami.”
“Putri
Anna,” ucap Britt terdiam.
Jason
menambah sambil melangkah menemui Britt, “Dia membantu kami berhadapan dengan
ksatria kerajaan Alpinloch. Dia … adalah … orang yang setia pada Anna. Dia
mengorbankan dirinya demi keselamatan Anna.”
Nase
berdiri menatap mayat Ashmore. “Begitu. Sudah kuduga, Ashmore memang ingin
menyelamatkan Putri Anna dan membantunya untuk menyelamatkan kerajaan
Alpinloch.”
Cooper
mengangkat tangan, “Baiklah, karena kamu sudah berada di sini, Britt, bisakah
kita pulang sekarang?”
Yael
mulai bergerutu, “Hei! Sopan sedikit pada wanita! Apalagi dia pengawal kerajaan
Haven!”
“Ini
bukan urusanmu!” balas Cooper menjerit.
“Semuanya,”
ucap Britt. “Kita sudah tahu kalau Verona sudah dapat restu dan bersedia untuk
membantu rencana resistensi Pangeran Holland. Aku yakin, Ellie ingin masa depan
yang terbaik pada seluruh dunia, terutama kerajaan Haven dan kerajaan
Alpinloch.”
“Pengawal
Britt, sebelum kita kembali ke kerajaan Haven, bolehkah aku mengajukkan permintaan?”
ucap Anna. “Aku ingin kerajaan mengadakan penghormatan pada Ashmore. Dia … sudah
berjasa untuk melindungiku dan membantuku menyelamatkan kerajaan Alpinloch.”
“Baiklah.”
Britt mengangguk setuju. “Kalau begitu, Nase, bisakah kamu bawa Ashmore? Kita
akan kembali sebelum fajar menyingsing.”
“Baiklah,
Pengawal Britt,” jawab Nase sambil mendekati Ashmore.
“Kita
akan melanjutkan perjalanan, sekarang juga.”
***
“Raja
Lucius, tampaknya Oberon sudah dikalahkan,” ucap Rona sambil berlutut menghadap
Lucius yang sedang duduk di kursi kerajaan.
Lucius
bangkit sambil menghentakkan kaki pada karpet merah di hadapan Rona. “Begitu. Berarti
Anna masih belum tertangkap juga.”
“Yang
Mulia, kekuatan rahasia Anna telah muncul, telah terlepas dari segelnya. Kekuatan
itu … benar-benar menakutkan.”
Lucius
mengangguk. “Menarik juga. Kekuatan itu akan lebih kuat lagi kalau dia berada
di tanganku. Darah daging dari Thais, Anna, putri dari kerajaan Alpinloch, akan
menjadi milikku!”
Lucius
mengangguk kembali mempertimbangkan peluang baik jika Anna berada di hadapannya,
rencananya untuk menguasai dunia akan lebih mudah, terlebih dia bisa
menggunakan kekuatan Anna agar seluruh penghuni dunia, bahkan kerajaan Haven
sekali pun, takluk pada kerajaan Alpinloch, terutama pada Lucius, sang raja
dari kerajaan Alpinloch.
***
Seluruh
penghuni kerajaan Haven, baik itu dari kalangan pedagang, murid School of Knight and Magic, pasukan
ksatria dan penyihir kerajaan, dan seluruh staf istana, telah berkumpul di
alun-alun kerajaan menghadap Holland dan Anna.
Di
dekat Holland, telah terletak sebuah peti mati coklat besar berisi mayat Ashmore.
Holland telah berdiri membelakangi pintu masuk menuju istana yang juga dikawal
oleh pengawal kerajaan, termasuk Britt.
Mark,
Jason, Justice, dan Yael berada di barisan terdepan dekat seluruh pasukan ksatria
dan penyihir kerajaan menyaksikan pengumuman penting dari Pangeran Holland
kepada seluruh penghuni kerajaan.
Holland
memulai pidatonya begitu matahari telah mencapai puncak langit, “Hari ini, kita
semua … menghadapi … kehilangan yang begitu tragis. Ashmore, seperti yang
kalian ketahui, termasuk … pengawal dari kerajaan Alpinloch. Dia merupakan
pengawal yang begitu setia pada … Putri Anna dan … mendiang Raja Thais. Yang
terpenting … dia adalah … pengawal yang berkontribusi pada masa kejayaan Raja Thais
di kerajaan Alpinloch.
“Begitu
setia dengan Raja Thais, hingga pada akhirnya rela menentang Raja Lucius yang
bertekad untuk menguasai seluruh dunia. Meski Raja Thais telah tewas keracunan
saat makan malam, Raja Lucius mengambil alih takhtanya. Menurut Putri Anna yang
juga di hadapan kalian semua, sang putri dari kerajaan Alpinloch, dia tetap
setia pada Raja Thais, begitu juga dengannya.
“Ashmore,
pengawal setia Raja Thais dan Putri Anna, memutuskan untuk membawa lari Putri
Anna dari kerajaan agar bisa memulai penentangan pada Raja Lucius. Putri Anna
rela datang ke kerajaan ini demi meminta bantuan, kita juga butuh bantuan demi
melancarkan rencana resistensi terhadap Raja Lucius, meskipun Ashmore tidak
sedang bersamanya.
“Ashmore,
meskipun begitu, dia … tetap berjuang sampai akhir hayatnya ketika bertemu
kembali dengan Putri Anna. Dia tidak mati sia-sia, dia membantu kita semua
melancarkan rencana resistensi terhadap kerajaan Alpinloch, terutama Raja
Lucius, demi perdamaian seluruh dunia.
“Hari
ini, mari kita camkan apa saja jasa Ashmore, pengawal setia kerajaan Alpinloch,
untuk tujuan perdamaian dunia. Dia adalah pahlawan yang jujur, berani, dan setia
pada Raja Thais serta Putri Anna.”
Seluruh
penghuni kerajaan Haven terdiam merenungi dan membayangkan apa saja yang
Ashmore telah lakukan demi membantu rencana resistensi terhadap Raja Lucius. Cooper,
G, dan Griffin yang juga menyaksikan kematian Ashmore ikut menundukkan kepala dengan
mata berkaca-kaca.
“Sebagai
ucapan terima kasih. Ashmore, meskipun dia merupakan pengawal dari kerajaan
Alpinloch, akan dimakamkan di makam kerajaan karena berkontribusi demi perdamaian
dunia.”
Satu
per satu pengawal kerajaan mendekati peti mati di dekat Holland. Mereka
berjalan kompak masih tetap dalam barisan. Mereka pun berpencar sebelum
berlutut di hadapan peti mati itu untuk mulai mengangkatnya.
“Ashmore,”
ucap Jason. “Dia memang setia sampai akhir hayatnya.”
Mark
terdiam merenungi setiap tujuannya di dunia novel Alpinloch Kingdom. Dua tujuan dia camkan dengan keras di dalam
hatinya, menyelamatkan kerajaan Alpinloch dari tangan Lucius dan segera kembali
ke dunia nyata, dunia yang seharusnya dia berada.
“Aku
masih memegang janji. Aku akan menyelamatkan kerajaan Alpinloch dan membantu
Anna,” gumam Mark bersikeras ketika beberapa pengawal kerajaan mulai mengangkat
peti mati Ashmore.
Tekad
Mark semakin kuat ketika mengingat kembali tujuannya di dunia novel Alpinloch Kingdom, menyelesaikan cerita
yang berakhir menggantung dan membuat akhir bahagia bagi sang tokoh utama,
Anna, sang putri dari kerajaan Alpinloch. Dia juga bertekad untuk kembali ke
dunia nyata setelah membuat akhir bahagia, sebuah akhir bahagia.
Semua
menatap pengawal ksatria kerajaan Haven kini membawa peti mati Ashmore keluar
dari alun-alun menuju halaman istana sebelum akhirnya ke pemakaman kerajaan. Masa
depan dunia tentu akan ditentukan bergantung rencana Pangeran Holland untuk
melakukan resistensi terhadap Raja Lucius.
Mark
juga berpikir, hal ini adalah awal dari jalan cerita yang baru, jalan cerita
terusan dari akhir Alpinloch Kingdom yang
berakhir menggantung. Tekadnya semakin kuat untuk membantu Anna mendapatkan
akhir bahagia.
ALPINLOCH: ANOTHER WORLD
END OF SEASON ONE
Comments
Post a Comment